• Rubrik
    • Rubrik Tetap
      • Doa
      • Permata Salaf
      • Pengantar Redaksi
      • Surat Pembaca
      • Manhaji
      • Kajian Utama
      • Tafsir
      • Hadits
      • Akidah
      • Akhlak
      • Khutbah Jumat
    • Rubrik Pendukung
      • Ibrah
      • Jejak
      • Khazanah
      • Oase
      • Problema Anda
      • Tanya Jawab Ringkas
    • Rubrik Sakinah
      • Mengayuh Biduk
      • Permata Hati
      • Niswah
      • Fatawa al-Mar’ah al-Muslimah
      • Cerminan Shalihah
      • Mutiara Kata
    • Rubrik Tambahan
      • Kajian Khusus
      • Hukum Islam
      • Seputar Hukum Islam
      • Potret
      • Maktabah
      • Info Praktis
  • Majalah
    • Majalah Syariah
      • Syariah Edisi 1
      • Syariah Edisi 2
      • Syariah Edisi 3
      • Syariah Edisi 4
    • Majalah Edisi 001 s.d. 010
      • Asy Syariah Edisi 001
      • Asy Syariah Edisi 002
      • Asy Syariah Edisi 003
      • Asy Syariah Edisi 004
      • Asy Syariah Edisi 005
      • Asy Syariah Edisi 006
      • Asy Syariah Edisi 007
      • Asy Syariah Edisi 008
      • Asy Syariah Edisi 009
      • Asy Syariah Edisi 010
    • Majalah Edisi 011 s.d. 020
      • Asy Syariah Edisi 011
      • Asy Syariah Edisi 012
      • Asy Syariah Edisi 013
      • Asy Syariah Edisi 014
      • Asy Syariah Edisi 015
      • Asy Syariah Edisi 016
      • Asy Syariah Edisi 017
      • Asy Syariah Edisi 018
      • Asy Syariah Edisi 019
      • Asy Syariah Edisi 020
    • Majalah Edisi 021 s.d. 030
      • Asy Syariah Edisi 021
      • Asy Syariah Edisi 022
      • Asy Syariah Edisi 023
      • Asy Syariah Edisi 024
      • Asy Syariah Edisi 025
      • Asy Syariah Edisi 026
      • Asy Syariah Edisi 027
      • Asy Syariah Edisi 028
      • Asy Syariah Edisi 029
      • Asy Syariah Edisi 030
    • Majalah Edisi 031 s.d. 040
      • Asy Syariah Edisi 031
      • Asy Syariah Edisi 032
      • Asy Syariah Edisi 033
      • Asy Syariah Edisi 034
      • Asy Syariah Edisi 035
      • Asy Syariah Edisi 036
      • Asy Syariah Edisi 037
      • Asy Syariah Edisi 038
      • Asy Syariah Edisi 039
      • Asy Syariah Edisi 040
    • Majalah Edisi 041 s.d. 050
      • Asy Syariah Edisi 041
      • Asy Syariah Edisi 042
      • Asy Syariah Edisi 043
      • Asy Syariah Edisi 044
      • Asy Syariah Edisi 045
      • Asy Syariah Edisi 046
      • Asy Syariah Edisi 047
      • Asy Syariah Edisi 048
      • Asy Syariah Edisi 049
      • Asy Syariah Edisi 050
    • Majalah Edisi 051 s.d. 060
      • Asy Syariah Edisi 051
      • Asy Syariah Edisi 052
      • Asy Syariah Edisi 053
      • Asy Syariah Edisi 054
      • Asy Syariah Edisi 055
      • Asy Syariah Edisi 056
      • Asy Syariah Edisi 057
      • Asy Syariah Edisi 058
      • Asy Syariah Edisi 059
      • Asy Syariah Edisi 060
    • Majalah Edisi 061 s.d. 070
      • Asy Syariah Edisi 061
      • Asy Syariah Edisi 062
      • Asy Syariah Edisi 063
      • Asy Syariah Edisi 064
      • Asy Syariah Edisi 065
      • Asy Syariah Edisi 066
      • Asy Syariah Edisi 067
      • Asy Syariah Edisi 068
      • Asy Syariah Edisi 069
      • Asy Syariah Edisi 070
    • Majalah Edisi 071 s.d. 080
      • Asy Syariah Edisi 071
      • Asy Syariah Edisi 072
      • Asy Syariah Edisi 073
      • Asy Syariah Edisi 074
      • Asy Syariah Edisi 075
      • Asy Syariah Edisi 076
      • Asy Syariah Edisi 077
      • Asy Syariah Edisi 078
      • Asy Syariah Edisi 079
      • Asy Syariah Edisi 080
    • Majalah Edisi 081 s.d. 090
      • Asy Syariah Edisi 081
      • Asy Syariah Edisi 082
      • Asy Syariah Edisi 083
      • Asy Syariah Edisi 084
      • Asy Syariah Edisi 085
      • Asy Syariah Edisi 086
      • Asy Syariah Edisi 087
      • Asy Syariah Edisi 088
      • Asy Syariah Edisi 089
      • Asy Syariah Edisi 090
    • Majalah Edisi 091 s.d. 100
      • Asy Syariah Edisi 091
      • Asy Syariah Edisi 092
      • Asy Syariah Edisi 093
      • Asy Syariah Edisi 094
      • Asy Syariah Edisi 095
      • Asy Syariah Edisi 096
      • Asy Syariah Edisi 097
      • Asy Syariah Edisi 098
      • Asy Syariah Edisi 099
      • Asy Syariah Edisi 100
    • Majalah Edisi 101 s.d. 110
      • Asy Syariah Edisi 101
      • Asy Syariah Edisi 102
      • Asy Syariah Edisi 103
      • Asy Syariah Edisi 104
      • Asy Syariah Edisi 105
      • Asy Syariah Edisi 106
      • Asy Syariah Edisi 107
      • Asy Syariah Edisi 108
      • Asy Syariah Edisi 109
      • Asy Syariah Edisi 110
    • Majalah Edisi 111 s.d. 120
      • Asy Syariah Edisi 111
      • Asy Syariah Edisi 112
      • Asy Syariah Edisi 113
      • Asy Syariah Edisi 114
      • Asy Syariah Edisi 115
      • Asy Syariah Edisi 116
      • Asy Syariah Edisi 117
Rabu, November 27, 2019
Majalah Asy Syariah
  • Beranda
  • Artikel
    • All
    • Akhlak
    • Akidah
    • Doa
    • Hadits
    • Kajian Utama
    • Khutbah Jumat
    • Manhaji
    • Pengantar Redaksi
    • Permata Salaf
    • Surat Pembaca
    • Tafsir

    Qalbun Salim, Hati yang Selamat

    Orang yang Bangkrut

    Orang yang Bangkrut

    Kemuliaan Akhlak Muslimah (2)

    Mengharap Syafaat Pada Hari Kiamat

    Misi Duniawi di Balik Gerakan Terorisme

    Tokoh-tokoh Teroris Khawarij Internasional

    Tokoh-tokoh Teroris Khawarij Internasional

    Musuh Dalam Selimut

    Organisasi Teroris Khawarij Internasional

    Trending Tags

    • Tebar Asy-Syariah
    • Daftar Agen
    No Result
    View All Result
    Majalah Asy Syariah
    • Beranda
    • Artikel
      • All
      • Akhlak
      • Akidah
      • Doa
      • Hadits
      • Kajian Utama
      • Khutbah Jumat
      • Manhaji
      • Pengantar Redaksi
      • Permata Salaf
      • Surat Pembaca
      • Tafsir

      Qalbun Salim, Hati yang Selamat

      Orang yang Bangkrut

      Orang yang Bangkrut

      Kemuliaan Akhlak Muslimah (2)

      Mengharap Syafaat Pada Hari Kiamat

      Misi Duniawi di Balik Gerakan Terorisme

      Tokoh-tokoh Teroris Khawarij Internasional

      Tokoh-tokoh Teroris Khawarij Internasional

      Musuh Dalam Selimut

      Organisasi Teroris Khawarij Internasional

      Trending Tags

      • Tebar Asy-Syariah
      • Daftar Agen
      No Result
      View All Result
      Majalah Asy Syariah
      No Result
      View All Result
      Home Majalah Edisi 101 s.d. 110 Asy Syariah Edisi 101

      Mendidik Anak Perempuan

      Oleh admin
      16/08/2015
      di Asy Syariah Edisi 101, Permata Hati
      0
      Mendidik Anak Perempuan
      0
      DIBAGIKAN
      0
      DILIHAT
      Share on FacebookShare on Twitter

      asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi azh-Zhafiri

       buku-mermud

      Tidak ada seorang pun kecuali akan dibangkitkan oleh Allah nanti setelah meninggal dunia. Allah ‘azza wa jalla akan menanyai dan menghisabnya tentang apa yang telah ia lakukan di dunia, baik dalam urusan agama maupun dunia.

      Di antara yang akan ditanyakan kepada seorang hamba kelak ialah tentang keluarga dan anak-anaknya. Dia akan ditanya tentang caranya dahulu dia memimpin dan mendidik mereka. Tentang hal inilah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

      وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا

      “Seorang lelaki adalah pemimpin terhadap anggota keluarganya, dan dia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin dalam rumah suaminya, dia pun akan ditanya tentang apa yang dipimpinnya.” (HR. al-Bukhari)

      Di antara hal yang penting untuk diperhatikan terkait dengan masalah pendidikan anak ialah yang terkait secara khusus dengan tarbiyah anak perempuan. Hal ini karena besarnya urusan mereka, dan begitu jelasnya pengaruh mereka membentuk akhlak dan perilaku masyarakat. Sebab, ketika telah dewasa, seorang anak perempuan akan menjadi istri, ibu, pengajar, dan selainnya. Ini semua adalah peran-peran yang akan menunggu mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

      Oleh karena itu, apabila anak-anak perempuan itu baik, akan baik pula sekian banyak urusan. Sebaliknya, apabila rusak, akan rusak pula sekian banyak urusan. Apabila melihat Kitabullah, kita akan dapatkan celaan terhadap masyarakat jahiliah terdahulu. Apabila salah seorang dari mereka dikabari tentang kelahiran anak perempuannya, menjadi hitamlah wajahnya sembari menahan amarah. Karena sangat malu terhadap kaumnya, ia pun bersembunyi. Saat itulah, perasaannya berkecamuk, apakah ia akan mengubur bayi perempuannya itu hidup-hidup ataukah akan ia pelihara meski menanggung kehinaan dan kerendahan. Allah ‘azza wa jalla pun mencela perbuatan mereka.

      Syiar-syiar jahiliah ini ternyata masih ada pada hati sebagian orang. Terlebih lagi ketika istrinya melahirkan banyak anak perempuan. Padahal istri hanyalah seperti ladang, tergantung benih apa yang ditanam padanya. Sampai-sampai sebagian orang menceraikan istrinya hanya karena melahirkan seorang anak perempuan. Kita berlindung kepada Allah dari kejahilan dan sikap kaku.

      Sesungguhnya, keturunan yang dilahirkan seorang wanita adalah urusan takdir Allah. Urusannya di Tangan Allah. Dia menganugerahkan anak perempuan saja kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia pula yang menganugerahkan anak lelaki saja kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia pula yang memberikan anugerah berupa anak lelaki dan perempuan kepada orang yang Dia kehendaki. Allah ‘azza wa jalla pula yang menguji sebagaian yang lain dengan menjadikan mereka mandul, tidak memiliki keturunan.

      Allah ‘azza wa jalla berfirman, “Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki.” (asy-Syura: 49—50)

      Perhatikanlah, Allah mendahulukan penyebutan anak perempuan sebagai bantahan terhadap orang-orang yang menganggap hina, remeh, bahkan menganggap mereka tidak berharga sedikit pun. Karena itu, hendaknya Anda rela dengan bagian yang Allah berikan kepada Anda. Sebab, Anda tidak mengetahui, di mana letak kebaikan untuk Anda.

      Betapa banyak ayah yang gembira saat diberitahu tentang lahirnya anak lelakinya. Akan tetapi, anak tersebut justru menjadi kecelakaan baginya, sebab kesusahan hidupnya, dan sebab kesedihan serta kegundahgulanaan yang berkepanjangan.

      Betapa banyak pula ayah yang murka ketika diberitahu tentang kelahiran anak perempuannya padahal dia mengharapkan kehadiran anak lelaki. Akan tetapi, ternyata anak perempuannya tersebut menjadi tangan yang penuh kasih sayang dan membantu mengatur urusan rumah.

      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

      لَا تُكْرِهُوا الْبَنَاتِ فَإِنَّهُنَّ الْمُؤْنِسَاتُ الْغَالِيَاتُ

      “Janganlah engkau membenci anak-anak perempuan. Sesungguhnya mereka adalah sumber kegembiraan yang mahal.” (HR. Ahmad no. 16922 dari Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu)

      Dari sini kita mengetahui bahwa penyejuk mata yang sejati bukanlah ketika anak yang lahir itu lelaki atau perempuan. Penyejuk hati yang sejati akan terwujud ketika mereka menjadi keturunan yang saleh dan baik, lelaki ataupun perempuan.

      Allah ‘azza wa jalla berfirman menyebutkan sifat para hamba ar-Rahman,

      Dan orang-orang yang berkata, “Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (al-Furqan: 74)

      Jadi, ketika Allah ‘azza wa jalla memberikan rezeki kepada kita berupa anak perempuan, berbuat baiklah dengan mendidik, menafkahi, dan bergaul dengan mereka. Lakukanlah semua itu karena mengharap pahala dari Allah ‘azza wa jalla. Tahukah Anda, pahala apa yang ada di sisi Allah apabila Anda melakukan semua itu?

      Jika Anda melakukannya, Anda akan bersama dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di akhirat. Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

      مَن عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبلُغَا جَاءَ يَومَ القِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ وَضَمَّ أَصَابِعَهُ

      “Barang siapa merawat dua anak perempuan hingga balig, dia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan seperti ini.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan jari-jemarinya. (HR. Muslim)

      Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula,

      مَنِ ابتُلِيَ مِن هَذِهِ البَنَاتِ بِشَيءٍ فَأَحسَنَ إِلَيهِنَّ كُنَّ سِ ر تًا لَهُ مِنَ النَّارِ

      “Barang siapa diuji dengan anak-anak perempuan ini, lantas dia berbuat baik kepada mereka, niscara mereka akan menjadi penghalang dirinya dari api neraka.” (Muttafaqun ‘alaih)

      Berbuat baik kepada mereka bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk. Di antaranya,

      1. Memilihkan ibu yang baik bagi mereka. Ini adalah perbuatan baik yang pertama kali dilakukan terhadap anak keturunan. Sebab, kesalehan seorang ibu akan menjadi sebab kesalehan anak-anaknya. Betapa banyak anak yang dijaga oleh Allah ‘azza wa jalla dengan sebab kesalehan orang tuanya.
      2. Memilihkan nama yang baik.
      3. Memenuhi kebutuhan fisik anak, baik dalam bentuk makanan, pakaian, dan obat-obatan.

      Semua hal yang mengantarkan kepada tujuan di atas merupakan sebab masuknya seseorang ke dalam surga.

      Suatu saat, seorang wanita bersama dua anak perempuannya masuk menemui Aisyah radhiallahu ‘anha. Wanita tersebut fakir dan tidak memiliki apa-apa. Kata Aisyah radhiallahu ‘anha, wanita tersebut meminta sesuatu kepada beliau. Namun, beliau radhiallahu ‘anha tidak memiliki apa-apa selain sebutir kurma. Beliau radhiallahu ‘anha pun memberikan sebutir kurma tersebut kepada si wanita. Wanita itu mengambilnya lalu membaginya untuk kedua anak perempuannya. Dia sendiri sama sekali tidak memakan kurma itu. Setelah itu, wanita itu pun bangkit dan keluar bersama kedua anak perempuannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian masuk ke rumah Aisyah radhiallahu ‘anha. Aisyah radhiallahu ‘anha lantas menceritakan kisah wanita tersebut kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

      إِنَّ اللهَ قَد أَوجَبَ لها بِهَا الَجنَّةَ – أَو أَعتَقَهَا بِهَا مِن النَّارِ

      “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan surga untuk wanita tersebut—atau memerdekakannya dari api neraka.” (Muttafaqun ‘alaih)

      1. Sudah sepantasnya anak perempuan dimuliakan, dikasihi, dan disayangi.

      Dahulu, apabila Fathimah radhiallahu ‘anha masuk menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,

      مَرحَبًا بِابْنَت

      “Selamat datang, anak perempuanku.”

      Pernah pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami shalat sambil menggendong cucu perempuannya , Umamah anak perempuan Zainab radhiallahu ‘anha, anak perempuan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila rukuk, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkannya. Ketika berdiri, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menggendongnya kembali.

      1. Semakin besar, anak perempuan butuh semakin dihargai dan dihormati.

      Apabila Anda penuhi kebutuhan ini dan dia merasa bahwa dirinya dihargai dan memiliki kedudukan dalam rumah kedua orang tuanya, hal ini akan melahirkan kemantapan jiwa, ketenangan, dan keistiqamahan keadaan dirinya.

      Sebaliknya, ketika dia melihat dirinya direndahkan dan tidak diurusi, tidak diajak berkomunikasi selain dengan kalimat perintah dan larangan, tuntutan, dan melayani, hal ini akan mewariskan rasa benci terhadap rumah dan keluarganya.

      Bisa jadi, setan membisikkan waswas kepadanya sehingga dia berusaha mencari kasih sayang dan keramahan yang tidak dia dapatkan di rumahnya, dengan cara dan sarana yang diharamkan. Hal ini akan mengantarkan dirinya ke dalam kebinasaan. Jika sudah demikian, hanya Allah ‘azza wa jalla yang yang tahu di mana dia berada.

      Oleh karena itu, Anda wajib mentarbiyah anak-anak perempuan Anda secara islami dan melakukannya sejak tingkatan umur yang terendah. Mereka dididik untuk meminta izin, adab makan dan minum, berpakaian, dituntun membaca al-Qur’an dan zikir yang mudah bagi mereka. Mereka diajari wudhu dan shalat. Mereka diperintah menunaikan shalat ketika sudah berumur tujuh tahun. Setelah berusia sepuluh tahun, mereka diharuskan menunaikannya. Sebab, apabila tumbuh di atas kebaikan, dia akan terbiasa, mencintai, dan selalu melakukannya.

      Termasuk urusan terpenting yang tidak boleh dilupakan terkait dengan anak-anak perempuan adalah segera menikahkannya ketika sudah dewasa; saat datang seorang lelaki yang diridhai agama, amanah, dan akhlaknya, sementara anak perempuan kita pun ridha terhadapnya. Sebab, menunda pernikahannya akan sangat merusak.

      Menunda pernikahan seorang anak perempuan termasuk sebab terbesar yang memalingkan dirinya dari jalan yang lurus. Terlebih lagi di masa ini, godaan dan ujian banyak sekali.

      Wali hendaknya meringankan urusan pernikahan anak perempuannya, dalam hal mahar dan tuntutan lainnya. Sebab, hal ini akan mendorong pemuda untuk menikahinya. Hal ini juga akan membuat para saudarinya setelahnya mudah mendapatkan suami.

      Ketika anak perempuan sudah menikah, usahakan untuk selalu menjaga hubungan dengannya, mencari tahu berbagai kebutuhan hidupnya, dan membantunya menyelesaikan beragam problem yang dihadapinya. Usahakan selalu untuk menyertainya dalam kegembiraan dan kesedihannya.

      Akan tetapi, keluarga besar—terutama ibu—hendaknya menghindari turut campur secara langsung dalam kehidupannya. Sebab, terlalu banyak mencampuri urusannya—padahal tidak diperlukan—sering kali mengganggu kehidupan rumah tangganya.

      Suami hendaknya bertakwa kepada Allah ‘azza wa jalla dalam hal pergaulannya dengan istrinya. Ia telah meninggalkan rumah dan keluarganya, meninggalkan kemuliaan yang ada dalam rumahnya. Sekarang dia berada di bawah kekuasaan suami dan tanggung jawabnya.

      Karena itu, suami hendaknya beramar ma’ruf dan nahi mungkar terhadap istrinya, bergaul dengannya secara baik, menemaninya dengan baik pula. Suami tidak boleh menzalimi dan merendahkannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

      وَاستَوصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّمَا هُنَّ عَوَانٌ عِندَكُمْ

      “Berwasiatlah kepada perempuan dengan kebaikan karena mereka hanyalah tawanan di sisi kalian.” (HR. at-Tirmidzi)

      خَيْرُكُم خَيْرُكُم لِأَهْلِهِ

      “Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya.”

      Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang terbaik terhadap keluarga beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

      Waspadalah dalam hal berbuat adil terhadap para istri. Apabila seseorang diberi rezeki dua orang istri atau lebih, dia wajib berbuat adil dalam hal pembagian (bermalam) dan nafkah yang mereka butuhkan. Barang siapa menyelisihi syariat dalam hal pembagian (bermalam) dan keadilan, sungguh dia telah melakukan dosa besar.

      Ada suami yang tidak melihat dan mengajak berbicara dengan istrinya kecuali ketika hari gilirannya saja. Ini termasuk kezaliman yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.

      Hendaknya suami senantiasa menyambung hubungan dengan istrinya dengan menelepon, mengunjungi, dan memeriksa keadaannya. Sebab, sang istri telah relakan dirinya menjadi yang kedua, ketiga, atau keempat.

      Maka dari itu, janganlah Anda membuat istri Anda sendirian dan bersedih di rumahnya ketika selain hari gilirannya; tidak pernah ditanyai, diperiksa keadaannya, dan tidak dijaga. Sang istri dipermainkan oleh waswas, kesedihan, dan penyesalan. Padahal berbagai fitnah dan pintu kejelekan mengepungnya.

      Karena itu, wahai para suami, bertakwalah kepada Allah dalam hal istri-istri kalian. Anda akan diminta pertanggungjawaban dan akan dihisab tentang urusan mereka.

      Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

      مَن كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَومَ القِيَامَةِ وَشِقُهُ مَائِلٌ

      “Barang siapa memiliki dua orang istri lantas ia condong kepada salah satunya, dia akan datang ada hari kiamat dalam keadaan tubuhnya condong ke samping.”

      Tidak samar lagi bahwa kita hidup pada masa yang banyak kejelekan. Berbagai sarana menuju kerusakan dan kesesatan tersedia sedemikian rupa. Belum pernah hal ini ada pada masa dahulu. Tentu hal ini lebih mendorong kita untuk menunaikan tanggung jawab. Kita wajib melipatgandakan upaya dalam hal mendidik, membimbing, menasihati, dan menempuh sebab-sebab keselamatan.

      Secara ringkas, di antara faktor perlindungan dan kebaikan anak perempuan adalah:

      1. Keistiqamahan dan kesalehan ayah dan ibu.
      2. Berdoa kepada Allah, karena doa memiliki pengaruh yang besar.
      3. Mengajari dan mendikte anak-anak dengan doa yang bermanfaat.
      4. Senantiasa menasihati dan memberi peringatan kepada mereka, dengan metode yang tepat, baik secara langsung maupun dengan isyarat, sesuai dengan keadaan.
      5. Terkhusus bagi ibu, hendaknya mengarahkan mereka untuk memilih teman yang baik.

      Sebab, pertemanan memiliki pengaruh besar dalam hal perilaku, pemikiran, dan sebagainya.

      1. Menjauhkan rumah dari segala sarana yang merusak dan menghancurkan anak, seperti TV satelit dan situs-situs internet.

      Hal-hal ini lebih besar kerusakannya daripada sisi positifnya. Betapa banyak hal mulia yang tersia-siakan akibat sarana ini. Betapa banyak pula kehormatan yang ternodai gara-gara hal tersebut. Jalan keselamatan hanyalah dengan menjauh darinya.

      Apabila ada sarana ini di rumah, hendaknya kepala keluarga benar-benar menjaganya agar sarana tersebut tidak dibuka secara mutlak bagi anggota keluarganya. Jangan sampai anggota keluarganya mengikuti (saluran) sekehendak mereka. Jangan sampai mereka bisa membuka situs-situs kapan pun mereka inginkan. Sebab, hal ini akan sangat membahayakan anggota keluarganya.

      Demikian pula yang terkait dengan HP, sungguh HP yang ada sekarang ini bukan sekadar sarana telepon. Karena itu, berilah peringatan dan awasilah mereka. Janganlah Anda lalai menjaga anak keturunan Anda.

      Ya Allah, perbaikilah untuk kami anak keturunan kami. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari berbagai ujian dan cobaan, yang tampak maupun tidak.

       

      (diterjemahkan dengan penyesuaian dari khotbah Jum’at yang disampaikan oleh asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi azh-Zhafiri, 11 Jumadal Akhirah 1435 H/ 11 April 2014 M)

      Tags: anak perempuanPendidikan Anak
      Previous Post

      Tidak Mau Menikah Setelah Suami Meninggal

      Next Post

      Jangan Berharap Mati

      Related Posts

      Akhlak Iblis
      Asy Syariah Edisi 117

      Mengajari Anak Mencintai Pemerintah Muslim

      Oleh admin
      10/08/2017
      Mengenal Usia Baligh
      Asy Syariah Edisi 116

      Mendidik Anak dan Pemuda

      Oleh admin
      09/08/2017
      Next Post
      Jangan Berharap Mati

      Jangan Berharap Mati

      Majalah Asy Syariah (versi digital)

      Selain versi cetak, tersedia pula Majalah Asy Syariah dalam versi digital, Untuk membaca versi digital, Anda bisa mengunduhnya di Smartphone Android anda dengan menggunakan Aplikasi Google Play Book

      KUNJUNGI MAJALAH ASY SYARIAH DI GOOGLE PLAY BOOK

      Kontak

      Redaksi: 0813-2807-8414
      Sirkulasi: 0858-7852-5401
      Layanan: 0823-2741-2095
      Email: asysyariah@gmail.com

      Khazanah Ilmu-ilmu Islam Ilmiah di atas Sunnah

      ISSN: 1693-4334

      Tentang Majalah AsySyariah

      Majalah AsySyariah adalah Majalah ahlussunnah wal jamaah di Indonesia. Membahas dan menampilkan pembahasan artikel berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah dengan apa yang di pahami oleh generasi awal umat ini.

      Alamat

      Jl. Godean Km 5 Gg. Kenanga No. 26B, RT 01/01 Patran, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta. 55599

      • Majalah Islam AsySyariah
      • Pengiriman
      • Daftar Agen

      © 1439 Majalah Asy Syariah
      Web Desain oleh DakwahStudio.

      No Result
      View All Result
      • Beranda
      • Artikel
      • Tebar Asy-Syariah
      • Daftar Agen

      © 1439 Majalah Asy Syariah
      Web Desain oleh DakwahStudio.