Kiamat Telah Dekat

Kapan terjadinya hari kiamat sudah seringkali diramalkan. Entah sudah berapa kali hari kehancuran dunia itu diprediksi. Namun sekian banyak itu pula ramalan yang diracik sejumlah pemuka sekte Kristen, para ”peramal kondang” seperti Nostradamus, dan sejumlah fisikawan (pakar sains), tak pernah terbukti. Di belakang kita saat ini, juga masih ada sederet ramalan tentang kiamat seperti kalender bangsa Maya (2012), tumbukan Planet X/Nibiru (2053), versi Isaac Newton (2060), dan masih banyak lagi. Dari ramalan yang tak berdasar hingga yang dibumbui dengan perhitungan-perhitungan sains.

Sebagai muslim, kita tentu meyakini, hari kiamat tidaklah pernah dapat diprediksi kapan terjadinya karena merupakan rahasia Allah l yang tidak diketahui siapa pun, bahkan termasuk Rasulullah n sendiri. Namun demikian, kita masih bisa mengetahui dekat atau tidaknya kedatangan hari kiamat dengan melihat tanda-tandanya (baik tanda-tanda kecil maupun besar) yang diberitakan Allah l dalam Al-Qur’an maupun yang disampaikan Rasulullah n melalui As-Sunnah. Meski tentunya, dekat atau jauhnya waktu tersebut tetap tak bisa ditentukan secara pasti.

Yang miris, masih saja ada kaum muslimin yang larut dalam perbincangan mengenai ramalan-ramalan gombal kiamat, namun justru abai terhadap berbagai runutan kiamat berikut tanda-tandanya yang sudah gamblang dipaparkan dalam syariat. Tak sedikit bahkan yang secara psikis ikut-ikutan tertekan hingga keimanannya mulai hanyut terbawa arus propaganda ramalan kiamat. Terlebih, banyak sekte menyimpang yang ketika menerbitkan ramalan tentang kiamat kemudian mengikutinya dengan tindakan bunuh diri massal para pengikutnya.

Kiamat sendiri adalah suatu perkara yang telah pasti bahkan seluruh manusia sendiri meyakini, suatu saat kehidupan di dunia atau di muka bumi ini memang akan berakhir. Namun bagi seorang muslim, kiamat bukanlah akhir dari segalanya. Masih ada kehidupan akhirat yang menanti kita. Masih ada balasan perhitungan amal yang kita lakukan di dunia. Pantaskah kita diganjar dengan surga atau malah kita, na’udzubillah, menjadi penghuni neraka?

Sehingga keimanan terhadap hari kiamat ini semestinya mendorong kita untuk senantiasa beramal kebajikan dan menjauhi perbuatan dosa, mengusir sikap sombong atau takabur, serta menanamkan sifat tidak mudah putus asa. Kiamat tidak harus disikapi dengan ketakutan yang berlebihan. Namun sebaliknya tidak dihadapi dengan santai terlebih meremehkannya. Beragam musibah dahsyat di berbagai belahan dunia yang pernah atau saat ini kita saksikan sesungguhnya telah nyata mengingatkan bahwa itu semua tetaplah belum seberapa dibandingkan dahsyatnya kiamat kelak.

Hal yang juga patut kita renungkan, sebelum berbicara kiamat, kita sendiri terlebih dahulu dihadapkan pada kiamat “kecil” yang juga tak pernah kita duga sebelumnya, yakni kematian. Sehingga hal paling utama bagi kita adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi datangnya kematian itu serta mempersiapkan perbekalan untuk menghadapi kehidupan setelah hari kebangkitan di akhirat kelak.

Semua yang bermula pasti akan berakhir, oleh karena itu sudah saatnya kita berbekal akhirat menyambut kiamat yang sudah semakin dekat. Wallahu a’lam.