Wanita Surga dalam Sebutan Sunnah yang Mulia

(ditulis oleh: al-Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah)

Tak akan kita dapatkan kalimat yang tepat saat berbicara tentang kenikmatan surga. Bagaimana bisa kita menuturkan sebuah kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tiada pula pernah tebersit di hati manusia?
Sebuah kenikmatan nyata yang pasti dijumpai, yang menorehkan rasa rindu di dada insan beriman, kapan kiranya berjumpa dengan kenikmatan jannah?
Setelah kita membahas salah satu kenikmatan surga berupa beroleh pasangan hidup yang sempurna, bidadari nan jelita, sesuai dengan kabar al-Qur’an, berikut ini kita lihat gambaran as-Sunnah tentangnya.
Al-Imam Ahmad t membawakan dalam Musnad-nya hadits Abu Hurairah z dari Rasulullah n:
لِلرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ زَوْجَتَانِ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ، عَلَى كُلِّ وَاحِدَةٍ سَبْعُوْنَ حُلَّةٍ يُرَى مُخُّ سَاقِهَا مِنْ وَرَاءِ الثِّيَابِ
“Seorang lelaki penghuni surga akan mendapatkan dua istri dari hurun ‘in1. Pada setiap bidadari tersebut ada tujuh puluh pakaian/perhiasan. Terlihat sumsum betisnya dari balik pakaiannya.” (Dinyatakan sahih dalam Shahihul Jami’ no. 2564)
Dalam riwayat Muslim (no. 7076) disebutkan, saat Abu Hurairah z ditanya, “Pria ataukah wanita yang paling banyak di surga?”
Abu Hurairah z menjawab, “Bukankah Abul Qasim n telah bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ زَمْرَةٍ تَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُوْرَةِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ بَدْرٍ، وَالَّتِي تَلِيْهَا عَلَى أَضْوَاءِ كَوْكَبٍ دُرِّيٍّ فِي السَّمَاءِ، لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ اثْنَتَانِ، يُرَى مُخُّ سُوْقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ، وَمَا فِي الْجّنَّةِ عَزَبٌ
‘Sesungguhnya, rombongan pertama yang masuk surga berada di atas bentuk bulan pada malam purnama. Rombongan berikutnya di atas bentuk bintang yang paling bersinar terang di langit. Masing-masing beroleh dua istri2 yang terlihat sumsum betis keduanya dari balik daging3. Di dalam surga tidak ada orang yang membujang’.”
Anas bin Malik z menyampaikan bahwa Rasulullah n bersabda:
لَرَوْحَةٌ فِي سَبِيْلِ اللهِ أَوْ غَدْوَةٌ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا، وَلَقَابُ قَوْسِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ أَوْ مَوْضِعُ قِيْدٍ –يَعْنِي سَوْطَهُ- خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا. وَلَوْ أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ اطَّلَعَتْ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ لَأَضَاءَتْ مَا بَيْنَهُمَا وَلَمَلَأَتْهُ رِيْحًا، وَلَنَصِيْفُهَا عَلَى رَأْسِهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Keluar di sore hari atau di pagi hari (untuk berjihad) di jalan Allah lebih baik daripada dunia seisinya. Tempat anak panah salah seorang dari kalian atau tempat cambuknya dari surga (kelak) lebih baik daripada dunia seisinya. Seandainya seorang wanita dari kalangan penghuni surga melihat ke penduduk bumi, niscaya ia akan menyinari apa yang ada di antara keduanya dan ia akan memenuhi bumi dengan aroma yang wangi. Kerudung yang ada di atas kepalanya lebih baik daripada dunia berikut isinya.” (HR. al-Bukhari no. 2796)
Ibnu Umar c memberitakan dari Rasulullah n bahwa:
إِنَّ أَزْوَاجَ أَهْلِ الْجَنَّةِ لَيُغَنِّيْنَ أَزْوَاجَهُنَّ بِأَحْسَنِ أَصْوَاتٍ، مَا سَمِعَهَا أَحَدٌ قَطُّ. إِنَّ مِمَّا يُغْنِيْنَ بِهِ:
نَحْنُ الْخَيْرَاتُ الْحِسَانُ، أَزْوَاجُ قَوْمٍ كِرَامٍ
يَنْظرْنَ بِقُرَّةِ أَعْيَانٍ
وَإِنَّ مِمَّا يُغْنِيْنَ بِهِ:
نَحْنُ الْخَالِدَاتُ فَلاَ نَمُتْنَ
نَحْنُ الْآمِنَاتُ فَلاَ نَخَفْنَ
نَحْنُ الْمُقِيْمَاتُ فَلاَ نَظْعَنَّ
“Istri-istri penduduk surga sungguh akan mendendangkan nyanyian dengan suara paling merdu. Sama sekali tidak pernah seorang pun mendengar suara sebagus itu. Di antara yang mereka dendangkan:
‘Kami adalah wanita yang baik akhlaknya lagi cantik-cantik parasnya. Istri-istri dari kaum yang mulia
Yang terlihat sebagai penenteram/penyejuk mata’
Termasuk yang mereka dendangkan pula:
‘Kami adalah wanita-wanita yang kekal tidak akan mati
Kami adalah wanita-wanita yang aman tidak merasa takut
Kami adalah wanita-wanita yang berdiam di tempat, tidak pernah bepergian jauh’.” (HR. ath-Thayalisi, dinyatakan sahih dalam Shahihul Jami’ no. 1561)
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah t dalam Nuniyah-nya yang terkenal menggambarkan penduduk surga dengan ungkapan:
وَرَأَوْا عَلَى بُعْدٍ خِيَامًا مُشْرِفَا تٍ مُشْرِقَاتِ النُّوْرِ وَالْبُرْهَانِ
فَتَيَمَّمُوْا تِلْكَ الْخِيَامَ فَأَنَسُوا
فِيْهِنَّ أَقْمَارًا بِلاَ نُقْصَانِ
مِنْ قَاصِرَاتِ الطَّرْفِ لاَ تَبْغِي سِوَى
مَحْبُوْبِهَا مِنْ سَائِرِ الشُّبَّانِ
وَيَقُوْلُ لـَمَّا أَنْ يُشَاهِدَ حُسْنَهَا
سُبْحَانَ مُعْطِي الْحُسْنِ وَالْإِحْسَانِ
وَالطَّرْفُ يَشْرَبُ مِنْ كُؤُوْسِ جَمَالِهَا
فَتَرَاهُ مِثْلَ الشَّارِبِ النَّشَوَانِ
كَمُلَتْ خَلاَئِقُهَا وَأُكْمِلَ حُسْنُهَا
كَالْبَدْرِ لَيْلَ السِّتِّ بَعْدَ ثَمَانِ
Mereka melihat dari kejauhan kemah-kemah yang tinggi
yang bersinar dengan cahaya dan burhan
Mereka pun menuju kemah-kemah tersebut, dan ternyata mereka merasa betah (senang)
karena di dalamnya ada rembulan-rembulan yang tidak memiliki kekurangan
Berupa wanita-wanita yang menundukkan pandangan, yang tidak menginginkan selain
orang yang dicintainya dari seluruh pemuda (suaminya)
Berkatalah suaminya tatkala menyaksikan keindahan bidadarinya
Mahasuci Dzat yang memberikan kebagusan dan kebaikan
Pandangan mata pun minum dari gelas-gelas kecantikannya
maka engkau melihatnya seperti orang yang minum hingga mabuk kepayang
Sempurna penciptaan sang bidadari dan sempurna pula keindahannya
ibarat rembulan pada malam keenam setelah lewat delapan malam4

Bagaimana dengan Pasangan Wanita Penduduk Dunia di Surga Kelak?
Pernah ditanyakan kepada Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin t beberapa pertanyaan berikut ini.
1. Disebutkan bahwa kaum lelaki di surga kelak akan mendapatkan hurun ‘in (bidadari bermata jeli), lalu bagaimana dengan kaum wanita?
2. Apabila seorang wanita ahlul jannah saat di dunia belum sempat menikah atau ia menikah hanya saja suaminya tidak masuk surga, siapakah yang menjadi pasangan/suaminya di surga?
3. Apabila seorang wanita pernah menikah dua kali di dunia (punya dua suami), nanti di surga si wanita bersama suami yang mana? Mengapa Allah l menyebutkan adanya istri-istri bagi para lelaki di surga, namun tidak ada penyebutan suami-suami untuk para wanita?
Fadhilatusy Syaikh t menjawab satu persatu pertanyaan di atas:
1. Allah l berfirman tentang kenikmatan yang diperoleh penduduk surga:
“Di dalamnya kalian memperoleh apa saja yang kalian inginkan dan beroleh pula di dalamnya apa saja yang kalian minta. Sebagai hidangan (persembahan) bagi kalian dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat: 31—32)
Dia Yang Mahatinggi juga berfirman:
“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh jiwa dan sedap dipandang mata, kalian pun kekal di dalamnya.” (az-Zukhruf: 71)
Dimaklumi bahwa menikah (mendapat pasangan hidup) termasuk hal yang paling didamba oleh setiap jiwa. Dengan demikian, hal itu pun akan didapatkan di surga oleh penghuninya, laki-laki atau perempuan. Jadi, kelak di surga, Allah l akan menikahkan (memasangkan) seorang wanita dengan suaminya di dunia, sebagaimana firman-Nya (tentang doa para malaikat untuk orang-orang yang beriman):
“Wahai Rabb kami, masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka serta anak keturunan mereka semuanya. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Memiliki hikmah.” (Ghafir: 8)

2. Jawaban pertanyaan (yang kedua ini) diambil dari keumuman firman Allah l:
“Di dalamnya kalian memperoleh apa saja yang kalian inginkan dan beroleh pula di dalamnya apa saja yang kalian minta. Sebagai hidangan (persembahan) bagi kalian dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat: 31—32)
Dia Yang Mahatinggi juga berfirman:
“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh jiwa dan sedap dipandang mata, kalian pun kekal di dalamnya.” (az-Zukhruf: 71)
Dengan demikian, jika seorang wanita menjadi penghuni surga padahal di dunia ia belum menikah atau suaminya bukan ahlul jannah, di surga tentu ada pula kaum lelaki yang di dunia belum sempat menikah. Para lelaki inilah yang akan beroleh istri-istri dari kalangan bidadari dan juga istri-istri dari kalangan wanita penduduk dunia, jika para lelaki ini menghendaki dan jiwa mereka berhasrat. Demikian pula yang kita katakan tentang wanita yang ketika di dunia tidak memiliki suami atau suaminya tidak masuk surga bersamanya. Jika si wanita menghendaki untuk menikah, pasti ia akan dapatkan apa yang dikehendakinya, berdasarkan keumuman ayat di atas.
Adapun nash khusus terkait dengan hal ini, sekarang belum tampak bagi kami. Ilmunya ada di sisi Allah l.

3. Jika seorang wanita memiliki dua suami ketika di dunia (pernah menikah dua kali), pada hari kiamat di surga kelak ia akan diberi pilihan di antara kedua suaminya. Jika di dunia si wanita belum sempat menikah, Allah l akan menikahkannya dengan seseorang yang menyenangkan pandangan matanya di surga.
Kenikmatan di surga pun tidaklah hanya dirasakan oleh kaum pria, namun oleh semuanya, baik pria maupun wanita. Di antara sejumlah nikmat tersebut adalah mendapat pasangan (menikah).
Pertanyaan penanya: Allah l menyebutkan tentang hurun ‘in yang menjadi istri-istri lelaki ahlul jannah, namun Allah l tidak menyebutkan pasangan bagi kaum wanita.
Kami jawab, Allah l hanya menyebutkan istri-istri bagi para suami karena seorang prialah yang mencari dan menginginkan wanita (bukan wanita yang mencari pasangan hidupnya, dia adalah pihak yang dicari). Oleh karena itu, Allah l menyebutkan istri-istri bagi para pria di dalam surga dan tidak menyebutkan suami-suami bagi para wanita. Akan tetapi, tidaklah berarti bahwa para wanita tidak memiliki suami di surga kelak. Mereka punya suami dari kalangan Bani Adam (manusia). (Majmu’ Fatawa wa Rasail Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin, 2/51—53)

Kita memohon kepada Allah l agar memasukkan kita ke dalam negeri kenikmatan yang kekal abadi, yang dikatakan-Nya:
“Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh jiwa dan sedap dipandang mata, kalian pun kekal di dalamnya.” (az-Zukhruf: 71)
dan dinyatakan Rasul-Nya n sebagai kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tiada pula pernah tebersit di hati manusia.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

Catatan Kaki:

1 Bidadari yang bermata jeli, bagian hitam matanya sangat hitam dan bagian putihnya sangat putih, sebagaimana keterangan al-Imam al-Bukhari t dalam Shahihnya, Kitabul Jihad was Sair, Bab “al-Hurun ‘In wa Shifatihinna”.
2 Yang tampak, hadits ini menunjukkan bahwa wanitalah yang paling banyak menghuni surga. Dalam hadits lain disebutkan bahwa wanita paling banyak menjadi penghuni neraka. Menurut al-Qadhi t, ini menunjukkan bahwa mayoritas keturunan Adam itu perempuan. Ada pula kabar yang menyatakan bahwa ada penduduk surga yang beroleh bidadari surga dalam jumlah yang banyak (al-Minhaj, 17/170), seperti yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam at-Tirmidzi t bahwa orang yang mati syahid akan mendapatkan tujuh puluh lebih bidadari.

3 Menggambarkan keindahan mereka.

4 Yakni enam ditambah delapan, malam keempat belas.