Kejanggalan-kejanggalan yang Menarik untuk Dicermati

Di luar dugaan, jumlah korban meninggal Tragedi Mina kali ini sangat besar, ditambah korban cedera dan luka-luka. Tampaknya ada yang tidak wajar. Mengapa?

Dahulu saat jamarat masih sempit dan tidak seluas sekarang, ketika terjadi insiden desak-desakan, jumlah korban meninggal tidak sampai di atas 200 jamaah.

Petugas haji Arab Saudi yang diturunkan saat ini sangat banyak dan sangat lebih dari cukup. Mereka sigap dan tangkas bekerja di lapangan memberikan pelayanan yang terbaik. Mereka adalah para petugas yang terlatih, profesional, dan berpengalaman.

Komitmen Pemerintah Arab Saudi tidak main-main dalam memberikan khidmat terhadap Haramain dan pelayanan haji. Biaya besar dikeluarkan, berbagai saran dan masukan diterima dengan lapang dada, serta berbagai evaluasi dan perbaikan pelayanan terus ditingkatkan dari tahun ke tahun. Bahkan, ada departemen dan kementerian khusus yang mengatur urusan haji dan pengelolaannya.

Di antara hasil nyatanya, dalam waktu 10 tahun terakhir hampir-hampir tidak terdengar ada musibah yang berarti. Tentu saja, itu semua berkat karunia Allah subhanahu wa ta’ala Sang Pencipta dan Pemelihara manusia beserta jagat raya ini.

Pada tahun-tahun sebelumnya, pada jam yang sama dengan waktu kejadian tragedi Mina kemarin, arus jamaah memang padat. Namun, karena tertib dan teratur, semuanya berjalan dengan lancar. Jamaah haji bisa melempar jumrah dengan tertib, lancar, dan aman.

Tragedi kemarin terjadi bukan di jalan utama, melainkan di jalan cabang, di tengah perkemahan resmi jamaah haji, sebagaimana dilaporkan oleh Jubir Resmi Pemerintah Arab Saudi. Penumpukan jamaah dalam jumlah besar di jalan cabang tersebut belum pernah terjadi sebelumnya.

Selain itu, tempat TKP masih sangat jauh dari Jamarat, kurang lebih 2 km. Korbannya kemungkinan besar adalah jamaah haji resmi yang memiliki tenda resmi.

Jadi sekali lagi, insiden bukan di Jamarat, bukan pula di jalur utama pejalan kaki. Biasanya di jalan cabang ini, minim kerawanan insiden. Tingkat kepadatannya pun tidak seperti di jalur utama pejalan kaki. Kalau jamaah berjalan searah, walaupun dalam jumlah banyak, insya Allah aman dan lancar, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.

Sangat besar kemungkinan bahwa tragedi memilukan ini memang sudah direncanakan sedemikian rupa. Ada orang-orang yang disiapkan untuk membuat kegaduhan dan keributan, kemudian sudah disiapkan pula pernyataan-pernyataan politiknya.

Jelas ada kepentingan besar untuk menjatuhkan Arab Saudi di mata internasional. Musim haji merupakan waktu yang sangat tepat untuk membuat kegaduhan. Cara itu sangat efektif untuk memojokkan Pemerintah Negeri Tauhid tersebut.

Fakta di lapangan membuktikan bahwa tragedi berawal dari jamaah haji Iran yang sengaja bergerak melawan arus. Sebagaimana dilaporkan media, salah seorang pimpinan Jamaah haji Iran mengakui, gerakan 300 jamaah haji Iran yang melawan arus menjadi sebab di balik tragedi Mina.

Iran sangat berkepentingan untuk membuat keributan pada musim haji, untuk menjatuhkan Arab Saudi, menyusul kekalahan Syi’ah Hutsi di Yaman dukungan Iran. Dengan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, bala tentara tauhid berhasil memukul mundur kaum Syi’ah Hutsi di Yaman.

Dilaporkan oleh salah satu media, mantan diplomat Iran mengungkap rencana intelijen pemerintah Iran untuk mempermalukan Kerajaan Arab Saudi dengan merusak pelaksanaan haji di musim ini. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan elemen-elemen ISIS dan beberapa elemen yang berada di bawah intelijen Iran.

Dinyatakan pula oleh mantan diplomat Iran tersebut bahwa pemerintah Iran telah menyepakati cara dan waktu terbaik untuk menghadapi Arab Saudi adalah ketika musim haji. Pemerintah Iran juga bersepakat bahwa sekiranya tidak bisa menimbulkan keributan pada musim haji tahun ini, mereka akan kehilangan kesempatan dan harapan untuk membalas kekalahan sekutu mereka di Yaman (kelompok Hutsi) yang diserang oleh koalisi negara-negara Arab pimpinan Arab Saudi.

Mantan diplomat Iran tersebut juga menuturkan bahwa rencana ini telah dibahas dalam sebuah pertemuan, sepekan setelah bulan suci Ramadhan. Hadir dalam perencanaan tersebut adalah Ali Khamenei, beserta dengan pejabat-pejabat keamanan Iran seperti Qasem Sulaimany, Ali Akbar Wilayaty, Ali Larijani, dan Alauddin Baroujerdi. Pertemuan tersebut digelar selama berjam-jam.

Tepat sehari sebelum tragedi Mina, ketika jamaah haji kaum muslimin sedang khusyuk melaksanakan ibadah wuquf di Arafah, sebuah akun facebook milik Hassan M. Assegaf menebar provokasi melakukan pergerakan. Ternyata isi tulisan di facebook milik Irancorner Hassan M. Assegaf itu sama persis dengan isi akun resmi IJABI Pusat; diposting sehari sebelum tragedi Mina. Berikut ini petikannya.

 RAFIDHAH MELAWAN ARUS MENUJU KEMATIAN

Hasan M. Assegaf

23 September pukul 11:36

Hari ini, …..

Mereka tidak bergerak menuju Mina, tapi Karbala.

Mereka tidak berdoa untuk diri, melainkan sesama.

Mereka tanggalkan kain ihram, tapi mereka kenakan kain kafan.

Mereka tidak serahkan hewan sembelihan, melainkan leher yang terlentang.

Hari ini semua yang menyeru Tuhan berharap kembali pada tanah air mereka, kecuali satu umat saja.

Mereka bergerak menuju kematian. Itulah Arafah yang sesungguhnya, pengakuan akan kebesaran Dia.

Mereka bergerak menuju syahadah. Itulah Mina, cinta yang sejati, rindu yang sebenarnya.

Mereka bergerak menuju altar kepasrahan. Itulah pengorbanan yang sesungguhnya.

Ya Husain!

Ya Husain!

Ya Husain!

(https://www.facebook.com/pazdaran/posts/10204881985163566?pnref=story)

 

Patut kita renungkan….

Bertahun-tahun pemerintah Arab Saudi memberi pelayanan tanpa insiden. Pernahkah ada yang memberi apresiasi? Khususnya Iran, pernahkah mengungkapkan penghargaan dan rasa terima kasih pada saat musim haji yang telah lalu yang berlangsung sangat tertib dan khidmat?

Namun, mengapa begitu ada musibah, Iran tidak menampakkan keinginan membantu pemerintah Saudi, tetapi justru berlaku murka. Itu ditandai dengan kecaman Ali Khameini terhadap pemerintah Arab Saudi.

Ada apa di balik ini semua?

Di mana suara kaum liberal, Syiah, dan orang yang menyimpang hatinya kala pemerintah Arab Saudi bertahun-tahun mampu dan sangat perhatian terhadap keberlangsungan ibadah haji dengan penuh khidmat? Adakah mereka mengapresiasi pemerintah Saudi?

Tahun ini pun pelayanan pemerintah Arab Saudi terhadap jamaah haji tidak ada yang berkurang, bahkan makin meningkat. sebagaimana diakui oleh para jamaah haji.

Namun, tidak ada seorang pun yang bisa melawan kuasa Allah subhanahu wa ta’ala. Dengan hikmah dan keadilan-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala menghendaki terjadinya tragedi ini.

Sungguh bertentangan dengan agama dan akal yang sehat, apabila tragedi ini dijadikan alasan untuk memojokkan dan menjatuhkan Arab Saudi, seraya melupakan berbagai jasa baik yang sangat banyak, bahkan lupa atas kekuasaan dan keadilan Allah ‘azza wa jalla.

Memberikan pelayanan untuk dua tanah haram merupakan kehormatan bagi Arab Saudi. Raja Salman bin Abdul Aziz berkata, “Allah telah memuliakan Kerajaan Arab Saudi untuk memberikan pelayanan kepada dua Tanah Haram yang mulia. Kami tegaskan tekad kami untuk mengokohkan persatuan dan tidak membiarkan adanya tangan-tangan tersembunyi yang bermain!” (Dikutip oleh @SaudiNews50)

Itu semua semata-mata berkat karunia dan rahmat Allah. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menjaga dan melindungi Pemerintah Arab Saudi, serta membimbing mereka untuk selalu di atas kebenaran.

Amin Ya Rabbal Alamin.