Tanggal 10 Dzulhijah 1436 H bertepatan dengan 24 September 2015, kurang lebih setahun yang lalu adalah sejarah pahit bagi umat Islam dunia. Hari itu, sebuah peristiwa duka terjadi di tengah-tengah pelaksanaan ibadah haji. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Tragedi Mina 1436 H.
Tragedi itu bermula ketika serombongan jamaah haji dari Iran melakukan pelanggaran dengan menerobos dan melewati rute jamaah dari negara lain. Jamaah haji Iran juga meneriakkan yel-yel mengenai Revolusi Iran. Petugas haji yang mencoba untuk mengatur, justru ditolak dan ditentang. Padahal petugas haji telah berusahameminta mereka untuk kembali ke rute yang seharusnya.
Sekian banyak saksi mata melaporkan bahwa jamaah haji Iran berjalan pulang dari lokasi jamarat dengan mengambil rute berangkat jamaah dari negara lain. Hal ini mengakibatkan tabrakan disebabkan bertemunya dua gelombang jamaah dari arah yang berlawanan. Apalagi jamaah haji Iran memang terbukti telah bermaksud untuk melakukan provokasi dan kekacauan. Terjadilah Tragedi Mina 1436 H.
Dalam grand scenario Iran, cara paling mudah untuk membuat malu Arab Saudi adalah dengan merusak dan mengacaukan kegiatan haji. Saat seluruh mata kaum muslimin sedang tertuju ke Arab Saudi, kekacauan dan kerusuhan dilakukan oleh Iran untuk kemudian menyalahkan Arab Saudi serta menjatuhkan nama baik Arab Saudi sebagai pihak yang melayani ibadah haji.
Sikap Iran
Terkait dengan Tragedi Mina 1436 H, Iran adalah satu-satunya pihak yang mengecam dan menuduh Arab Saudi sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. Berbagai fitnah keji ditujukan Iran kepada Arab Saudi. Berikut ini beberapa contoh dari pernyataan yang dilontarkan Iran.
- Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Syiah Iran
- Dia menyatakan bahwa Kerajaan Saudi melakukan politisasi dalam ibadah haji. Ali menuduh bahwa Kerajaan Saudi menjadi setan kecil yang lemah dan takut terhadap kepentingan setan besar, yaitu Amerika Serikat.
- Ali Khamenei menuduh Arab Saudi sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas kematian ratusan jamaah haji Iran. Petugas haji, menurut Ali, sengaja mengunci korban yang masih hidup di dalam ruang tertutup dan menganiaya mereka.
- Ali Khamenei menyerukan revolusi dan kudeta haji yang selama ini dipegang oleh Arab Saudi.
- Presiden Iran, Ayatullah Rauhani
Dia menuntut Arab Saudi untuk bertanggung jawab atas Tragedi Mina.
- Muhammad Imam Kasani, seorang ulama sentral Iran
Dia menyatakan bahwa dunia tidak menerima alasan-alasan semacam cuaca panas atau jamaan haji yang sulit diatur.
- Jaksa Agung Iran, Ibrahim Raisi
Dia meminta pengadilan internasional untuk mengadili Arab Saudi dengan tuduhan telah melakukan tindak kejahatan terhadap jamaah haji.
Media-media Iran dan yang pro-Iran secara gencar memosisikan Arab Saudi sebagai pihak yang bersalah. Hal itu merupakan kelanjutan dari usaha Iran di dekade 80-an yang ingin mengangkat isu internasionalisasi Makkah dan Madinah. Iran mendesak agar pelaksanaan haji dibawah kendali Komite Islam Internasional, dan tidak dipegang oleh Arab Saudi. Dari sana, Iran ingin melakukan intervensi di dalam pengaturan haji. Dengan tujuan akhir, hendak menguasai dua kota suci, yakni Makkah dan Madinah.
Jejak Iran Sejak Dahulu
Mufti Kerajaan Saudi Arabia, asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Alu asy-Syaikh menegaskan bahwa sejak 30 tahun sebelumnya, pemerintah Iran selalu bersikap buruk dan negatif terhadap pelaksanaan ibadah haji.
Mufti menjelaskan bahwa pemerintah Iran terlibat dalam banyak peristiwa kekacauan di musim haji. Beliau mengatakan, “Mereka sering terlibat dalam berbagai peristiwa dan kejadian, berbagai kesalahan dan tindakan melampaui batas di Baitullah al-Haram. Yang terbesar adalah peristiwa pada 1407 H, demonstrasi dan kekacauan yang mereka lakukan mengancam para jamaah yang telah dijamin keamanannya. Akhirnya rencana jahat mereka berhasil digagalkan.”
Yang dimaksud oleh Mufti adalah tragedi haji pada 1987 M. Ketika itu Garda Revolusi Iran melakukan kerja sama dengan milisi Hizbullah dan didukung oleh jamaah haji asal Iran mengadakan demonstrasi besar-besaran di kota Makkah.
Para demonstran membawa poster dan gambar Khomeini sambil meneriakkan yel-yel yang berisikan cacian dan ancaman terhadap Arab Saudi. Selain itu, mereka juga terang-terangan mengafirkan pemerintah Arab Saudi.
Demonstrasi tersebut berujung dengan kerusuhan dan kekacauan besar. Tercatat 402 orang meninggal dunia dengan 85 orang dari jumlah tersebut adalah petugas keamanan Arab Saudi. Selain itu, puluhan bangunan hancur, ratusan anak, lanjut usia, dan kaum wanita terluka, serta ratusan ribu jamaah haji terhambat untuk melaksanakan ibadah haji.
Tanpa Iran
Tahun ini, 1437 H/2016 M, adalah tahun pelaksanaan haji tanpa keberadaan jamaah haji Iran. Apa yang dirasakan oleh jamaah haji?
Pelaksanaan haji tahun ini berjalan lancar dan tertib. Tidak ada kendala dan problem yang berarti. Dalam banyak kesempatan, jamaah haji memberikan pujian dan ucapan terima kasih kepada para petugas haji. Pemerintah Arab Saudi semakin menambah dan meningkatkan kualitas pelayanan haji. Jamaah haji merasakan kenyamanan dan ketenangan di dalam pelaksanaan ibadah haji.
Pangeran Khalid bin Faishal, yang juga menjabat Ketua Panitia Pengurusan Haji, dalam keterangan pers menyatakan bahwa aman dan tertibnya pelaksanaan ibadah haji tahun ini adalah jawaban untuk segala kebohongan dan fitnah yang dituduhkan oleh Iran kepada Arab Saudi.
Dengan demikian, setelah melihat perbandingan pelaksanaan haji saat ada jamaah haji Iran dengan pelaksanaan ibadah haji tanpa mereka, kita pasti mampu menyimpulkan bahwa selama ini jamaah haji Iran menjadi pihak yang menimbulkan ketidaktenangan dan kekurangnyamanan dalam beribadah haji.
Ditulis oleh al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa’i