Dahsyatnya Mahsyar

Dahsyatnya Mahsyar

Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah mengatakan,

“Allah subhanahu wa ta’ala akan mengumpulkan seluruh manusia setelah mereka bangkit dari kuburnya. Mereka berjalan menuju mahsyar, sebuah tempat yang Allah subhanahu wa ta’ala akan mengumpulkan makhluk yang pertama hingga yang terakhir. Mahsyar adalah sebuah tempat yang rata. Tidak ada tempat yang tinggi. Tidak pula ada gunung atau bukit, tempat yang rata. Semua makhluk akan berkumpul di sana.” (Syarh Lum’atul I’tiqad, hlm. 201)

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Sahl bin Sa’d radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ كَقُرْصَةِ نَقِيٍّ. قَالَ سَهْلٌ أَوْ غَيْرُهُ: لَيْسَ فِيهَا مَعْلَمٌ لِأَحَدٍ

“Umat manusia akan digiring pada hari kiamat ke (mahsyar), sebuah medan yang luas. Tanahnya berwarna putih seperti bundaran roti yang bersih.” Sahl radhiallahu anhu dan selainnya berkata, “Di sana tidak ada tanda (tempat keberadaan) bagi seorang pun.” (HR. al-Bukhari, no. 6521, dan Muslim, no. 790)

Matahari Didekatkan kepada Makhluk

Di antara peristiwa yang amat dahsyat di padang mahsyar ialah matahari akan didekatkan kepada kepala makhluk. Hal ini semakin memberatkan dan menakutkan mereka. Karena itu, keluarlah keringat mereka yang akan menyiksa mereka sesuai dengan dosa-dosa mereka ketika hidup di dunia.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam,

تُدْنَى الشَّمْسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنَ الْخَلْقِ حَتَّى تَكُونَ مِنْهُمْ كَمِقْدَارِ مِيلٍ

-قَالَ سُلَيْمُ بْنُ عَامِرٍ: فَوَاللهِ، مَا أَدْرِي مَا يَعْنِي بِالْمِيلِ، أَمَسَافَةَ الْأَرْضِ أَمِ الْمِيلَ الَّذِي تُكْتَحَلُ بِهِ الْعَيْنُ-

قَالَ: فَيَكُونُ النَّاسُ عَلَى قَدْرِ أَعْمَالِهِمْ فِي الْعَرَقِ، فَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى كَعْبَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى رُكْبَتَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يَكُونُ إِلَى حَقْوَيْهِ، وَمِنْهُمْ مَنْ يُلْجِمُهُ الْعَرَقُ إِلْجَامًا.

-قَالَ: وَأَشَارَ رَسُولُ اللهِ بِيَدِهِ إِلَى فِيهِ

“Pada hari kiamat, matahari didekatkan jaraknya terhadap makhluk hingga tinggal sejauh satu mil.”

Sulaim bin Amir (perawi hadits ini) berkata, “Demi Allah, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil. Apakah ukuran jarak perjalanan, atau alat yang dipakai untuk bercelak mata.”

Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Manusia tersiksa di dalam keringatnya sesuai dengan kadar amal-amalnya (yakni dosa-dosanya).[1] Di antara mereka ada yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua betisnya. Ada pula yang sampai pinggangnya. Ada juga yang keringatnya sungguh-sungguh menyiksanya.” Perawi berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menunjuk dengan tangannya ke mulutnya.” (HR. Muslim, no. 2864)

Baca juga:

Mengharap Syafaat pada Hari Kiamat

Demikian pula hadits dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الْعَرَقَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيَذْهَبُ فِي الْأَرْضِ سَبْعِينَ بَاعًا وَإِنَّهُ لَيَبْلُغُ إِلَى أَفْوَاهِ النَّاسِ أَوْ إِلَى آذَانِهِمْ -يَشُكُّ ثَوْرٌ أَيَّهُمَا قَالَ

“Sesungguhnya keringat manusia itu pada hari kiamat akan membanjiri bumi selebar tujuh puluh depa. Sungguh, keringat itu akan sampai setinggi mulut atau telinga manusia.” Tsaur, salah seorang perawi ragu, mana lafaz yang tepat. (HR. Muslim)

Seandainya ada yang bertanya, apabila matahari di dunia mendekat sedikit saja dari garis edarnya, wajarnya bumi akan terbakar. Bagaimana mungkin hal ini akan terjadi, jarak matahari sedemikian dekat, tetapi tidak membakar makhluk?

Jawabannya, kata Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, manusia akan dibangkitkan lalu digiring ke padang mahsyar pada hari kiamat bukan dengan kekuatan yang ada pada mereka ketika hidup di dunia. Bahkan, mereka lebih kuat dan lebih mampu. Apabila manusia sekarang ini berdiri selama lima puluh hari di bawah terik matahari, tidak berteduh, tidak makan, dan tidak minum, mereka tidak mungkin mampu melakukannya. Mereka akan binasa.

Namun, pada hari kiamat, mereka mampu bediri selama 50 ribu tahun tanpa makan, minum, atau berteduh, kecuali beberapa golongan yang dinaungi oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka mampu menyaksikan kegerian-kengerian yang terjadi. Perhatikanlah keadaan penghuni neraka yang disiksa, mereka tidak binasa karenanya.

كُلَّمَا نَضِجَتۡ جُلُودُهُم بَدَّلۡنَٰهُمۡ جُلُودًا غَيۡرَهَا

“Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain…” (an-Nisa: 56) (Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyah, 2/135)

Baca juga:

Syafaat Rasulullah yang Agung

Oleh karena itulah, Rasulullah memberikan contoh kepada umatnya untuk senantiasa meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari berbagai kesempitan dan kengerian yang akan terjadi pada hari kiamat. Dalam hadits Aisyah radhiallahu anha disebutkan,

كَانَ رَسُولُ اللهِ يَتَعَوَّذُ بِاللهِ مِنْ ضِيقِ الْمَقَامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam senantiasa meminta perlindungan kepada Allah dari kesempitan-kesempitan di mahsyar pada hari kiamat.” (HR. Abu Dawudan-Nasai, dan Ibnu Majah)

Golongan yang Mendapatkan Naungan Allah

Allah subhanahu wa ta’ala dengan rahmat dan keutamaan-Nya akan memberikan naungan kepada sebagian hamba-Nya, pada hari yang sangat panas. Tidak ada naungan pada hari itu kecuali naungan-Nya. Itu terjadi di padang mahsyar tatkala mereka menghadap Allah subhanahu wa ta’ala.

Beberapa golongan yang akan mendapatkan naungan-Nya, yaitu naungan Arsy-Nya, disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu anhu. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ؛ الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

“Ada tujuh golongan yang Allah subhanahu wa ta’ala akan menaungi mereka di bawah naungan Arsy-Nya, pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Arsy-Nya:

1) imam (pemimpin) yang adil,

2) pemuda yang tumbuh dalam peribadahan kepada Rabb-nya,

3) orang yang hatinya terkait dengan masjid,

4) orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,

5) seorang lelaki yang diajak (berzina) oleh seorang wanita yang berkedudukan lagi cantik, tetapi dia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’,

6) orang yang bersedekah, tetapi merahasiakannya, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan

7) orang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian hingga berlinang air matanya.” (Muttafaqun alaih)

Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّ عَرْشِهِ

“Ada tujuh golongan yang Allah akan menaungi mereka dalam naungan Arsy-Nya….” (HR. Sa’id bin Manshur, dinilai hasan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari [2/144] dan al-Albani dalam al-Irwa’)

Riwayat ini menjelaskan bahwa yang dimaksud “naungan-Nya” adalah naungan Arsy-Nya, bukan naungan Dzat-Nya. Sebab, hal ini tidak sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.

Baca juga:

Hisab, Pasti Terjadi

Golongan lain yang juga akan mendapatkan naungan Arsy-Nya adalah,

مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا أَوْ وَضَعَ لَهُ أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ

“Barang siapa memberikan kelonggaran kepada orang yang sedang kesulitan (membayar utang) atau membebaskan (utang tersebut) darinya, niscaya Allah akan menaunginya dalam Arsy-Nya.” (HR. Muslim no. 3006)

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kita semua termasuk golongan mereka.


Catatan Kaki

[1] Dalam riwayat Imam Ahmad dan ath-Thabarani dari Abu Umamah radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

يَعْرَقُونَ فِيهَا عَلَى قَدْرِ خَطَايَاهُمْ

 “Mereka berkeringat padanya sesuai dengan kadar dosa-dosa mereka.”

 

Ditulis oleh Ustadz Abul Abbas Muhammad Ihsan