Dalil Nama Allah Al-Muhaimin
Al-Muhaimin المهيمن adalah salah satu asmaul husna. Nama ini tersebut dalam firman Allah,
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
“Dialah Allah Yang tiada Rabb selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala Keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (al-Hasyr: 23)
Arti Nama Allah Al-Muhaimin
Nama Allah al-Muhaimin berakar dari kata al-haimanah.
Menurut Ibnu Jarir at-Thabari rahimahullah, artinya adalah ‘menjaga dan mengawasi’; semacam ucapan, “Seseorang melakukan haimanah terhadap sesuatu” yang berarti mengawasinya, menyaksikannya, dan menjaganya.
Ibnul Jauzi rahimahullah dalam kitab tafsirnya, Zadul Masir, mengatakan bahwa nama Allah al-Muhaimin memiliki beberapa makna menurut tafsir ulama:
- Asy-Syahid, yakni yang sangat menyaksikan. Ini sebagaimana tafsir Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, dan al-Kisai. Jadi, Allah subhanahu wa ta’ala adalah Yang Maha Menyaksikan terhadap sesuatu yang muncul dari makhluk-Nya, baik ucapan maupun perbuatan.
- Al-Amin, menurut adh-Dhahhak.
- Yang dipercayai berita-Nya, menurut Ibnu Zaid.
- Yang Mengawasi sesuatu dan Menjaganya, menurut al-Khalil.
Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan bahwa arti (nama Allah) al-Muhaimin adalah yang mengetahui urusan yang tersembunyi dan yang tersimpan dalam dada. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. (Tafsir Zadul Masir, Tafsir Ibnu Katsir, al-I’tiqad karya al-Baihaqi, Tafsir Ibnu Jarir, dan Tafsir as-Sa’di)
Buah Mengimani Nama Allah Al-Muhaimin
Dengan kita mengimani nama Allah subhanahu wa ta’ala tersebut, akan tumbuh pada diri kita kewaspadaan dalam bertutur kata dan berbuat. Sebab, Allah subhanahu wa ta’ala menyaksikan segala perbuatan kita dan mendengar semua perkataan kita. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَهُوَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمٌ
“Dan Dia Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (al-Hadid: 3)
Dengan mengimaninya, kita juga merasa tenteram karena Allah subhanahu wa ta’ala menjaga makhluk-Nya. Makhluk akan selalu dalam keadaan terjaga, selama belum saatnya sesuatu menimpanya dengan takdir Allah subhanahu wa ta’ala. Hal ini menuntut kita agar selalu bergantung pada-Nya dan mensyukuri nikmat-Nya.
Wallahu a’lam.