(ditulis oleh: Al-Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan)
Setelah ditiupnya sangkakala, terjadilah beberapa peristiwa yang sangat menakutkan.
- Bumi digoncangkan, gunung-gunung hancur lebur.
Al-Imam Ibnu Katsir t menyatakan (An-Nihayah hal. 154): “Di antara peristiwa yang akan terjadi (setelah ditiupnya sangkakala) adalah bumi digoncang-goncangkan, penghuninya dimiring-miringkan ke kanan dan ke kiri. Sebagaimana berita yang Allah l sampaikan dalam firman-Nya:
Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini)?” (Az-Zalzalah: 1-3)
“Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras.” (Al-Hajj: 1-2)
“Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan.” (Al-Waqi’ah: 1-6)
Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di t menyatakan: “Allah l mengajak bicara seluruh manusia dan memerintahkan agar mereka bertakwa kepada Rabbnya, yang telah memelihara mereka dengan nikmat-nikmat-Nya, baik yang nampak maupun yang tidak tampak. Maka sudah sepantasnya mereka bertakwa kepada-Nya, dengan meninggalkan kesyirikan, kedurhakaan dan kemaksiatan. Sepantasnya pula mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya selama mereka mampu melaksanakannya. Kemudian Allah l mengabarkan tentang hal-hal yang akan membantu mereka dalam bertakwa, dan memperingatkan mereka agar mereka tidak meninggalkan ketakwaan tersebut, yaitu berupa berita-berita tentang peristiwa menakutkan yang akan terjadi pada hari kiamat.” (Tafsir As-Sa’di hal. 532)
- Langit terpecah-belah, bintang-bintang berjatuhan, cahaya bulan menghilang, matahari dan bulan dikumpulkan.
Peristiwa-peristiwa ini akan terjadi pada hari kiamat, sebagaimana yang Allah l beritakan dalam surat At-Takwir, Al-Infithar dan Al-Insyiqaq.
Rasulullah n bersabda tentang keutamaan tiga surat tersebut:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُ رَأْيُ عَيْنٍ فَلْيَقْرَأْ إِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ، وَإِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ، وَإِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ
“Barangsiapa yang senang memerhatikan (peristiwa-peristiwa yang akan terjadi) pada hari kiamat, hendaknya dia membaca surat At-Takwir, Al-Infithar dan Al-Insyiqaq.” (HR. At-Tirmidzi dari Ibnu Umar c, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1081)
- Allah l akan mengenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanan-Nya yang mulia
Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Az-Zumar: 67)
Juga dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah z, Rasulllah n bersabda:
يَقْبِضُ اللهُ الْأَرْضَ وَيَطْوِي السَّمَاءَ بِيَمِينِهِ ثُمَّ يَقُولُ: أَنَا الْمَلِكُ، أنا الجبار، أَيْنَ مُلُوكُ الْأَرْضِ؟ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ؟ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ؟
Allah l akan menggenggam bumi dan melipat langit dengan tangan kanannya. Kemudian Dia berfirman: “Akulah Raja di raja. Aku Maha Memaksa. Di mana raja-raja bumi? Di mana para pemaksa? Di mana orang-orang yang sombong?” (Muttafaqun ‘alaih)
- Hubungan nasab terputus
Karena dahsyatnya peristiwa-peristiwa yang terjadi, maka terputuslah hubungan nasab. Bapak tidak mampu menolong anaknya. Anakpun tidak mampu menolong orangtuanya. Suami tidak mampu menolong istrinya, sebagaimana seorang istri juga tidak mampu menolong suaminya. Masing-masing berlepas diri dan mencari keselamatan dirinya sendiri.
Hal ini sebagaimana dalam firman Allah:
“Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.” (Al-Mu’minun: 101)
“Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya.” (‘Abasa: 33-37)
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.” (Al-Baqarah: 166)
“(Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah.” (Al-Infithar: 19)
Sampaipun para rasul yang termasuk Ulul Azmi e, tatkala mereka diminta untuk memberikan syafaat terhadap para makhluk di padang mahsyar, mereka menyatakan:
نَفْسِي، نَفْسِي
“Ya Allah, selamatkan diriku, selamatkan diriku.”
Kecuali Nabi kita Muhammad n, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim tentang kisah asy-syafa’atul ‘uzhma (syafaat yang agung).
- Penyesalan pada hari itu tidaklah bermanfaat
Allah l berfirman:
Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Rabb Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu), satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.” Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab (ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu telah datang kepadaku. Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia. (Al-Furqan: 25-29)
Al-Imam Ibnu Katsir t berkata: “Dalam ayat-ayat ini, Allah l mengabarkan tentang (apa yang akan terjadi pada hari kiamat) berupa penyesalan orang-orang kafir yang tidak mau mengikuti jalan Rasul n dan apa yang beliau n bawa, berupa kebenaran nyata dari sisi Allah l yang tidak ada keraguan di dalamnya. Dia justru menempuh jalan yang lain. Maka, tatkala terjadi hari kiamat dia akan menyesal, dalam keadaan penyesalan itu tidak bermanfaat baginya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/280)
Wallahu a’lam.