Bersyukur atas Cahaya yang Allah Turunkan

Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc.

grassland-e1300853042245 

Alhamdulillahi rabbil ’alamin. Segala puji bagi Allah ‘azza wa jalla atas segala anugerah-Nya yang sangat mahal kepada kita berupa iman kepada-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,  rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan takdir.

Demi Dzat yang jiwa kita di Tangan Allah ‘azza wa jalla, kalau bukan hidayah dan keutamaan dari-Nya, niscaya kita termasuk hamba-hamba Allah ‘azza wa jalla yang sesat lagi merugi.

“Maka kalau tidak ada karunia Allah ‘azza wa jalla dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang rugi.” (al-Baqarah: 64)

Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah ‘azza wa jalla berfirman,

يَا عِبَادِي، كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ

“Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya aku beri kalian hidayah.” (HR. Muslim dari sahabat Abu Dzar al-Ghifari Jundub bin Junadah radhiallahu ‘anhu)

Dunia adalah negeri persinggahan. Ibarat seorang penunggang kuda yang berteduh di bawah sebuah pohon. Sejenak dia beristirahat lalu meninggalkan pohon tersebut untuk melanjutkan perjalanan.

Seperti itulah dunia. Manusia dan jin diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada-Nya, menunaikan ajal yang telah Allah ‘azza wa jalla tetapkan, kemudian melanjutkan perjalanan menuju negeri akhirat untuk menuai apa yang dahulu dia amalkan.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (adz-Dzariyat: 56)

Di antara rahmat Allah ‘azza wa jalla, Dia mengutus para nabi dan rasul agar memberi peringatan dan kabar gembira kepada manusia. Allah ‘azza wa jalla juga menurunkan kitab-kitab-Nya bersama mereka sebagai petunjuk jalan bagi manusia di tengah gulita, dan lentera benderang di tengah kegelapan.

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).” (al-Baqarah: 185)

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi).” (al-Maidah: 44)

Manusia pun Allah ‘azza wa jalla perintahkan untuk beriman kepada cahaya yakni kitab yang Allah ‘azza wa jalla turunkan. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

“Maka berimanlah kamu kepada Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (al-Qur’an) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (at-Taghabun: 8)

Dan katakanlah, “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah ‘azza wa jalla dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kalian.” (asy-Syura: 15)

Allah ‘azza wa jalla perintahkan pula agar manusia berpegang teguh dan menggenggam kuat kitab-kitab yang Allah ‘azza wa jalla turunkan.

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman), “Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa.” (al-Baqarah: 63)

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا، كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِي

“Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang kalian tidak akan sesat jika berpegang teguh dengan keduanya, (yaitu) Kitabullah dan Sunnahku.” (HR. al-Hakim dan beliau nyatakan sahih)

Demi Allah, diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab Allah ‘azza wa jalla bersama mereka adalah nikmat yang sangat besar.

Namun, sadarkah kita akan nikmat ini? Sadarkah manusia bahwasanya sebelum diutusnya nabi dan diturunkannya kitab, mereka dalam kesesatan yang nyata?

“Sungguh Allah ‘azza wa jalla telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah ‘azza wa jalla mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, serta mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah (al-Hadits). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali ‘Imran: 164)

Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang mengenal nikmat-Mu dan mensyukurinya. Jadikan pula kami hamba-hamba-Mu yang beriman kepada kitab-kitab-Mu. Amin, ya Mujibas Sailin.

 

Mengenal Kitab-Kitab yang Allah ‘azza wa jalla Turunkan

Kitab Allah ‘azza wa jalla adalah semua kitab yang Allah ‘azza wa jalla turunkan kepada rasul-Nya sebagai rahmat Allah ‘azza wa jalla atas umat manusia dan sebagai petunjuk atas mereka, agar meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.[1]

Tidaklah ada satu umat pun melainkan Allah ‘azza wa jalla utus di tengah mereka rasul yang menyampaikan risalah Allah ‘azza wa jalla berupa al-Kitab, sebagai pegangan dan pedoman hidup mereka.

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan).”

Kitab-kitab Allah ‘azza wa jalla ada yang Allah ‘azza wa jalla sebutkan namanya dan ada yang tidak,  sebagaimana para nabi dan rasul ada yang Allah ‘azza wa jalla sebutkan nama mereka dan banyak yang tidak Allah ‘azza wa jalla sebut.

Kitab yang disebutkan dalam al-Qur’an adalah: Taurat, Injil, Zabur, Shuhuf Ibrahim, Shuhuf Musa, dan al-Qur’an. At-Taurat, adalah kitab yang Allah ‘azza wa jalla turunkan kepada Nabi Musa ‘alaihissalam adapun al- Injil adalah kitab yang Allah ‘azza wa jalla turunkan kepada Nabi Isa ‘alaihissalam.

Tentang at-Taurat dan Injil, Allah ‘azza wa jalla berfirman,

“Dan Kami ikutkan atas jejak mereka dengan Nabi Isa bin Maryam yang membenarkan kitab yang turun sebelumnya seperti Taurat, dan Kami berikan dia Injil yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, membenarkan kitab yang ada sebelumnya seperti Taurat dan sebagai petunjuk serta nasihat bagi orang bertakwa.” (al-Maidah: 46)

Kitab ketiga di antara kitab yang Allah ‘azza wa jalla sebut namanya adalah az-Zabur, sebuah kitab yang Allah ‘azza wa jalla turunkan kepada Nabi Dawud ‘alaihissalam. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

“Dan Kami turunkan untuk Nabi Dawud kitab yang bernama Zabur.” (an-Nisa: 163)

Kitab keempat dan kelima adalah Shuhuf Ibrahim dan Shuhuf Musa, Allah ‘azza wa jalla sebutkan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an di antaranya,

“Sesungguhnya yang demikian terdapat dalam shuhuf yang pertama yaitu shuhufnya (Nabi) Ibrahim dan (Nabi) Musa.” (al-A’la: 18—19)

Adapun al-Qur’an, kitab ini Allah ‘azza wa jalla turunkan sebagai kitab yang terakhir dan akan terus terjaga hingga akhir zaman. Setelah tangan-tangan manusia mengubah kitab-kitab Allah ‘azza wa jalla yang telah lalu, kembalilah mereka tersesat dalam lumpur jahiliah.

Di saat itulah, Allah ‘azza wa jalla mengutus kekasih-Nya, Muhammad bin Abdillah al-Hasyimi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai penutup para nabi dan rasul, serta menurunkan al-Qur’an al-Karim bersama beliau.

Inilah kitab yang membenarkan apa yang sudah dijelaskan pada kitab-kitab sebelumnya, memperbarui serta mengoreksi ajaran-ajaran sebelumnya yang telah diubah dan dirusak oleh kaumnya. Al-Qur’an adalah mukjizat paling agung yang Allah ‘azza wa jalla berikan kepada Nabi-Nya.[2]

Semua kitab Allah ‘azza wa jalla, baik yang disebutkan maupun yang tidak disebutkan, wajib kita imani sebagai kalam Allah ‘azza wa jalla yang wajib dipegang teguh oleh masing-masing nabi dan kaumnya, hingga datang syariat al-Qur’an yang wajib dipegang oleh seluruh manusia kapan pun dan di mana pun. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

Katakanlah (hai orang-orang mukmin), “Kami beriman kepada Allah ‘azza wa jalla dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabbnya. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (al-Baqarah: 136)


[1] Rasail fil ‘Aqidah, asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.

[2] Lihat kembali pembahasan rubrik “Kajian Utama” Al-Qur’an, Bukti Abadi Kenabian edisi 93 (hlm. 35) yang bertema Mukjizat dan Karamah di Tengah Penyimpangan Akidah.