Proses Keluarnya Roh dari Jasad

Proses keluarnya roh dari jasad digambarkan dalam hadits al-Bara bin Azib radhiallahu anhu yang panjang. Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud, an-Nasai, Ibnu Majah, Imam Ahmad, dan al-Hakim. Syaikh Muqbil rahimahullah menyebutkan hadits ini dalam kitab beliau, ash-Shahihul Musnad.

  1. Keluarnya roh seorang mukmin dan kabar gembira baginya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلَائِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيضُ الْوُجُوهِ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الشَّمْسُ، مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَحَنُوطٌ مِنْ حَنُوطِ الْجَنَّةِ، حَتَّى يَجْلِسُوا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ، ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عَلَيْهِ السَّلَامِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ، اخْرُجِي إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَرِضْوَانٍ. قَالَ: فَتَخْرُجُ تَسِيلُ كَمَا تَسِيلُ الْقَطْرَةُ مِنْ فِي السِّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا، فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوهَا فَيَجْعَلُوهَا فِي ذَلِكَ الْكَفَنِ وَفِي ذَلِكَ الْحَنُوطِ، وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ

Sesungguhnya apabila seorang hamba yang mukmin akan meninggal dunia, para malaikat rahmat turun kepadanya. Wajah mereka seakan-akan matahari yang bersinar. Mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian dari janah (surga). Mereka duduk di tempat sejauh mata memandang.

Kemudian, datanglah Malaikat Maut hingga duduk di samping kepalanya. Malaikat Maut berkata, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya.”

Roh tersebut lalu keluar dari jasadnya seperti tetesan air yang mengalir dari bibir tempat air minum. Malaikat Maut lantas mengambil roh yang sudah keluar dari jasadnya itu.

Para malaikat rahmat yang menunggu tidak membiarkan roh tersebut berada di tangannya sekejap mata pun. Mereka segera mengambil dan menaruhnya di dalam kafan dan wangi-wangian tersebut. Keluarlah bau wangi misik yang paling harum yang dijumpai di muka bumi.

Baca juga: Sifat-Sifat Penghuni Surga

Allah subhanahu wa ta’ala mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan istiqamah ketika menghadapi sakaratulmaut. Ini adalah bukti kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala terhadap hamba-Nya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ ٣٠ نَحۡنُ أَوۡلِيَآؤُكُمۡ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَشۡتَهِيٓ أَنفُسُكُمۡ وَلَكُمۡ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ٣١ نُزُلًا مِّنۡ غَفُورٍ رَّحِيمٍ ٣٢

Sesungguhnya, orang-orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Allah,” kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta; sebagai hidangan (bagimu) dari Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat: 30—32)

Ayat-ayat ini adalah berita dari Allah subhanahu wa ta’ala sekaligus kabar gembira bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. Ayat ini menyebutkan bahwa para malaikat akan turun kepada mereka ketika mereka menghadapi kematian, ketika mereka berada di dalam kubur mereka, dan ketika mereka dibangkitkan dari kuburnya. Para malaikat memberi jaminan keamanan kepada mereka atas perintah Allah subhanahu wa ta’ala.

Baca juga: Beriman Adanya Kebangkitan Setelah Kematian

Mereka juga memberikan kabar gembira agar orang-orang beriman tidak takut terhadap hal-hal yang akan mereka hadapi di akhirat, tidak bersedih terhadap perkara dunia yang mereka tinggalkan, seperti anak, keluarga, dan harta. Sebab, Allah subhanahu wa ta’ala yang akan mengurus dan menanggung mereka semua. Para malaikat juga memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman dengan hilangnya berbagai kejelekan dan didapatkannya berbagai kebaikan. (Tafsir Ibnu Katsir)

Dari Aisyah radhiallahu anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ. فَقُلْتُ: ياَ نَبِيَّ اللهِ، أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ؟ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ. فَقَالَ: لَيْسَ كَذَلِكِ، وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ وَكَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ

“Barang siapa senang bertemu dengan Allah, Allah senang pun bertemu dengannya. Namun, barang siapa tidak suka bertemu dengan Allah, Allah juga tidak suka bertemu dengannya.”

Aisyah radhiallahu anha berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah (maksudnya) benci terhadap kematian? Kita semua membenci kematian.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Bukan seperti itu. Apabila seorang mukmin diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhaan, dan surga-Nya, dia akan senang bertemu dengan Allah. Allah pun senang bertemu dengannya. Sementara itu, apabila orang kafir diberi kabar gembira dengan azab Allah dan kemurkaan-Nya, dia akan benci bertemu dengan Allah. Allah pun benci bertemu dengannya.” (Muttafaqun ‘alaih)

  1. Keluarnya roh seorang kafir dan azab terhadapnya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَإِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ إِذَا كَانَ فِي انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَإِقْبَالٍ مِنَ الْآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ السَّمَاءِ مَلَائِكَةٌ سُودُ الْوُجُوهِ مَعَهُمُ الْمُسُوحُ فَيَجْلِسُونَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُولُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْخَبِيثَةُ اخْرُجِي إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللهِ وَغَضَبٍ. قَالَ: فَتُفَرَّقُ فِي جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهَا كَمَا يُنْتَزَعُ السَّفُّودُ مِنَ الصُّوفِ الْمَبْلُولِ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوهَا فِي يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَجْعَلُوهَا فِي تِلْكَ الْمُسُوحِ وَيَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيحِ جِيفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ

Apabila seorang hamba yang kafir akan meninggal dunia, turunlah malaikat azab dari langit. Wajah-wajah mereka hitam dan seram. Mereka membawa kain yang kasar dan jelek. Mereka duduk di tempat sejauh mata memandang. Lalu datanglah Malaikat Maut hingga dia duduk di samping kepalanya. Malaikat Maut berkata, “Wahai jiwa yang jelek, keluarlah menuju kemurkaan Allah dan kemarahan-Nya.”

Roh tersebut pun bergetar di seluruh tubuhnya. Kemudian, Malaikat Maut mencabutnya sebagaimana dicabutnya besi alat pemanggang dari bulu-bulu yang basah. Dia kemudian mengambil roh tersebut.

Para malaikat yang menunggu tidak membiarkannya di tangannya sekejap mata pun. Mereka segera mengambilnya dan meletakkannya di kain yang kasar lagi jelek tadi. Keluarlah darinya bau seperti bau bangkai yang paling busuk yang ditemukan di muka bumi.

Baca juga: Macam-Macam Azab Kubur

Allah subhanahu wa ta’ala mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kabar gembira berupa kemurkaan dan azab-Nya. Karena itu, roh-roh mereka enggan untuk keluar dari jasadnya. Para malaikat pun memukul wajah dan punggungnya, sampai rohnya keluar dari jasadnya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَنۡ أَظۡلَمُ مِمَّنِ ٱفۡتَرَىٰ عَلَى ٱللَّهِ كَذِبًا أَوۡ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمۡ يُوحَ إِلَيۡهِ شَيۡءٌ وَمَن قَالَ سَأُنزِلُ مِثۡلَ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُۗ وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذِ ٱلظَّٰلِمُونَ فِي غَمَرَٰتِ ٱلۡمَوۡتِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ بَاسِطُوٓاْ أَيۡدِيهِمۡ أَخۡرِجُوٓاْ أَنفُسَكُمُۖ ٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ ٱلۡهُونِ بِمَا كُنتُمۡ تَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ وَكُنتُمۡ عَنۡ ءَايَٰتِهِۦ تَسۡتَكۡبِرُونَ ٩٣

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratulmaut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), “Keluarkanlah nyawamu.” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (al-An’am: 93)

وَلَوۡ تَرَىٰٓ إِذۡ يَتَوَفَّى ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ يَضۡرِبُونَ وُجُوهَهُمۡ وَأَدۡبَٰرَهُمۡ وَذُوقُواْ عَذَابَ ٱلۡحَرِيقِ ٥٠ ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَيۡسَ بِظَلَّٰمٖ لِّلۡعَبِيدِ ٥١ ذَٰلِكَ بِمَا قَدَّمَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَيۡسَ بِظَلَّٰمٍ لِّلۡعَبِيدِ ٥١

Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata), “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar”, (tentulah kamu akan merasa ngeri). Hal itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya, Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya. (al-Anfal: 50—51)

Sakaratulmaut Adalah Penghapus Dosa Seorang Mukmin

Dari Abu Said Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiallahu anhuma, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةَ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah menimpa seorang muslim suatu rasa capai, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, duka cita, sampaipun sebuah duri yang menusuknya, melainkan dengan sebab itu Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (Muttafaqun ‘alaih):

Baca juga: Amalan yang Menyelamatkan dari Azab Kubur

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا ابْتَلَى اللهُ الْعَبْدَ الْمُسْلِمَ بِبَلَاءٍ فِي جَسَدِهِ قَالَ اللهُ: اكْتُبْ لَهُ صَالِحَ عَمَلِهِ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ. فِإِنْ شَافَاهُ غَسَلَهُ وَطَهَّرَهُ وَإِنْ قُبِضَ غَفَرَ لَهُ وَرَحِمَهُ

Apabila Allah menguji seorang hamba yang muslim dengan suatu ujian pada badannya, Allah berfirman, “Tulislah baginya amalan saleh yang biasa dia lakukan.”

Apabila Allah menyembuhkannya, Dia telah mencuci dan membersihkannya (dari dosanya). Namun, apabila Allah mencabut rohnya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan akan merahmatinya. (HR. Ahmad; Syaikh Muqbil rahimahullah mengatakan, “Hadits ini sahih, perawinya adalah para perawi kitab-kitab Shahih.”)

Godaan Setan ketika Sakaratulmaut

Dengan hikmah dan keadilan-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan setan dari golongan jin dan manusia sebagai musuh bagi hamba-Nya. Permusuhan itu tidak berhenti sampai ajal mendatangi hamba tersebut. Setan pun terus berusaha menyesatkan hingga hamba akan mati dalam keadaan kafir.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦ ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧

Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian, aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (al-A’raf: 16—17)

إِنَّ ٱلشَّيۡطَٰنَ لَكُمۡ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّاۚ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu). Sebab, sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)

وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٍ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورًاۚ وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُۖ فَذَرۡهُمۡ وَمَا يَفۡتَرُونَ ١١

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (al-An’am: 112)

Baca juga: Manusia vs Iblis (bagian ke-2)

Hal inilah yang menjadikan kita sadar dan berhati-hati dalam mencari lingkungan serta teman bagi diri kita dan keluarga kita. Lebih-lebih, tatkala dalam keadaan sakit atau menghadapi kematian. Sebab, setan dari golongan jin dan manusia terus bekerja sama dan saling membantu untuk menyesatkan hamba hingga dia menjadi penghuni neraka Jahannam.

Sebaliknya, teman dan lingkungan yang baik akan mengajak serta mendorongnya untuk berbuat kebaikan dan istiqamah di atasnya. Oleh karena itu, perhatikanlah kisah berikut.

Kisah Kematian Abu Thalib

Ibnul Musayyab rahimahullah meriwayatkan dari bapaknya radhiallahu anhu, ketika Abu Thalib menghadapi kematian, Nabi shallallahu alaihi wa sallam masuk menemuinya. Ketika itu Abu Jahal ada di sampingnya.

Beliau shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Wahai paman, ucapkan la ilaha illallah, sebuah kalimat yang aku akan jadikan sebagai hujah untuk membelamu di hadapan Allah.”

Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata, “Wahai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul Muththalib?”

Terus-menerus Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membujuknya untuk mengucapkannya. Namun, mereka berdua (Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah) juga mengulang-ulang ucapan mereka. Musayyab berkata, “Abu Thalib mati di atas agama Abdul Muththalib.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Memilih Teman Membentengi Keyakinan

Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu,

إِنَّ غُلَامًا مِنَ الْيَهُودِ كَانَ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ وَهُوَ بِالْمَوْتِ فَدَعَاهُ إِلَى الْإِسْلَامِ فَنَظَرَ الْغُلَامُ إِلَى أَبِيهِ وَهُوَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ أَبُوهُ: أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ. فَأَسْلَمَ ثُمَّ مَاتَ، فَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ عِنْدِهِ وَهُوَ يَقُولُ: الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ بِي مِنَ النَّارِ

Seorang anak Yahudi yang membantu Nabi shallallahu alaihi wa sallam sedang sakit. Nabi shallallahu alaihi wa sallam datang menjenguknya. Beliau duduk di samping kepalanya. Nabi menawarkan kepadanya untuk masuk Islam. Beliau berkata, “Masuk Islamlah.”

Anak itu lalu memandang kepada bapaknya yang berada di sampingnya. Bapaknya lalu berkata, “Taatilah Abul Qasim (Rasulullah).”

Dia pun masuk Islam lalu meninggal dunia. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu keluar sambil berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka dengan perantaraanku.” (Muttafaqun ‘alaih)

Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِخَوَاتِمِهَا

“Hanyalah amalan-amalan itu tergantung pada akhirnya.” (HR. al-Bukhari dari Sahl bin Sa’d as-Sa’idi radhiallahu anhu)

Tidak Ada yang Selamat Kecuali yang Diselamatkan oleh Allah

Karena dahsyatnya berbagai ujian dan cobaan yang dihadapi, setiap hamba tidak mungkin bisa selamat dan berhasil melaluinya kecuali apabila diselamatkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dengan rahmat dan keutamaan dari-Nya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَإِنۡ عَاقَبۡتُمۡ فَعَاقِبُواْ بِمِثۡلِ مَا عُوقِبۡتُم بِهِۦۖ وَلَئِن صَبَرۡتُمۡ لَهُوَ خَيۡرٌ لِّلصَّٰبِرِينَ

“Bersabarlah (wahai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah.” (an-Nahl: 127)

يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَۚ وَيَفۡعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)

Baca juga: Makna Kalimat Syahadat La Ilaha Illallah

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, beliau mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ. قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: لَا، وَلَا أَنَا، إِلَا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِفَضْلِهِ وَرَحْمَتِهِ

“Amalan seseorang tidak akan memasukkan dirinya ke dalam janah.”

Para sahabat bertanya, “Tidak pula engkau, wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Tidak pula aku. Hanya saja, Allah telah meliputiku dengan rahmat dan keutamaan dari-Nya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Sebagai penutup, kita memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala,

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya, Engkau-lah Yang Maha Pemberi (karunia).” (Ali Imran: 8)

Kita panjatkan pula doa,

وَيَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكِ

“Wahai Dzat Yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. at-Tirmidzi, lihat Shahih al-Jami’; Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan, “Sahih.”)

Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

(Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan rahimahullah)