Melayani jamaah haji dan umrah menjadi kebanggaan dan tanggung jawab besar Kerajaan Arab Saudi.
Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Termasuk keistimewaan terbesar negeri ini, selain berhukum dengan syariat Allah subhanahu wa ta’ala, adalah memberikan pelayanan terhadap dua masjid suci yang mulia, serta memberi pelayanan kepada para jamaah haji dan umrah. Ini termasuk salah satu nikmat terbesar.”
Raja Khalid bin Abdul Aziz rahimahullah mengatakan dalam pidatonya, “Kita di negeri yang suci ini, negeri yang Allah subhanahu wa ta’ala jadikan sebagai tempat pertemuan umat dan tempat yang aman. Semua beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. Kita merasakan kegembiraan yang sangat besar. Kita membuka hati kami untuk menyambut para tamu ar-Rahman.
“Di sisi lain, kita juga merasa bahwa kewajiban utama kita adalah mengkhususkan keseriusan dan mengerahkan segala upaya agar para jamaah haji bisa melaksanakan rukun Islam yang ke-5 dengan nyaman, lapang, dan mudah. Tatkala Allah subhanahu wa ta’ala memuliakan Kerajaan Arab Saudi sebagai pelayan Dua Tanah Suci, saat itu pula Arab Saudi memahami bahwa kemuliaan besar ini menuntut kerja keras, mengerahkan segala kekuatan yang dimiliki untuk terus memberikan peningkatan pelayanan keamanan dan ketenangan bagi para tamu Allah subhanahu wa ta’ala sehingga mereka bisa melaksanakan kewajiban haji dengan tenteram dan lapang. Arab Saudi sangat serius untuk mewujudkannya sejak masa Raja Abdul Aziz rahimahullah, pendiri kerajaan ini.”
Perhatian dan komitmen Arab Saudi terhadap urusan haji, umrah, dan kemakmuran Masjidil Haram dan Masjid Nabawi kembali semarak sejak masa pemerintahan Raja Fahd bin Abdul Aziz. Sejak saat itu, raja Saudi bergelar sebagai Khadimul Haramain (Pelayan Dua Tanah Suci).
Raja Salman bin Abdul Aziz menegaskan bahwa memberikan pelayanan terhadap haji merupakan kebanggaan Arab Saudi yang paling tinggi. Putra Mahkota saat itu, Pangeran Muhammad bin Nayif berkata, “Raja Salman berkali-kali menyatakan bahwa dirinya adalah Khadimul Haramain. Ini menunjukkan keseriusan beliau.”
Pelayanan Arab Saudi terhadap para jamaah haji, mulai dari kemudahan sarana, fasilitas, akomodasi, pelayanan, kesehatan, hingga masalah penjagaan keamanan para jamaah. Dewan Ulama Besar Kerajaan Arab Saudi menegaskan, “Dengan karunia Allah, Kerajaan Arab Saudi memiliki kekuatan dan kemampuan yang bisa menggentarkan para penyerang dan bisa menjaga keamanan. Demikian pula kekuatan untuk melindungi tempat-tempat suci, rakyat, penduduk, serta para jamaah yang datang menuju al-Haramain.”
Pernyataan ini bukan klaim kosong atau pencitraan semata, melainkan fakta yang terbukti dan bisa disaksikan.
Komitmen Arab Saudi Meningkatkan Pelayanan Haji dan Umrah
-
Membentuk Kementerian Haji dan Umrah yang bertanggung jawab terhadap urusan haji dan umrah.
Kementerian ini bekerja sama dan didukung oleh Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Pendidikan. Itu semua langsung di bawah kontrol dan pengawasan Sang Khadimul Haramain. Bahkan, beliau tak segan-segan turun langsung ke lapangan untuk meninjau tatkala pelaksanaan haji sedang berlangsung. Urusan haji juga melibatkan Putra Mahkota dan Gubernur Makkah, dalam Komite Tinggi Haji.
-
Arab Saudi menegaskan bahwa haji merupakan ibadah yang suci.
Arab Saudi menolak segala upaya politisasi haji dalam bentuk apa pun dan dari pihak mana pun. Termasuk dari pihak Iran yang selama ini paling berambisi untuk mempolitisasi haji. Tak ayal, banyak negara mengecam sikap Iran tersebut.
-
Lokasi untuk lempar jumrah di Mina sudah direnovasi.
Bangunan yang sebelumnya 2 lantai direnovasi menjadi 5 lantai, dengan 11 pintu masuk dan 12 pintu keluar pada lokasi berbeda. Dengan demikian, dalam jangka waktu satu jam, sanggup menampung 300.000 jemaah haji sekaligus yang melempar jumrah bersama-sama.
Pemerintah Arab Saudi telah berhasil mengatasi desak-desakan jamaah di jembatan jamarat, Mina, dalam ritual lempar jumrah selama 4 hari (10, 11, 12, 13 Dzulhijjah). Hal itu menjadi solusi kemacetan di jembatan khusus pejalan kaki itu.
-
Pembangunan dan perluasan di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi tak henti-hentinya dilakukan.
Masjidil Haram di Makkah menjadi fokus utama perluasan. Pembangunan halaman utara seluas 456 ribu meter persegi yang sedang berlangsung diharapkan bisa menampung tambahan 1,2 juta jamaah. Proyek baru ini bernilai 10,6 miliar dolar AS.
-
Perluasan mataf (area thawaf).
Area tawaf dirancang untuk menampung 130 ribu jamaah/jam. Sebelumnya hanya mampu menampung 70 ribu jamaah/jam.
-
Memperketat penggunaan mobil kecil selama musim haji berlangsung untuk mengurangi kemacetan.
-
Mengerahkan 300 ribu personel keamanan dan pertahanan sipil setiap musim haji untuk menjamin kelancaran, kenyamanan, dan keamanan pelaksanaan ibadah haji.
Tidak hanya itu, bahkan pelayanan sosial juga merupakan tugas mulia yang diemban oleh para personel keamanan. Di antaranya, membantu orang-orang yang sudah tua renta. Tak sedikit dari mereka yang rela menggendong orang lanjut usia untuk membantunya melaksanakan thawaf, berjalan di Mina, atau lainnya. Mereka juga memperhatikan anak-anak kecil, membantu orang yang membutuhkan, membimbing orang yang tersesat/kebingungan. Mereka menyiapkan minum untuk para jamaah berupa air atau jus dan menyemprotkan air dingin kepada para jamaah yang kepanasan karena sengatan sinar matahari.
Mereka benar-benar bekerja demi kemanusiaan dengan penuh ikhlas, insya Allah, hanya mengharap balasan dari Allah subhanahu wa ta’ala, semata mengharap rahmat dan ampunan-Nya, di samping menjalankan kewajiban sebagai sesama muslim.
Pemerintah Arab Saudi memberikan apresiasi yang sangat besar terhadap kinerja para personel keamanan. Putra Mahkota saat itu, Pangeran Muhammad bin Nayif hafizhahullah, berkata, “Dedikasi mereka (aparat) dalam membantu para jamaah menjalani ibadah haji, yang berjalan lancar dan damai, telah membuat seluruh dunia bangga.”
Mufti Umum Kerajaan Arab Saudi juga berkata, “Sukses haji tahun ini (1437 H/2016 M), semata-mata karunia Allah, kemudian karena jerih payah aparat yang bertugas dengan ikhlas.”
Personel keamanan haji Arab Saudi yang diturunkan sangat banyak dan lebih dari cukup. Mereka sigap dan tangkas bekerja di lapangan memberikan pelayanan yang terbaik. Mereka adalah para petugas yang terlatih, profesional, dan berpengalaman.
-
Menteri Kesehatan Kerajaan Arab Saudi juga meluncurkan program layanan kesehatan gawat darurat untuk jemaah haji.
Bentuk layanan tersebut antara lain menyediakan 135 ambulans, baik mini, besar, maupun udara, dengan dukungan 350 dokter di Kota Suci Makkah. Layanan tersebut ada di Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Dalam salah satu musim haji, tercatat bahwa Kementerian Kesehatan Arab Saudi mengucurkan dana 119 juta real atau sekitar 416,5 miliar rupiah untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada jamaah haji dari seluruh dunia. Jumlah uang tersebut dikucurkan untuk pembangunan sejumlah fasilitas kesehatan di Masyair dan Arafah.
Itulah sekelumit gambaran upaya Arab Saudi dalam menangani “megaproyek” tahunan ini. Pemerintah Arab Saudi tidak main-main dalam memberikan khidmat terhadap Dua Tanah Suci dan pelayanan haji. Biaya besar dikeluarkan, berbagai saran dan masukan diterima dengan lapang dada, berbagai evaluasi dan perbaikan pelayanan terus ditingkatkan dari tahun ke tahun demi pelayanan haji yang terbaik.
Apresiasi dan ungkapan kepuasan pun disampaikan oleh dunia internasional.
Pemerintah Kuwait menyatakan bahwa keberhasilan penyelenggaraan haji 2016 tidak terlepas dari komitmen kepemimpinan Arab Saudi untuk penyelesaian proyek-proyek yang signifikan di Makkah dan di tempat-tempat suci lainnya. Dedikasi Pemerintah Arab Saudi untuk memastikan ibadah haji berjalan mulus dan nyaman adalah sesuatu yang bisa dirasakan.
Penghargaan juga datang antara lain dari Pakistan, India, Yaman, dan lainnya. Setidaknya tercatat 17 negara menyampaikan apresiasi dan pujiannya kepada Arab Saudi. Bahkan, apresiasi juga datang dari warga Iran yang berhaji dari luar Iran.
“Tidak ada negara di dunia yang mampu mengelola hampir empat juta jamaah haji dalam waktu terbatas seperti Arab Saudi.”
“Menjadi lebih baik dan semakin memenuhi kenyamanan jamaah haji.”
“Upaya Arab Saudi untuk membuat perjalanan haji nyaman, cukup untuk membalas tuduhan palsu yang dibuat oleh Pemerintah Iran.”
Itu beberapa redaksi yang diungkapkan oleh jamaah haji Iran setelah mereka merasakan nikmatnya pelayanan haji tahun 2016 sebagaimana dimuat dalam beberapa media nasional.
Jamaah haji asal Iran juga turut mengecam dan mengutuk pemimpin spiritual Iran, Ali Khamenei atas segala provokasinya terhadap Arab Saudi.
“Provokasi oleh Khamenei terhadap Arab Saudi bertujuan menciptakan kekacauan di antara para tamu Allah dan merusak ibadah haji mereka,” ungkap salah seorang jamaah haji Iran.
Sangat disayangkan, beberapa tokoh Islam dan politisi di negeri Iran ikut-ikutan mencela dan mencibir Kerajaan Arab Saudi dengan tuduhan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan dengan ungkapan yang mengandung kebencian dan bernada menggurui. Semestinya, para tokoh itu bercermin bahwa banyak problem dan keributan yang terjadi tidak mampu mereka atasi. Lalu bagaimana dengan “megaproyek” pelaksanaan haji?
Bahkan, ada pula yang turut menyuarakan “internasionalisasi Haramain”, sebuah protes yang selama ini sering didengungkan oleh Khomeini pimpinan Syiah Iran. Protes yang sangat kental dengan upaya politisasi haji, yang dilatarbelakangi oleh permusuhan dan sentimen Syiah terhadap kaum muslimin.
Pelayanan haji terbaik oleh Kerajaan Arab Saudi dilakukan semata-mata mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala dan menjalankan amanat agama, serta demi kejayaan Islam dan muslimin. Mereka melakukan tidak untuk kepentingan devisa, bisnis, atau ambisi duniawi lainnya. Pertanyaannya, adakah negara yang mampu mengelola dan memberikan pelayanan haji seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Arab Saudi?
Kepala Pengelolaan Delegasi Haji India berkata, “Tidak ada pemerintah di dunia ini yang akan sanggup mengelola tugas fenomenal dan menantang ini. Penanganan Kerajaan Arab Saudi untuk haji tahun ini (1437 H/2016 M) benar-benar tanpa cacat, pelayanannya benar-benar kelas dunia,” sebagaimana dirilis salah satu media nasional di negeri ini.
Renovasi dan Perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi
Perluasan Masjidil Haram oleh Kerajaan Arab Saudi merupakan proyek terbesar dalam sejarah. Proyek raksasa ini sesungguhnya tak dapat dipisahkan dari “megaproyek” pelayanan haji. Proyek raksasa yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Khadimul Haramain Raja Abdullah bin Abdul Aziz rahimahullah ini telah dirintis sejak masa Khadimul Haramain Raja Fahd bin Abdul Aziz.
Proyek ini merupakan kelanjutan dari proyek utama yang dicanangkan sejak masa pendiri Kerajaan Arab Saudi, Raja Abdul Aziz Alu Su’ud rahimahullah. Perluasan itu menambah areal masjid seluas 400 ribu meter persegi. Proyek akbar ini diestimasi telah menelan biaya 80 miliar real. Hal ini akan menambah kapasitas daya tampung masjid menjadi 2 juta jamaah, dengan tempat thawaf dapat menampung 130 ribu jamaah per jam. (lihat http://haji.kemenag.go.id)
Pada Juli 2015, Khadimul Haramain Raja Salman bin Abdul Aziz meluncurkan lima proyek bagian dari program perluasan ketiga Masjidil Haram. Kelima proyek tersebut mencakup perluasan halaman masjid, pembangunan terowongan, bangunan fasilitas, dan jalan lingkar pertama.
Ketua Lembaga Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi menjelaskan bahwa proyek tambahan perluasan ini memakan lahan 1,47 juta meter persegi dan nantinya bisa menampung 1,6 juta jamaah. Proyek ini bakal menelan dana lebih besar dari sebelumnya.
Menteri Keuangan Arab Saudi menjelaskan pula bahwa bangunan utama proyek ini bakal terdiri dari enam lantai, dilengkapi 680 eskalator, 24 lift untuk penyandang disabilitas, dan 21 ribu toilet; mencakup 78 pintu masuk otomatis, pemasangan 4.525 pengeras suara, dan 6.635 kamera di tiap bangunan.
Demikinlah para raja Arab Saudi, perhatian dan kebanggaannya pada renovasi dan perluasan untuk dua masjid suci umat Islam. Di sisi lain, banyak pimpinan Islam justru sibuk membangun dan merenovasi monumen-monumen. Di Iran, yang direnovasi dan diperluas dengan biaya jutaan adalah kuburan-kuburan!