اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِي تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا
أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
“Ya Allah, berilah ketakwaan kepada jiwaku, sucikanlah jiwaku. Engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat menyucikannya. Engkaulah yang menguasai dan yang menjaganya.”
(HR. Muslim no. 6844 dari sahabat Zaid bin Arqam radhiallahu ‘anhu)
An-Nawawi rahimahullah berkata,
“Makna ‘sucikanlah jiwaku’ adalah ‘bersihkanlah’. Adapun lafadz ‘Engkaulah sebaik-baik Dzat yang dapat menyucikannya’ maksudnya bukanlah untuk membandingkan (bahwa ada yang dapat menyucikan jiwa selain Allah). Akan tetapi, maknanya adalah ‘tidak ada yang dapat menyucikan jiwa kecuali Engkau’.”
(al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj, 17/44, cetakan Darul Ma’rifah Beirut)