Antara Iran dan Arab Saudi

Saat Kota Aleppo di Suriah berhasil dikuasai rezim Bashar al-Assad (Kamis, 15/12/2016), Presiden Iran Hasan Rouhani mengungkapkan rasa sukacitanya dengan menelepon langsung Bashar al-Asad. Hasan Rouhani mengucapkan selamat atas kemampuan rezim Suriah merebut Aleppo.

Persekongkolan Iran, Rusia, Suriah, dan Hizbullah (pasukan militan Syiah Lebanon) merupakan koalisi strategis Syiah, komunis, dan teroris. Iran sebagai negara berlandaskan pemahaman Syiah Rafidhah telah banyak andil menebar kematian dan pertumpahan darah di wilayah Timur Tengah. Termasuk di antaranya, dukungan terhadap rezim bengis Bashar al-Asad melalui bantuan pasukan paramiliter Iran “Garda Revolusi”.

Tak hanya itu, negara Syiah Iran melibatkan pula milisi Syiah Iran yang diterjunkan di garis terdepan di medan pembantaian terhadap kaum muslimin Suriah. Rezim komunis, Syiah, dan teroris Lebanon telah berkolaborasi membangun kekuatan militer untuk melibas habis kaum muslimin di Suriah. Itulah salah satu peran Iran dalam menciptakan ladang-ladang pembantaian. Akibat kolaborasi barbar Syiah Iran-Suriah, komunis Rusia, dan teroris Lebanon, kaum muslimin Suriah menanggung derita.

Pemerintah Arab Saudi mengulurkan bantuan kemanusiaan. Sejak peperangan berkecamuk di Suriah, Pemerintah Arab Saudi telah menampung 2,5 juta pengungsi Suriah dan mengucurkan dana kemanusiaan sebanyak 700 juta dolar AS. Kemudian 100.000 anak ditampung di sekolah-sekolah Arab Saudi dan para pengungsi diberi kebebasan sebagaimana warga negara Arab Saudi lainnya. Amal kemanusiaan Kerajaan Arab Saudi ini jarang terpublikasikan. Ini karena akhlak para pejabat Arab Saudi yang tawadhu (rendah hati) dan menjauh dari publisitas dalam melakukan amal kebajikan. Mereka menjauh dari aroma popularitas.

Tak mengherankan bila orang setingkat Ahmad Syafi’i Maarif tak mengetahui usaha keras pemerintah Arab Saudi dalam mengurusi para pengungsi Suriah. Ahmad Syafi’i Maarif—pendiri Maarif Institute yang pada 2012 memberikan penghargaan kepada Romo Carolus, seorang tokoh misionaris—menuliskan pada satu artikel di republika.co.id, bahwa Arab Saudi nol dalam membantu para pengungsi Suriah.

Di Yaman, nyaris tak berbeda jauh. Sebelum operasi penyelamatan dilakukan pasukan Arab Saudi dengan sandi “Ashifatu al-Hazm”, kondisi kaum muslimin di Yaman dalam keadaan terancam. Pengusiran, pembantaian, perampasan secara besar-besaran dilakukan kaum Syiah Hutsi Yaman.

Di wilayah Dammaj, Provinsi Sha’dah—dekat perbatasan Arab Saudi—kaum muslimin dianiaya dan diusir. Korban-korban terus berjatuhan akibat serangan kelompok pemberontak bersenjata Syiah Hutsi Yaman. Sekali lagi, pemberontakan bersenjata kaum Syiah Hutsi terhadap pemerintah Yaman tidak lepas dari campur tangan rezim Syiah Iran.

Sikap tanggap pemerintah Arab Saudi dengan dukungan penuh negara-negara Teluk, berhasil menahan laju kebiadaban kaum pemberontak bersenjata Syiah Hutsi yang disokong Iran. Alhamdulillah, segenap puji hanya bagi Allah subhanahu wa ta’ala.

Aksi kaum Syiah untuk menumpahkan darah kaum muslimin tak semata era kiwari saja. Sejak zaman baheula kala, kaum Syiah sudah kerap membuat onar. Sebut saja cuplikan sejarah Daulah Qaramithah (salah satu sekte Syiah) pada 317 H. Berkekuatan 700 tentara bersenjata di bawah pimpinan Abu Thahir, mereka bergerak menuju Kota Makkah yang saat itu tengah menyambut musim haji. Setiba di Kota Suci Makkah, kaum Syiah langsung beraksi. Mereka membantai para jamaah haji di Masjidil Haram, Makkah. Sekian banyak korban pembantaian dibuang ke sumur Zamzam. Orang-orang yang tengah di jalan pun disasar pula. Sekitar 30.000 jiwa melayang. Kota Makkah memerah bersimbah darah. Kelambu yang menyelimuti bangunan Ka’bah tak luput jadi sasaran pula. Kelambu itu dirobek, lalu dibagi-bagi kepada anggota pasukan. Hajar Aswad dicungkil lalu dicuri dan dibawa ke daerah ibukota Daulah Qaramithah, Hajar, Bahrain. (Tarikh Akhbar Qaramithah, hlm. 54. Lihat Majalah Asy-Syariah No. 114/X/1437 H/2016 M)

Pada 17 Maret 1979 Khomeini menyampaikan pernyataan permusuhan kepada kaum muslimin. Khomeini menghujat penguasa Arab Saudi sebagai pemegang dua Kota Suci, Makkah dan Madinah. Kata Khomeini, Makkah al-Mukarramah sedang diduduki oleh orang yang lebih jelek dari Yahudi. Pidato Khomeini secara nyata melontarkan permusuhannya kepada negara-negara yang tidak segaris dengan negara Syiah Iran. Khusus untuk dua kota suci, ancaman untuk melakukan kerusuhan pun ditebar.

Inilah bentuk permusuhan nyata terhadap kaum muslimin. Jiwa radikal senantiasa ditumbuhkan kalangan Syiah. Kebencian terhadap Arab Saudi pun selalu dinyalakan. Tak mengherankan bila banyak jamaah haji Iran sering menimbulkan kasus di Arab Saudi. Kekhusyukan beribadah pun jadi terganggu. Keamanan jamaah haji atau umrah pun jadi terancam akibat ulah kaum Syiah yang katanya mau berhaji atau umrah juga.

Bahkan, pada Jumat, 31 Juli 1987, jamaah haji Iran melakukan demonstrasi memprotes hukuman yang dijatuhkan kepada seorang warga Iran. Demonstrasi yang dilakukan di depan Masjidil Haram ini berakhir dengan banyak korban yang berjatuhan.

Tindakan radikal para demonstran menjadikan pihak aparat Arab Saudi bertindak tegas. Jamaah haji Iran merangsek memaksa masuk masjid. Namun, pihak aparat mencegahnya karena akan mengganggu kekhusukan jamaah haji lainnya yang tengah beribadah di dalam masjid. Akibat kebrutalan kaum Syiah itu, 401 orang tewas dan 643 mengalami luka-luka. Sekali lagi, kaum Syiah Iran selalu membuat insiden.

Mereka berharap opini tergalang sehingga nama baik Kerajaan Arab Saudi terpuruk. Opini semacam itulah yang menjadi keinginan kaum Syiah Iran. Keonaran demi keonaran terus dilakukan kaum Syiah Iran. Musim haji 2015 lalu pun jamaah haji Iran melakukan aksi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Akibat ulah jamaah haji Iran, banyak korban berjatuhan.

Berbagai upaya dilakukan untuk menjelek-jelekkan pemerintah Arab Saudi. Kalangan garis keras, teroris, radikalis mencemooh Arab Saudi lantaran menjadi pelopor memberantas aksi teror. Kaum liberalis berupaya menjatuhkan marwah Kerajaan Arab Saudi dengan melontarkan kebencian lantaran banyak situs bersejarah digusur perluasan Masjidil Haram. Kaum Syiah pun tak sepi melontarkan kata-kata buruk kepada Arab Saudi. Tujuannya satu: Ahlus Sunnah wal Jamaah yang dianut Kerajaan Arab Saudi musnah!

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, sebagai peletak dasar negara Kerajaan Arab Saudi, sedemikian besar penghormatannya kepada para imam Ahlus Sunnah wal Jamaah, seperti Imam asy-Syafi’i, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam Abu Hanifah, dan para imam lainnya. Berbeda halnya dengan kaum Syiah yang justru menghina para sahabat Nabi. Bahkan, istri Nabi, Aisyah radhiallahu anha. Malaikat Jibril alaihis salam pun dicela oleh kaum Syiah.

Arab Saudi adalah negeri yang aman. Komitmen untuk menjadikan para jamaah haji maupun umrah merasa aman beribadah selalu menanjak tinggi dari tahun ke tahun. Pelayanan pun selalu mengalami penyempurnaan. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi secara sungguh-sungguh memberikan yang terbaik bagi kaum muslimin. Hanya orang-orang yang memiliki penyakit dalam hatinya yang menilai buruk Arab Saudi.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menjaga negeri tauhid, Arab Saudi, para ulama, dan penguasanya. Amin.

Ditulis oleh Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin