Menjauhi Perdebatan dalam Hal Agama

Ma’n bin Isa berkata, “Suatu hari, (al-Imam) Malik bin Anas rahimahullah keluar dari masjid dalam keadaan  bersandar pada tanganku. Ada seorang lelaki -yang dipanggil Abul Huriyah, yang tertuduh berpemahaman Murji’ah- menyusulnya dan mengatakan, “Wahai hamba Allah, dengarkanlah sesuatu yang akan aku sampaikan kepadamu. Aku akan beradu hujah denganmu dan memberitahumu tentang pemikiranku.”

Al-Imam Malik rahimahullah bertanya, “Bagaimana jika engkau mengalahkanku (dalam perdebatan)?”

Dia menjawab, “Kalau aku mengalahkanmu, engkau harus mengikuti pemikiranku.”

Al-Imam Malik rahimahullah bertanya lagi, “Kalau ada orang lain yang kemudian mendebat lantas mengalahkan kita?”

Dia menjawab, “Kita ikuti dia.”

Al-Imam Malik rahimahullah menukas,

يَا عَبْدَ اللهِ، بَعَثَ اللهُ مُحَمَّدًا بِدِيْنٍ وَاحِدٍ، وَأَرَاكَ تَنْتَقِلُ مِنْ دِيْنٍ إِلَى دِينٍ

Wahai hamba Allah, Allah Subhanahu wata’ala mengutus Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dengan satu agama. Namun, aku lihat engkau berpindah dari satu agama ke agama yang lain.” (asy-Syari’ah, al-Ajurri, hlm. 62)

(Catatan kaki al-Ajwibah al-Mufidah ‘an As’ilatil Manahij al-Jadidah hlm. 78, cet. Maktabah al-Huda al-Muhammadi)