Menyikapi Maraknya Kasus Murtad

Setelah berusaha menjalankan tindakan-tindakan preventif yang disebutkan pada tajuk sebelumnya, ada beberapa hal yang tidak kalah pentingnya dalam hal menyikapi maraknya kasus murtad di akhir-akhir ini. Di antaranya:

  1. Berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla agar mengembalikan mereka kepada Islam.
  2. Mendakwahkan Islam kepada mereka dengan menyampaikan nasihat.

Allah ‘azza wa jalla berfirman,

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat yang baik. Dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat hidayah.” (an-Nahl: 125)

Maksud jidal (berdebat) dalam ayat di atas adalah menyampaikan kebenaran dan mematahkan kebatilan. Hukumnya bisa jadi wajib atau sunnah, tergantung tuntutan situasi dan kondisi. (lihat penjelasan asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Syarah Lum’atul I’tiqad hlm 160)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثُمَّ اْدُعُهُمْ إِلىَ الْإِسْلاَمِ وَأَخْبِرْهُم بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِم مِنْ حَقِّ اللهِ فِيْهِ، فَوَاللهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمُرِ النَّعَمِ

“Kemudian ajaklah mereka kepada Islam. Jelaskan kepada mereka tentang hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, bilamana Allah ‘azza wa jalla memberi hidayah kepada satu orang melalui dirimu, sungguh itu lebih berharga bagimu daripada seekor unta betina merah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Sahl bin Sa’d radhiallahu ‘anhu)

Setelah segala upaya dicurahkan dan tidak tampak membuahkan hasil, kita pasrahkan semuanya kepada Allah ‘azza wa jalla. Dialah ‘azza wa jalla yang telah berfirman,

لَيۡسَ لَكَ مِنَ ٱلۡأَمۡرِ شَيۡءٌ أَوۡ يَتُوبَ عَلَيۡهِمۡ أَوۡ يُعَذِّبَهُمۡ فَإِنَّهُمۡ ظَٰلِمُونَ ١٢٨

“Bukan menjadi urusanmu, apakah Allah menakdirkan untuk mereka bertobat atau Dia mengazab mereka, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang zalim.” (Ali ‘Imran: 128)

إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ٥٦

“Engkau tidaklah dapat memberi hidayah kepada orang yang engkau cintai, namun Allah sajalah yang memberi hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki.” (al-Qashash: 56)

فَإِنۡ أَسۡلَمُواْ فَقَدِ ٱهۡتَدَواْۖ وَّإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّمَا عَلَيۡكَ ٱلۡبَلَٰغُۗ وَٱللَّهُ بَصِيرُۢ بِٱلۡعِبَادِ ٢٠

“Jika mereka masuk Islam, berarti mereka telah mendapat petunjuk. Akan tetapi, jika mereka berpaling, kewajibanmu hanyalah menyampaikan, dan Allah Maha Memerhatikan hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 20)

Kita meyakini sepenuhnya firman Allah ‘azza wa jalla,

فَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يَهۡدِيَهُۥ يَشۡرَحۡ صَدۡرَهُۥ لِلۡإِسۡلَٰمِۖ وَمَن يُرِدۡ أَن يُضِلَّهُۥ يَجۡعَلۡ صَدۡرَهُۥ ضَيِّقًا حَرَجٗا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي ٱلسَّمَآءِۚ كَذَٰلِكَ يَجۡعَلُ ٱللَّهُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ ١٢٥

“Barang siapa dikehendaki oleh Allah akan mendapat hidayah, niscaya Dia akan melapangkan dadanya untuk menerima Islam. Barang siapa dikehendaki-Nya menjadi tersesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia sedang mendaki langit. Demikianlah Allah menimpakan siksanya kepada orang-orang yang tidak beriman.” (al-An’am: 125)

Allah ‘azza wa jalla pasti akan menggantikan orang-orang yang murtad tersebut dengan generasi yang dicintai dan diridhai oleh- Nya. Hal ini sebagaimana janji-Nya,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٥٤

“Wahai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad (keluar) dari agamanya, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai oleh Allah dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang beriman, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas (karunia-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (al-Maidah: 54)

Wallahul Muwaffiq.

 

Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar