Arti Nama Allah: Al-Haafizh dan Al-Hafiizh

Dalil Nama Allah Al-Haafizh dan Al-Hafiizh

Di antara Asmaul Husna adalah al-Hafiizh (الْحَفِيظُ) dan al-Haafizh (الْحَافِطُ). Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya,

إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ حَفِيظٌ

“Sesungguhnya Rabbku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.” (Hud: 57)

فَٱللَّهُ خَيۡرٌ حَٰفِظًاۖ وَهُوَ أَرۡحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ

“Maka, Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (Yusuf: 64)

Arti Nama Allah Al-Haafizh dan Al-Hafiizh

Adapun tentang arti atau makna nama Allah al-Haafizh dan al-Hafiizh, Syaikh Muhammad Khalil al-Harras menjelaskan dalam Syarh Nuniyyah karya Ibnul Qayyim rahimahullah sebagai berikut.

“Di antara nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala adalah al-Hafiizh. Nama ini memiliki dua arti.

  1. Dia menjaga/memelihara apa yang dilakukan oleh hamba-Nya, berupa amal baik atau amal buruk, yang makruf atau yang mungkar, taat atau maksiat.

Tidak ada yang terlewatkan sedikit pun dari-Nya walaupun seberat semut kecil. Pemeliharaan Allah subhanahu wa ta’ala terhadap amal mereka ini bermakna bahwa DIa menghitungnya dengan tepat. Artinya, ilmu Allah subhanahu wa ta’ala meliputi segala amal mereka, lahir dan batin. Allah subhanahu wa ta’ala telah menulisnya dalam Lauhul Mahfuzh sebelum menciptakannya, bahkan sebelum menciptakan langit-langit dan bumi.

Allah subhanahu wa ta’ala juga telah menugaskan para malaikat penjaga untuk mengurusinya. Mereka adalah para malaikat yang mulia, yang menulis dan mengetahui apa yang hamba lakukan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّا نَحۡنُ نُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَنَكۡتُبُ مَا قَدَّمُواْ وَءَاثَٰرَهُمۡۚ وَكُلَّ شَيۡءٍ أَحۡصَيۡنَٰهُ فِيٓ إِمَامٍ مُّبِينٍ

“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Yasin: 12)

Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

يَوۡمَ يَبۡعَثُهُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوٓاْۚ أَحۡصَىٰهُ ٱللَّهُ وَنَسُوهُۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ شَهِيدٌ

“Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (al-Mujadalah: 6)

Baca juga: Pembagian Kitab Catatan Amal

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman pula,

وَوُضِعَ ٱلۡكِتَٰبُ فَتَرَى ٱلۡمُجۡرِمِينَ مُشۡفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَٰوَيۡلَتَنَا مَالِ هَٰذَا ٱلۡكِتَٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّآ أَحۡصَىٰهَاۚ وَوَجَدُواْ مَا عَمِلُواْ حَاضِرًاۗ وَلَا يَظۡلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya. Mereka berkata, “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya?” Dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabbmu tidak menganiaya seorang jua pun.  (al-Kahfi: 49)

وَكُلُّ شَيۡءٍ فَعَلُوهُ فِي ٱلزُّبُرِ ٥٢ وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُّسۡتَطَرٌ ٥٣

“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan. Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.” (al-Qamar: 52—53)

Makna penjagaan Allah subhanahu wa ta’ala yang seperti ini berkonsekuensi bahwa ilmu-Nya meliputi segala keadaan hamba-hamba-Nya, lahir dan batin.

Ini juga bermakna bahwa segala keadaan para hamba-Nya telah tertulis di Lauhul Mahfuzh dan pada lembaran-lembaran yang berada pada tangan para malaikat.

Selain itu, ini juga berarti bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui ukuran amal mereka dari sisi sempurna atau kurangnya, dan ukuran balasannya, apakah pahala atau hukuman. Setelah itu, Allah subhanahu wa ta’ala akan membalasi mereka dengan keutamaan dan keadilan-Nya.

  1. Allah subhanahu wa ta’ala adalah al-Haafizh, yakni Yang menjaga hamba-hamba-Nya dari segala hal yang tidak mereka sukai.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengisyaratkan makna ini dengan ucapannya, ‘Dan Dialah yang menjamin untuk menjaga mereka dari segala hal yang memberatkan dan tidak disukai.’

Penjagaan Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal ini ada dua macam, bersifat umum dan bersifat khusus.

Macam yang pertama, penjagaan yang bersifat umum adalah penjagaan-Nya terhadap seluruh makhluk.

Maknanya, Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan makhluk untuk mendapatkan sesuatu yang melindungi dan menjaga tubuhnya. Dia juga memberikan ilham kepada makhluk untuk segala urusannya serta berusaha untuk memperbaikinya sesuai dengan kondisi fisik masing-masing. Firman-Nya,

قَالَ رَبُّنَا ٱلَّذِيٓ أَعۡطَىٰ كُلَّ شَيۡءٍ خَلۡقَهُۥ ثُمَّ هَدَىٰ

Musa berkata, “Rabb kami ialah Dzat yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.” (Thaha: 50)

Maksudnya, Dia memberikan petunjuk kepada seluruh makhluk menuju hal yang telah ditentukan atasnya, berupa kebutuhan yang pokok atau kebutuhan penunjangnya. Allah subhanahu wa ta’ala juga memberikan kepadanya sarana dan alat. Dengan sarana dan alat itu, makhluk mampu mendapatkan makan dan minumnya serta kebutuhan nikahnya. Selain itu, Allah juga memberikan kemampuan untuk berusaha menuju kepadanya.

Baca juga: Hidayah Umum bagi Setiap Makhluk

Tanpa diragukan, penjagaan ini berlaku pada orang yang baik dan yang jelek, bahkan juga berlaku pada hewan dan yang lainnya. Dialah yang menahan langit-langit dan bumi agar tidak bergeser. Dia pula yang menjaga seluruh makhluk dengan nikmat-nikmat-Nya. Dia juga yang menugaskan para malaikat penjaga—yang menjaga dari depan dan dari belakang—untuk menjaga anak Adam. Semuanya itu dengan perintah Allah subhanahu wa ta’ala. Maksudnya, malaikat tersebut menjaga manusia dari hal yang mencelakakannya dan gangguan-gangguan yang tidak Dia takdirkan menimpanya, yang semestinya akan mengenainya kalau bukan karena penjagaan Allah subhanahu wa ta’ala.

Macam kedua, penjagaan Allah yang khusus untuk para wali-Nya.

Penjagaan ini lebih daripada yang telah disebutkan. Allah subhanahu wa ta’ala menjaga mereka dari hal yang mencelakakan keimanan mereka atau menggoyahkan keyakinan mereka, yaitu berbagai godaan dan syubhat ataupun syahwat. Allah subhanahu wa ta’ala menyelamatkan mereka darinya. Dia juga mengeluarkan mereka dari semuanya itu dengan terjaga dan sejahtera.

Di samping itu, Allah subhanahu wa ta’ala menjaga mereka dari musuh-musuh mereka dari kalangan jin dan manusia. Allah subhanahu wa ta’ala pun memenangkan mereka atas musuh-musuh. Dia juga menyelamatkan mereka dari tipu daya musuh.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱعۡتَصِمُواْ بِٱللَّهِ هُوَ مَوۡلَىٰكُمۡۖ فَنِعۡمَ ٱلۡمَوۡلَىٰ وَنِعۡمَ ٱلنَّصِيرُ

“Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (al-Hajj: 78)

Ini berlaku umum meliputi penjagaan dari segala hal yang akan mencelakakan mereka, baik dalam urusan dunia maupun agama.

Baca juga: Memperbanyak Doa Meminta Perlindungan dari Segala Penyakit

Maka dari itu, Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan penjagaan-Nya terhadap hamba dengan kelembutan-Nya, sebanding dengan keimanan yang dimilikinya. Disebutkan dalam kitab Shahih dari hadits Ibnu Abbas radhiallahu anhuma,

احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ

“Jagalah (hukum-hukum) Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah (hukum-hukum) Allah, niscaya kamu akan mendapati-Nya di hadapanmu.” (Syarh al-Qashidah an-Nuniyyah, 2/90—91)

Buah Mengimani Nama Allah Al-Hafiizh dan Al-Haafizh

Dengan mengimani nama Allah tersebut, seseorang akan mengetahui keluasan ilmu-Nya dan ketelitian-Nya. Tidak ada satu perbuatan pun yang luput dari ilmu Allah subhanahu wa ta’ala. Semuanya tertulis dan terjaga, untuk kemudian dipertanggungjawabkan oleh manusia kelak di hadapan-Nya.

Atas dasar itu, setiap insan harus berhati-hati ketika berbuat dan bertutur kata. Sebab, tak ada yang luput dari catatan-Nya.

Selain itu, dengan mengimani nama tersebut, kita mengetahui karunia Allah subhanahu wa ta’ala yang begitu besar kepada seluruh makhluk-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala menjaga mereka dari segala marabahaya. Kalaulah bukan karena penjagaan-Nya, tentu berbagai malapetaka akan menimpa; kecuali apabila takdir telah datang, malaikat pun menyingkir, tidak menjaga dari musibahnya.

Kita juga mengetahui bahwa karunia Allah subhanahu wa ta’ala kepada orang yang beriman dan bertakwa lebih besar daripada kepada makhluk lain pada umumnya. Sebab, bukan hanya urusan dunia yang Allah jaga, melainkan juga urusan agama dan keimanannya. Tentu saja, hal ini menuntut kita untuk bersyukur kepada-Nya, al-Hafiizh subhanahu wa ta’ala.

Wallahu a’lam.

(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)