Apakah Sifat Dayyuts Hanya Bagi Laki-Laki?

Pertanyaan:

Apakah dayyuts (tidak adanya rasa cemburu terhadap keluarga yang melakukan kemaksiatan) hanya berlaku bagi laki-laki saja? Bagaimana dengan perempuan yang melakukan hal seperti itu (tidak punya rasa cemburu pada keluarga yang melakukan kemaksiatan)?

Jawaban:

Setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan, harus memiliki kecemburuan terhadap agamanya. Dia harus memiliki kebencian terhadap kemungkaran kapan pun dan di mana pun.

Baca juga: Kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ

“Barang siapa melihat kemungkaran, hendaknya dia mengingkarinya dengan tangannya. Jika tidak mampu, dia ingkari dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, dia ingkari dengan hatinya; dan itu paling adalah selemah-lemah iman.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Said al-Khudri radhiallahu ‘anhu)

Pengingkaran ini tentunya dilakukan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing.

Baca juga: Cara Manis Menepis Kemungkaran

Adapun dayyuts (laki-laki yang tidak memiliki rasa cemburu terhadap keluarganya yang melakukan kemungkaran), disebutkan dalam hadits bahwa

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ دَيُّوثٌ

“Seorang dayyuts tidak akan masuk surga.” (HR. Abu Dawud ath-Thayalisi no. 677 dari sahabat Ammar bin Yasir radhiallahu anhu)

Hadits ini menyebutkan disebut celaan terhadap dayyuts secara spesifik. Sebab, dia adalah pemimpin keluarga dan rumah tangga. Tanggung jawabnya lebih besar daripada kaum wanita.

Baca juga: Bila Suami Membiarkan Istrinya Bermaksiat

Hal ini tidak berarti bahwa wanita tidak wajib cemburu ketika melihat kemungkaran. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah penanggung jawab yang akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia urus….(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Kewajibanmu dalam Keluarga

Wallahu a’lam bish-shawab.

(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)