Mengembalikan Kejayaan Umat

Khutbah Pertama

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفُرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

أَمَّا بَعْدُ؛

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan ulah tangan manusia, agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka agar mereka mau kembali (ke jalan yang benar).” (ar-Rum: 41)

Baca juga: Bencana Bukan Akibat Dosa?

Jamaah sidang Jumat rahimakumullah!

Pernahkah di antara kita mencoba untuk mencermati kondisi umat muslim di zaman kita sekarang ini? Coba kita perhatikan dari sisi jumlah. Umat muslim saat ini sangatlah banyak jumlahnya, terutama di negeri kita ini. Namun, kenyataannya kita ini lemah dan kurang percaya diri.

Masih ada rasa pesimis dan khawatir saat melaksanakan sebagian syiar agama kita. Bahkan, terkadang kita tidak bisa berbuat apa-apa manakala ada yang melakukan penistaan terhadap agama kita yang mulia ini.

Fenomena ini adalah salah satu bentuk kerusakan yang terjadi pada umat ini. Di antara penyebabnya adalah kemaksiatan dan kezaliman yang dilakukan oleh umat ini sendiri.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعۡضَ ٱلظَّٰلِمِينَ بَعۡضَۢا بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

“Demikianlah, kami jadikan sebagian orang zalim berkuasa atas sebagian yang lain disebabkan yang mereka perbuat.” (al-An’am: 129)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَجَزَٰٓؤُاْ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثۡلُهَاۖ

“Dan balasan dari kejelekan adalah kejelekan yang semisal dengannya.” (asy-Syura: 40)

Baca juga: Hukum Mengolok-Olok Sunnah Nabi

Sebenarnya, kondisi seperti ini telah diingatkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sejak empat belas abad yang lalu. Diriwayatkan oleh sahabat Tsauban radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَتَدَاعَى عَلَيْكُمْ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا. فَقُلْنَا: أَمِنْ قِلَّةٍ مِنَّا يَوْمَئِذٍ، يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، يَنْتَزِعُ اللهُ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَيَقْذِفُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ. فَقُلْنَا: وَمَا الْوَهْنُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

“Hampir-hampir saja bangsa-bangsa (musuh) dari segala penjuru saling mengajak untuk memerangi kalian sebagaimana orang-orang mengerumuni hidangan makanan mereka di nampan.”

Kami (para sahabat) bertanya, “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu, wahai Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Bahkan, jumlah kalian ketika itu banyak, tetapi hampa seperti buih air. Allah hilangkan rasa takut di dalam kalbu musuh kalian kepada kalian dan Allah timpakan ke dalam kalbu kalian wahn, yaitu lemah.”

Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan ‘wahn’ (lemah) ini, wahai Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Cinta dunia dan benci dengan kematian.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah)

Berdasarkan keterangan hadits di atas, cinta dunia dan membenci kematian merupakan penyebab lemah dan hilangnya wibawa umat Islam.

Baca juga: Beriman Adanya Kebangkitan Setelah Kematian

Di antara hadits yang menjelaskan penyebab umat ini ditimpa kehinaan sekaligus menjelaskan jalan keluar dari musibah ini adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَاتَّبَعْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ فِي سَبِيلِ اللهِ سَلَّطَهُ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لاَ يَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِيْنِكُمْ

“Apabila kalian sudah melakukan jual beli dengan cara ‘inah (bentuk jual beli yang terdapat unsur riba), sangat menyukai bertani dan membuntuti ekor-ekor sapi (sibuk dengan lahan pertanian), dan meninggalkan jihad fi sabilillah, niscaya Allah akan timpakan kehinaan kepada kalian. Dia tidak akan melepaskannya sampai kalian kembali pada agama kalian.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu anhuma)

Baca juga: Meninggalkan Jihad, Sebab Kehinaan dan Kerendahan

Saudaraku kaum muslimin rahimakumullah!

Mari kita bersama-sama memerhatikan arahan dari Nabi kita yang mulia shallallahu alaihi wa sallam, bahwa satu-satunya solusi untuk menyelamatkan kita dari kelemahan dan kehinaan adalah kembali ke agama Allah dengan berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta menjalankan agama sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat radhiallahu anhum mengamalkannya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Manakala kemenangan ada pada pihak orang-orang kafir, penyebabnya adalah dosa-dosa kaum muslimin yang melemahkan iman mereka. Akan tetapi, tatkala mereka bertobat (kembali kepada Allah) dengan menyempurnakan iman mereka, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan mengaruniakan kemenangan bagi mereka.”

Maasyiral muslimin rahimakumullah!

Kita wajib berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ

“Dan taatilah Allah dan Rasul agar kalian diberi rahmat.” (Ali Imran: 132)

Baca juga: Mengagungkan Sunnah, Buah Nyata Akidah yang Benar

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنِّي تَارِكٌ فِيْكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِِي: كَتَابَ اللهِ وَسُنَّتِي

“Aku tinggalkan di tengah kalian dua hal yang selama kalian berpegang dengan keduanya kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku.” (HR. Ahmad dengan sanad yang hasan)

Meneladani Rasulullah dan para sahabat radhiallahu anhum merupakan suatu keharusan dalam berbenah diri. Hal ini sebagaimana yang diucapkan oleh al-Imam Malik rahimahullah,

لاَ يَصْلُحُ أَمْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ إِلاَّ بِمَا صَلُحَ بِهِ أَوَّلُهَا

“Urusan umat ini tidak akan menjadi baik kecuali dengan sesuatu yang membuat generasi awalnya menjadi baik.”

Sebab, untuk mencapai keberhasilan tentu harus menempuh jalannya. Adapun sebaik-baik jalan yang ditempuh oleh seorang muslim adalah jalan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliaulah shallallahu alaihi wa sallam suri teladan yang terbaik bagi kaum muslimin di sepanjang zaman dan setiap tempat tanpa terkecuali.

Baca juga: Kewajiban Mengikuti Sunnah Nabi

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

“Sungguh, telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi yang menghadap Allah, hari akhirat, dan banyak mengingat Allah.” (al-Ahzab: 21)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَدٍ

“Sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah kalam Allah, dan sebaik-baik jalan petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.” (HR. Muslim, dari sahabat Jabir radhiallahu anhu)

Imam az-Zuhri rahimahullah berkata,

الْاِعْتِصَامُ بِالسُّنَّةِ نَجَاةٌ

“Berpegang dengan As-Sunnah adalah keselamatan.”

Demikian pula para sahabat radhiallahu anhum, mereka adalah sebaik-baik generasi. Allah subhanahu wa ta’ala memilih mereka sebagai penyerta Nabi-Nya,

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah kurunku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Mas’ud radhiallahu anhu)

Kurun Nabi adalah para sahabat radhiallahu anhum.

Baca juga: Jalan Salaf Jaminan Kebenaran

Hadirin rahimakumullah!

Mengikuti jalan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat radhiallahu anhum berarti mengikuti jalan golongan yang selamat dari api neraka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ، كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاّ وَاحِدَةً. قَالُوا: وَمَن هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي

“Umatku ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya berada di dalam neraka, kecuali satu golongan.”

Para sahabat radhiallahu anhum bertanya, “Siapakah golongan tersebut, wahai Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya.” (HR. at-Tirmidzi dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu)

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالْحِكْمَةِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

 

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ، فَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.ُ

Hadirin rahimakumullah,

Kita berlindung kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari keburukan diri kita dan kejelekan perbuatan-perbuatan kita. Sungguh, azab pernah menimpa umat Yahudi di masa lalu disebabkan oleh kezaliman mereka sendiri. Cukuplah mereka menjadi pelajaran bagi kita. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang mereka,

فَبِظُلۡمٖ مِّنَ ٱلَّذِينَ هَادُواْ حَرَّمۡنَا عَلَيۡهِمۡ طَيِّبَٰتٍ أُحِلَّتۡ لَهُمۡ وَبِصَدِّهِمۡ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ كَثِيرًا ١٦٠ وَأَخۡذِهِمُ ٱلرِّبَوٰاْ وَقَدۡ نُهُواْ عَنۡهُ وَأَكۡلِهِمۡ أَمۡوَٰلَ ٱلنَّاسِ بِٱلۡبَٰطِلِۚ وَأَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ مِنۡهُمۡ عَذَابًا أَلِيمًا ١٦١

“Karena kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan bagi mereka makanan yang baik-baik yang dahulu halal bagi mereka, dan karena mereka menghalangi orang dari jalan Allah, dan karena mereka menerima harta riba. Padahal mereka benar-benar dilarang darinya. Mereka makan harta orang dengan cara batil. Dan Kami siapkan untuk orang-orang kafir dari mereka azab yang pedih.” (an-Nisa: 160—161)

Baca juga: Menjaga Kesucian Darah Harta dan Kehormatan Sesama Muslim

Jamaah sidang jumat rahimakumullah!

Mari kita bersama-sama kembali pada agama Allah dengan bertobat serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Di antara sebab turunnya berkah dari Allah adalah iman dan takwa, sebagaimana halnya sebab turunnya azab adalah kekafiran dan kemaksiatan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ

“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (al-A’raf: 96)

Baca juga: Di Antara Sebab Wabah & Musibah Adalah Dosa & Maksiat

Kemudian sebagai penutup khotbah pada kesempatan kali ini, kami ingin mengajak para hadirin untuk mendoakan kebaikan bagi para penguasa muslim negeri kita ini dan negeri-negeri Islam lainnya.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberikan taufik dan hidayah kepada mereka sehingga bisa menjalankan amanat dan tugas dengan baik sebagaimana yang dicintai dan diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, kehidupan dan agama suatu negeri tidak bisa berjalan dengan baik tanpa pemimpin yang baik dan saleh.

Baca juga: Bersungguh-Sungguh Mendoakan Kebaikan untuk Pemerintah pada Masa Wabah

Perlu diketahui bahwa mendoakan kebaikan bagi para penguasa merupakan salah satu prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah. Sampai-sampai Imam Ahmad rahimahullah berkata,

لَوْ أَنَّ لِي دَعْوَةً مُسْتَجَابَةً لَدَعَوْتُهَا لِلسُّلْطَانِ

“Sekiranya aku memiliki doa yang mustajab, pasti akan aku panjatkan doa tersebut untuk sang pemimpin.”

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا،

اللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ،

اللَّهُمَّ أَعِنْهُمْ عَلَى الْقِيَامِ بِمَهَامِهِمْ كَمَا أَمَرْتَهُمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ،

اللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ،

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ،

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،

اللَّهُمَّ لَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دَينِنَا،

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكَ عْلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

 

Ditulis oleh Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar