Kemuliaan Bulan-Bulan Haram

KHUTBAH PERTAMA:

 

إِنَّ الْحَمْدَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٠٢

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا ١

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا ٧١

أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. أَمَّا بَعْدُ؛

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah mencurahkan segala bentuk karunia dan kenikmatan, baik secara lahir maupun batin.

وَإِن تَعُدُّواْ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحۡصُوهَآۗ

“Seandainya kalian ingin menghitung-hitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan mampu menghitungnya.” (an-Nahl: 18)

وَأَسۡبَغَ عَلَيۡكُمۡ نِعَمَهُۥ ظَٰهِرَةٗ وَبَاطِنَةٗۗ

“Dan Dia (Allah) yang telah mencurahkan untuk kalian kenikmatan-kenikmatan-Nya secara lahir dan batin.” (Luqman: 20)

وَمَا بِكُم مِّن نِّعۡمَةٖ فَمِنَ ٱللَّهِۖ

“Dan segala apa pun yang ada bersama kalian berupa kenikmatan, maka sesungguhnya itu datangnya dari Allah.” (an-Nahl: 53)

Oleh karena itu, marilah kita bersyukur atas nikmat Islam, iman, hidayah, keamanan, kesehatan, dan semua nikmat yang Allah subhanahu wa ta’ala curahkan untuk kita.

لَئِن شَكَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡۖ وَلَئِن كَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٞ ٧

“Jika kalian mensyukurinya, niscaya akan Kutambahkan (kenikmatan-Ku) kepada kalian. Namun, jika kalian mengkufuri nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku amatlah pedih.” (Ibrahim: 7)

 

Ma’asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullah,

Di antara kenikmatan yang Allah subhanahu wa ta’ala karuniakan kepada kita adalah waktu dan tempat. Allah subhanahu wa ta’ala telah menjadikan sebagian tempat di muka bumi ini lebih utama dan mulia daripada keumuman tempat lain; seperti tanah haram Makkah, Madinah, dan masjid-masjid.

Tempat tersebut dijadikan tempat beribadah bagi para hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang lebih afdal dan banyak pahalanya dibandingkan dengan tempat lain.

Demikian pula keutamaan waktu-waktu tertentu. Ada waktu yang lebih utama, mulia, dan berkah, dibandingkan dengan waktu lain, seperti bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dan hari Jumat.

Seorang hamba yang beribadah dengan ibadah yang disyariatkan pada waktu tersebut lebih afdal, lebih banyak pahalanya di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, dan merupakan bagian dari ketakwaan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَن يُعَظِّمۡ حُرُمَٰتِ ٱللَّهِ فَهُوَ خَيۡرٞ لَّهُۥ عِندَ رَبِّهِۦۗ

“Dan barang siapa mengagungkan kehormatan-kehormatan Allah, maka baginya kebaikan di sisi Rabbnya.” (al-Hajj: 30)

 وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ ٣٢

“Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, sesungguhnya yang demikian itu bagian dari ketakwaan hati.” (al-Hajj: 32)

Bentuk pengagungan syiar Allah subhanahu wa ta’ala adalah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

 

Para hadirin rahimakumullah,

Di antara syiar dan kehormatan Allah subhanahu wa ta’ala yang diperintahkan kepada kaum muslimin adalah agar menjaga dan mengagungkan bulan-bulan haram (suci), karena bulan haram (suci) termasuk bulan yang diberkahi oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثۡنَا عَشَرَ شَهۡرٗا فِي كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوۡمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ مِنۡهَآ أَرۡبَعَةٌ حُرُمٞۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُۚ فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ

“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan. Sebagaimana dalam ketetapan Allah saat menciptakan langit-langit dan bumi, di antara (dua belas bulan tersebut) ada empat bulan haram (suci). Itulah ketetapan agama yang lurus ini. Maka janganlah kalian menzalimi diri kalian dalam bulan yang empat tersebut.” (at-Taubah: 36)

Empat bulan suci yang dimaksud adalah:

  1. Dzulqa’dah
  2. Dzulhijjah
  3. Muharram
  4. Rajab

Abdullah ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan keempat bulan tersebut suci dan lebih terhormat. Dosa pada bulan tersebut lebih buruk. Sebaliknya, amal saleh pada bulan tersebut lebih mulia.”

 

Kaum muslimin yang semoga kita semua dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala,

Perhatikanlah firman Allah pada ayat di atas,

فَلَا تَظۡلِمُواْ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمۡۚ

“Janganlah kalian menzalimi diri-diri kalian pada bulan suci tersebut.”

Meskipun perbuatan zalim pada waktu kapan pun hukumnya haram, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَاتَّقُو الظُّلْمَ فَإِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berhati-hatilah dengan kezaliman, karena kezaliman merupakan kegelapan di hari kiamat kelak.” (HR. Muslim, dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu)

Akan tetapi, kezaliman yang dilakukan pada bulan suci lebih buruk dan lebih besar dosanya. Al-Imam Qatadah rahimahullah berkata, “Sesungguhnya kezaliman pada bulan suci tersebut dosanya lebih berat dibandingkan dengan bulan lain. Meski kezaliman pada setiap situasi dan kondisi tetaplah berbahaya, tetapi Allah subhanahu wa ta’ala mengagungkan urusan-Nya sebagaimana yang Dia subhanahu wa ta’ala kehendaki.”

Oleh karena itu, Allah subhanahu wa ta’ala melarang kaum muslimin untuk berperang ketika

يَسۡ‍َٔلُونَكَ عَنِ ٱلشَّهۡرِ ٱلۡحَرَامِ قِتَالٖ فِيهِۖ قُلۡ قِتَالٞ فِيهِ كَبِيرٞۚ

“Mereka bertanya kepada-Mu tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, ‘Berperang dalam bulan haram adalah dosa besar’.” (al-Baqarah: 217)

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Mari kita bersama-sama menjaga kehormatan bulan-bulan haram ini. Di antara penjagaan bulan haram ini adalah dengan berusaha menjauhi segala bentuk kezaliman; baik kezaliman terhadap hak Allah subhanahu wa ta’ala, sesama makhluk, maupun diri sendiri. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman pada hadits Qudsi,

إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُم مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا

“Sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku. Aku telah menjadikan kezaliman di antara kalian sebagai perkara yang diharamkan. Janganlah kalian saling menzalimi.” (HR. Muslim, dari Abi Dzar al-Ghifari radhiallahu ‘anhu)

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ مَا تَسْمَعُونَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوهُ وَتُوبُوا إِلَيْهِ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ

 


 KHUTBAH KEDUA

 

الْحَمْدُ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا، أَمَّا بَعْدُ:

 

Hadirin rahimakumullah,

Di sela-sela bulan-bulan haram ada hari-hari beramal saleh yang sangat besar pahalanya dan sangat dianjurkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam; di antaranya sebagai berikut.

Pertama, bulan Dzulhijjah, bulan saat ditunaikan manasik haji.

Kedua, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah yang disebut “Ayyamul Ma’lumat” dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala,

وَيَذۡكُرُواْ ٱسۡمَ ٱللَّهِ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡلُومَٰتٍ عَلَىٰ مَا رَزَقَهُم مِّنۢ بَهِيمَةِ ٱلۡأَنۡعَٰمِۖ

“… Supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (al-Hajj: 28)

Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata, “Hari-hariyang ditentukan itu adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلُ مِنْهَا فِي هَذِهِ (أَيَّامِ الْعَشْرِ)

“Tidak ada amalan yang lebih utama daripada beramal pada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah ini.”

Sampai-sampai para sahabat bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Meskipun berjihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala, tidakkah lebih utama darinya?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Berjihad di jalan Allah subhanahu wa ta’ala tidak lebih utama darinya. Kecuali jika seseorang keluar berjihad dengan mengorbankan jiwa raga dan hartanya kemudian tidak kembali sedikit pun.” ( HR. al-Bukhari, dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma)

Ketiga, memperbanyak amal saleh, tahlil, takbir, dan tahmid pada hari-hari tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Ibnu ‘Umar radhiallahu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad.

Keempat, pada 9 Dzulhijjah yang dikenal dengan hari Arafah, kaum muslimin disyariatkan untuk berpuasa sunnah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang keutamaan puasa hari Arafah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

“Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang berlalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim, dari Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu)

Kelima, pada tanggal 10 Dzulhijjah, hari raya Idul Adha. Kaum muslimin disyariatkan melaksanakan shalat ‘Id dan berkurban. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

 فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ ٢

“Maka shalatlah untuk Rabbmu dan berkurbanlah.” (al-Kautsar: 3)

Keenam, kemudian tiga hari setelahnya secara berturut-turut (11, 12, dan 13 Dzulhijjah) yang dikenal dengan hari tasyriq, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala tentang hari tasyriq,

وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ فِيٓ أَيَّامٖ مَّعۡدُودَٰتٖۚ

“Dan berzikirlah pada hari-hari (ma’dudat) yang telah ditentukan.” (al-Baqarah: 203)

Maksudnya adalah hari tasyriq sebagaimana yang ditafsirkan oleh Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَذِكْرِ اللهِ

“Hari-hari tasyriq adalah hari makan, minum, dan berzikir.” (HR. Muslim, dari Nubaisyah al-Hudzali radhiallahu ‘anhu)

Ketujuh, hari Arafah, hari kurban, dan hari tasyriq merupakan hari-hari ‘Id kaum muslimin.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيْدُنَا أَهْلِ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

“Hari arafah, hari kurban, dan hari tasyriq adalah hari raya kaum Islam, yaitu hari makan dan minum.” (HR. Ahmad, dari ‘Uqbah bin Amir radhiallahu ‘anhu)

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Demikian pula pada bulan Muharam, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمَحَرَّمِ

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa bulan Allah subhanahu wa ta’ala, Muharam.” (HR. Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)

Kedelapan, pada tanggal 10 Muharam terdapat hari Asyura. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang keutamaan berpuasa pada hari itu. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

“Menghapus dosa tahun lalu.” (HR. Muslim, dari Abu Qatadah radhiallahu ‘anhu)

Demikian pula pada tanggal 9 Muharam, kaum muslimin disunnahkan berpuasa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَإِنْ بَقَيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ

“Jika aku masih hidup tahun depan, sungguh aku akan berpuasa pada tanggal 9 (Muharam).” (HR. Muslim, dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma)

Sekian banyak amal saleh yang Allah subhanahu wa ta’ala lipatgandakan pahalanya pada bulan-bulan haram bagi segenap kaum muslimin.

وَفَّقَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ لِمَا يُحِبُّ وَيَرْضَى وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صَالِحَ الْأَعْمَالِ

 اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

 رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Ditulis oleh al-Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar