Surat Pembaca Edisi 71

Mengapa Sering Menyoroti Kelompok Lain?

Kenapa majalah Asy-Syari’ah/salafi sering mengungkap kekurangan tokoh jamaah lain, apakah salafi merasa paling benar (egois) padahal yang saya dengar dari jamaah lain salafi adalah bentukan dari putra mahkota Arab Saudi, agar tidak mendakwahkan masalah politik, karena dalam Islam tidak ada sistem kerajaan sehingga bisa membela kerajaan Arab, dan selalu mencari-cari kekurangan jamaah lain kemudian diajak ke salafi? Bukankah persatuan lebih penting dalam Islam? Bukankah saling melengkapi kekurangan kita lebih penting dari pada kita hanya melihat kekurangan jamaah lain.

Abu Qois-Lampung 0852699xxxxx

Jawaban Redaksi

Anda salah dalam memahami masalah ini. Mengungkapkan kesalahan atau mengkritik kesalahan seseorang /kelompok adalah kewajiban yang digariskan oleh Allah kepada kaum muslimin secara umum, bukan hanya salafi. Ini adalah bagian dari amar ma’ruf nahi mungkar yang telah kita kethaui bersama sebagai sebuah prinsip penting dalam agama ini. Tanpa adanya kritik terhadap kesalahan, maka Islam akan terkotori berbagai bid’ah.

Perlu diingat, ini bukan sikap egois atau ingin menang sendiri. Seorang salafi sejati tidak merasa maksum (terbebas dari kesalahan). Yang maksum hanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi, ia merasa berkewajiban untuk melakukan kritik sebagai bentuk penunaian tanggung jawabnya di hadapan Allah.

Salafi adalah nisbah kepada generasi salaf: sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Mereka ada jauh sebelum ada Kerajaan Arab Saudi. Kepada generasi yang paling dekat dengan kemurnian Islam inilah semestinya kita merujuk dalam hal mengaplikasikan Islam.

Salafi bukanlah kelompok atau organisasi, apalagi bentukan putra mahkota Saudi sebagaimana dituduhkan. Politik Islam adalah politik yang beretika, tidak larut dalam sistem yang disetting nonmuslim (seperti demokrasi) yang praktiknya justru mengebiri syariat Islam, namun juga tidak bermudah-mudah dalam menjatuhkan penguasa. Mendapatkan penguasa/pemerintah yang banyak kekurangannya adalah niscaya di masa kita ini, namun di sini kita dituntut bagaimana bersikap secara benar dengan tidak hanya bermodalkan semangat.

Salah satu kelompok yang sering kami singgung adalah Syiah (Rafidhah), agama yang mengafirkan hampir seluruh sahabat, menyebut istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. sebagai pelacur, acap menikam Islam dari belakang, serta menjadi otak di balik huru-hara di dalam sejarah Islam. Diamkah kita terhadap kesesatan mereka? Di manakah amar ma’ruf nahi mungkar kita di saat ada tokoh dan kelompok Islam justru mengampanyekan “persatuan” dengan merangkul Syiah?

Sebaiknya Anda membaca kembali edisi-edisi kami yang telah lalu, bagaimana hakikat dakwah salaf, mengapa kita merujuk mereka dalam memahami agama ini, dan seterusnya. Dengan merujuk merekalah kita berharap bisa mengaplikasikan Islam yang benar sebagaimana Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Wallahu a’lam.