Liberalisme Mengancam

Liberalisme menjadi alat perusak. Liberalisme menjadi tunggangan berbagai kepentingan. Liberalisme jahat.

Apa itu liberalisme?

Liberalisme mengandung makna ‘kebebasan’, kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris, liberalism.

Liberalisme adalah sebuah paham yang mengusung kebebasan pribadi dan berpandangan wajibnya menghormati kemerdekaan pribadi. Asal katanya adalah kata liberty (Inggris) dan liberte (Prancis), yang inti maknanya adalah ‘kebebasan’.

Menurut kaum liberal, tugas inti negara adalah melindungi kebebasan penduduknya, seperti: kebebasan berpikir, kebebasan berpendapat, kepemilikan pribadi, dan kebebasan pribadi.

Liberalisme bisa dimaknai sebagai suatu paham filsafat politik yang berkeyakinan bahwa kesatuan agama bukanlah sesuatu yang pasti dalam mengatur suatu masyarakat yang baik; bahkan undang-undang harus menjamin kebebasan pendapat dan keyakinan.

 

Prinsip Liberalisme

  1. Kebebasan

Kebebasan yang dimaksud adalah bebas dalam berperilaku, merdeka dalam perbuatan, tanpa ada campurtangan negara atau siapapun. Tugas negara adalah melindungi kebebasan tersebut.

Namun, bagaimanapun kebebasan tersebut tetap terikat dengan undang-undang, karena undang-undang merupakan suatu keharusan dalam sebuah kehidupan bermasyarakat. Hanya saja, undang-undang bagi mereka bukan sesuatu yang bersifat memaksa dan membatasi kebebasan; karena menurut mereka, kebebasan merupakan hak asasi manusia.

 

  1. Individual

Individual sangat erat dengan kebebasan, sehingga individualisme bertujuan pada kemerdekaan pribadi dan kebebasannya. Di masyarakat Barat, egoisme menjadi sifat yang mendominasi pada masa kebebasan mereka dari tekanan ajaran gereja sampai abad ke-20. Inilah yang kemudian diikuti oleh para penganut ajaran liberalisme.

 

  1. Rasional

Yang dimaksud dengan prinsip rasional adalah kemerdekaan akal dalam mengetahui maslahat dan manfaat tanpa membutuhkan kekuatan dari luar.

Ketergantungan mereka terhadap akal kian menguat setelah masa kemerdekaan mereka dari pengaruh tekanan gereja. Puncaknya adalah abad ke-19 sebagai puncak kejayaan kaum liberal.

Di antara aplikasi mereka dalam hal rasionalisasi adalah negara berlepas dari keagamaan penduduknya, karena kebebasan memiliki konsekeunsi tidak adanya kepastian. Sebab, tidak mungkin sesuatu sampai kepada hakikatnya kecuali melalui penalaran akal dan percobaan. Sebelum menjalani percobaan, seorang manusia berada dalam kebodohan terhadap hal-hal yang sifatnya universal.

Inilah sebabnya mereka tidak pernah sampai kepada sesuatu yang pasti, ini yang kemudian disebut dengan prinsip toleransi. Hakikatnya adalah berlepas dari keterikatan dengan ajaran agama. Prinsip ini memberi manusia hak untuk meyakini apa saja yang dia maukan serta mengumumkannya, dan negara wajib memberikan jaminan hak ini kepada penduduknya.

Dengan demikian, kebertumpuan kepada akal serta keterlepasan dari nilai-nilai agama dan akhlak yang mulia menjadi ciri khas paham liberalisme. Sebab, akal liberalis adalah akal yang tidak beriman melainkan kepada sesuatu yang tampak saja, bukan yang gaib.

Ditulis oleh al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc