Arti Nama Allah: Al-Barr

Dalil Nama Allah Al-Barr

Salah satu Asmaul Husna (nama-nama Allah yang sangat baik) adalah al-Barr (الْبَرُّ). Dalilnya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,

إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡبَرُّ ٱلرَّحِيمُ

“Dialah Al-Barr, Maha Penyayang.” (ath-Thur: 28)

Arti Nama Allah Al-Barr

Adapun arti atau makna nama Allah Al-Barr adalah:

  • Al-Lathif bi ‘ibadihi

Artinya, Yang menyampaikan kepada hamba-Nya maslahat mereka dengan lembut dan baik, dari jalan yang mereka tidak merasakannya. (Shifatullah, hlm. 223)

Demikian penafsiran Ibnu Abbas radhiallahu anhuma (Tafsir al-Qurthubi, 17/70) dan Ibnu Jarir ath-Thabari rahimahullah dalam Tafsir-nya.

  • Al-‘Uthuf ‘ala ‘ibadihi

Maknanya, Yang belas kasih terhadap hamba-Nya dengan kebaikan dan kelembutan-Nya.

Demikian penafsiran Ibnul Atsir rahimahullah dalam Jami’ul Ushul. (Shifatullah, hlm. 223)

  • Yang banyak kebaikan dan karunia-Nya.

Demikian penafsiran Ibnul Qayyim rahimahullah dalam an-Nuniyyah.

  • Al-Muhsin

Maknanya, Yang berbuat kebaikan.

Demikian tafsiran al-Alusi rahimahullah. (Ruhul Ma’ani, 19/449)

  • Yang jujur dalam hal janji-janji-Nya kepada para hamba-Nya.

Demikian penafsiran Ibnu Abbas dan Ibnu Juraij. (Tafsir al-Qurthubi, 17/70)

Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan,

“Di antara nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala adalah al-Barr, al-Wahhab, dan al-Karim; yang meliputi seluruh alam semesta dengan kebaikan-Nya, pemberian-Nya, dan kemurahan-Nya. Dialah yang memiliki keindahan dan selalu memberikan kebaikan. Mahaluas pemberian-Nya.

(Di antara) sifat-Nya adalah kebaikan. Buah dari sifat ini adalah seluruh nikmat yang lahir dan yang batin. Jadi, tidak satu makhluk pun yang lepas dari kebaikan-Nya walau sekejap mata. Nama-nama ini menunjukkan keluasan rahmat Allah dan pemberian-Nya yang menyeluruh kepada segala yang ada, sesuai dengan hikmah-Nya.

Kebaikan Allah subhanahu wa ta’ala terbagi menjadi dua: yang bersifat umum dan yang bersifat khusus.

  • Kebaikan-Nya yang umum tertera dalam firman-Nya,

رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَيۡءٍ رَّحۡمَةٗ وَعِلۡمًا

“Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu-Mu meliputi segala sesuatu.” (Ghafir: 7)

وَرَحۡمَتِي وَسِعَتۡ كُلَّ شَيۡءٍۚ

“Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” (al-A’raf: 156)

وَمَا بِكُم مِّن نِّعۡمَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِۖ

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya).” (an-Nahl: 53)

Semua kebaikan ini sama-sama didapatkan oleh orang yang baik ataupun yang jahat, penduduk langit ataupun penduduk bumi, makhluk yang terbebani hukum ataupun yang tidak.

  • Adapun kebaikan-Nya yang khusus adalah rahmat dan nikmat-Nya untuk orang-orang yang bertakwa.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَسَأَكۡتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلَّذِينَ هُم بِ‍َٔايَٰتِنَا يُؤۡمِنُونَ

“Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami.” (al-A’raf: 156)

إِنَّ رَحۡمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik.” (al-A’raf: 56)

Demikian pula dalam doa Nabi Sulaiman alaihis salam,

وَأَدۡخِلۡنِي بِرَحۡمَتِكَ فِي عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (an-Naml: 19)

Rahmat Allah yang bersifat khusus inilah yang diminta oleh para nabi dan para pengikut mereka. Rahmat-Nya inilah yang membuahkan taufik-Nya untuk beriman dan beramal saleh serta berbuat kebaikan dalam seluruh keadaan. Selain itu, rahmat-Nya ini juga membuahkan kebahagiaan yang abadi serta keberuntungan dan kesuksesan. Itulah tujuan terbesar para makhluk yang khusus.” (Tafsir Asma`illahi al-Husna)

Buah Mengimani Nama Allah Al-Barr

Di antara buah mengimani nama Allah al-Barr dengan segala arti dan maknanya ialah menumbuhkan rasa syukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberi kita berbagai karunia. Bahkan, sebagiannya tanpa kita sadari dan tanpa kita ketahui dari mana datangnya. Semua itu Allah subhanahu wa ta’ala berikan walau hamba dalam keadaan yang tidak diridhai oleh-Nya.

Semestinya hal ini menggugah si hamba untuk segera kembali kepada agama dan ketaatan kepada-Nya. Apalagi, karunia-Nya kepada para hamba-Nya yang senantiasa taat kepada-Nya begitu besar. Bahkan, kenikmatan-Nya tidak lagi dapat dihitung oleh hamba-hamba-Nya.

Sumber Bacaan

  • Syarh an-Nuniyyah, karya Muhammad al-Harras
  • Syarh Asma`illah al-Husna, karya Said al-Qahthani, hlm. 64, 223
  • Tafsir al-Qurthubi, 17/70
  • Ruhul Ma’ani, karya al-Alusi, 19/449
  • Tafsir Asma`illahi al-Husna, karya as-Sa’di

(Ustadz Qomar, Z.A., Lc.)