Sebagai rasul yang terakhir, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki kekhususan dibandingkan dengan nabi yang lain. Beliau juga memiliki hak-hak atas umat manusia. Di antara yang wajib diimani sebagai kekhususan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah beliau menjadi penutup para nabi, tidak ada nabi setelah beliau. Beliau diutus untuk seluruh manusia sepanjang zaman hingga hari kiamat, sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing.
Selain itu, wajib diimani pula bahwa syariat beliau menghapus syariat-syariat sebelumnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam juga memiliki beberapa kekhususan lainnya. Dalam ruang yang terbatas ini, mari kita melihat beberapa kekhususan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan hak-hak beliau atas umatnya. Kita awali dengan pembahasan kekhususan beliau atas para nabi dan rasul.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Khatamun Nabiyyin (Penutup Para Nabi)
Di antara kekhususan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau adalah penutup para nabi, tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya. Keyakinan bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penutup para nabi, merupakan keyakinan umat Islam seluruhnya, tanpa kecuali. Keyakinan ini adalah salah satu prinsip yang disepakati oleh seluruh ulama terdahulu dan yang belakangan. Banyak dalil, baik dalil-dalil naqli (nash al-Kitab dan as-Sunnah) maupun aqli (akal) yang menunjukkannya. Di antara dalil naqli adalah empat dalil berikut.
1. Dalam al-Qur’an secara tegas Allah Subhanahu wata’ala menyatakan bahwa Muhammad adalah khatamun nabiyyin (penutup para nabi). Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, melainkan rasulullah dan penutup para nabi. Adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (al-Ahzab: 40)
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Ayat ini adalah nash bahwa tidak ada nabi setelahnya. Jika tidak ada nabi setelahnya, berarti tidak ada rasul setelahnya. Kerasulan lebih pantas dan lebih layak untuk tidak ada, karena risalah (kerasulan) lebih khusus daripada nubuwah (kenabian). Semua rasul adalah nabi, namun tidak sebaliknya.” (Tafsir al-Qur’anul Azhim)
2. Diriwayatkan dalam hadits mutawatir dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الرِّسَالَةَ وَالنُّبُوَّةَ قَدِ انْقَضَتْ فَلاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدِي
“Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis, maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku.” (HR. Ahmad)
3. Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَثَلِي وَمَثَلُ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى دَارًا بِنَاءً فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلاَّ مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ مِنْ زَوَايَاهُ، فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ: هَلَّا وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ؟ قَالَ: فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ الْأَنْبِيَاءِ
“Sesungguhnya perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku seperti seseorang yang membuat sebuah rumah. Diperindah dan diperbagusnya (serta disempurnakan pembangunannya) kecuali satu tempat untuk sebuah batu bata di salah satu sudutbya. Orang-orang pun mengelilingi rumah dan mengaguminya lantas bertanya, “Mengapa batu bata ini belum dipasang?” Nabi pun berkata, “Sayalah batu bata (terakhir) itu, dan sayalah penutup para nabi.” (HR. al- Bukhari, Ahmad, dan Ibnu Hibban)
4. Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى يَبْعَثَ دَجَّالُوْنَ كَذَّابُوْنَ قَرِيْبٌ مِنْ ثَلاَثِيْنَ كُلُّهُمْ يَزْعَمُ أَنَّهُ رَسُوْلُ اللهِ
“Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tiga puluh pendusta (penipu). Semuanya mengaku sebagai rasul Allah Subhanahu wata’ala.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Dalam riwayat lain, “… Dan sesungguhnya akan muncul pada umatku pendusta yang jumlahnya tiga puluh orang. Mereka semua mengaku sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi dan tidak ada nabi sepeninggalku.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dengan sanad yang sahih menurut syarat Muslim)
Inilah empat dalil naqli yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penutup para nabi. Adapun dalil-dalil aqli, yang menunjukkan keyakinan Ahlus Sunnah adalah dua dalil berikut.
1. Allah Subhanahu wata’ala mengabarkan bahwa agama Islam telah sempurna sehingga syariat tidak perlu lagi penambahan atau pengurangan hingga hari kiamat. Artinya, tidak perlu diutus nabi atau rasul lagi. Tentang kesempurnaan syariat Islam, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ
“Pada hari ini Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, telah kucukupkan nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama bagi kalian.” (al-Maidah: 3)
2. Al-Qur’an dan as-Sunnah telah dijamin sebagai pembimbing hingga hari kiamat. Allah Subhanahu wata’ala juga menjamin akan menjaga keduanya sebagaimana dalam firman-Nya,
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al-Hijr: 9)
Jika al-Qur’an dan as-Sunnah telah dijaga hingga hari kiamat, tidak ada perubahan, cukuplah keberadaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai rasul yang terakhir dengan risalah yang dijamin kemurniannya hingga hari kiamat. Oleh karena itulah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjamin kebaikan bagi mereka yang berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah dalam sabda beliau,
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا أَبَدًا، كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ رَسُوْلِهِ
“Aku tinggalkan dua hal pada kalian, jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, niscaya tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua hal itu adalah al- Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. al-Imam Malik)
Hadits di atas menjelaskan bahwa cukup bagi umat Islam untuk menjadikan al-Qur’an dan sunnah Nabi sebagai pedoman hidupnya. Artinya, tidak perlu adanya nabi dan rasul sesudah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab, jika ada nabi lagi, pasti wahyu Allah Subhanahu wata’ala akan turun lagi. Akan ada lagi hadits-hadits dari nabi atau rasul yang baru tersebut,yang menambah atau mengurangi apa yang telah ada dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ini sangatlah mustahil dan sangat bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wata’ala tentang kesempurnaan Islam. Jika ada yang meyakini diutusnya nabi setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti Ahmadiyah yang menetapkan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi1, sungguh dia telah mencela Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul- Nya. Ia telah keluar dari barisan kaum muslimin. Asy-Syaikh Jamaluddin Muhammad al-Anshari berkata, “Merujuk kepada al-Qur’an dan hadis mutawatir di atas, kalau ada orang yang mengatakan masih akan ada nabi setelah nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam atau ada orang yang mengaku menjadi nabi atau rasul, maka mereka telah sesat dan kafir.” (Lisanul Arab)
Sebagai penutup pembahasan, ada sebuah hal yang mungkin menjadi pertanyaan, “Bukankah di akhir zaman nanti Nabi Isa ‘Alaihisslam akan turun ke muka bumi? Apakah artinya ada nabi sesudah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam?” Jawabannya, benar bahwa Nabi Isa ‘Alaihissalam akan turun ke muka bumi di akhir zaman sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat ini Nabi Isa q berada di langit. Akan tetapi, beliau turun tidak membawa syariat baru. Beliau turun untuk menegakkan syariat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. (Lihat Fatawa al-Haram al-Makki, asy-Syaikh Ibnu Utsaimin)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam Diutus untuk Seluruh Manusia
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bukan hanya diutus untuk orang-orang Arab, bukan pula kepada manusia di masa beliau saja. Yang wajib kita yakini, beliau diutus untuk seluruh manusia sepanjang masa hingga hari kiamat. Bahkan, Allah Subhanahu wata’ala juga mengutus beliau untuk kalangan jin. Berbeda halnya dengan nabi dan rasul yang lain, mereka diutus khusus untuk kaumnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
… وَكَانَ : أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً ، وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً
“Aku diberi lima kekhususan yang tidak diberikan oleh Allah l kepada nabi sebelumku… di antaranya: setiap nabi hanya diutus kepada umatnya, sedangkan aku diutus kepada seluruh umat manusia.” (HR. al-Bukhari)
Ayat – ayat al – Qur ’ an p n menunjukkan bahwa syariat beliau bersifat universal, berlaku untuk seluruh alam hingga hari kiamat. Di antara ayat-ayat tersebut adalah firman Allah Subhanahu wata’ala,
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا
“Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (al Furqan : 1)
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutusmu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (al-Anbiya’107 )
Allah Subhanahu wata’ala juga berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Kami tidak mengutusmu kecuali kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (Saba’: 28)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
“Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (al-A’raf : 158)
Syariat Beliau Menghapus Syariat- Syariat Sebelumnya
Dengan diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, terhapuslah semua syariat nabi sebelum beliau, dan tidak ada syariat lain yang diterima selain syariat yang beliau bawa. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
ڦ
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barang siapa mencari agama selain Islam, sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menguatkan makna ini dalam sabda beliau,
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tak seorang pun dari umat ini yang beragama Yahudi dan tidak pula Nasrani, yang pernah mendengar tentangku lantas dia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang aku bawa, kecuali dia menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim)
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc