Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata, “Apabila air laut telah meluap menerobos ke daratan, siapakah yang sanggup membendungnya?!” (Beliau inginkan dengan perkataan ini untuk memberi peringatan terhadap banyaknya kemungkaran). (Mawa’izh al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah hlm. 90)
Al-Imam al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Menangislah kalian atas orang-orang yang ditimpa bencana. Jika dosa-dosa kalian lebih besar dari dosa-dosa mereka (yang ditimpa musibah -red.), ada kemungkinan kalian bakal dihukum atas dosa-dosa yang telah kalian perbuat, sebagaimana mereka telah mendapat hukumannya, atau bahkan lebih dahsyat dari itu.” (Mawa’izh al-Imam al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah hlm. 73)
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla benar-benar menjanjikan adanya ujian bagi hamba-Nya yang beriman, sebagaimana seseorang berwasiat akan kebaikan pada keluarganya.” (Mawa’izh al-Imam al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah hlm. 111)
“Tidak ada musibah yang lebih besar daripada musibah yang menimpa kita, (yang) salah seorang dari kita membaca al-Qur’an malam dan siang akan tetapi tidak mengamalkannya, sedangkan semua itu adalah risalah-risalah dari Rabb kita untuk kita.” (Mawa’izh al-Imam al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah hlm. 32)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Seorang mukmin itu berbeda dengan orang kafir dengan sebab dia beriman kepada Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya, membenarkan apa saja yang dikabarkan oleh para rasul tersebut, menaati segala yang mereka perintahkan, dan mengikuti apa saja yang diridhai dan dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla, bukannya (pasrah) terhadap ketentuan dan takdir-Nya yang berupa kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan-kemaksiatan. Akan tetapi, (hendaknya) dia ridha terhadap musibah yang menimpanya bukan terhadap perbuatan-perbuatan tercela yang telah dilakukannya.
Terhadap dosa-dosanya, dia beristighfar (minta ampun). Adapun dengan musibah-musibah yang menimpanya, dia bersabar.”
(Makarimul Akhlaq, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hlm. 281)
Comments are closed.