Khomeini Dalang Ataukah Pion Kekacauan?

Terlalu banyak referensi yang menyuguhkan catatan tentang Khomeini. Tiap-tiap referensi memberikan penilaian dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Bagi para pemuja dan pengagum Khomeini, referensi-referensi yang mereka tuliskan dipenuhi dengan pujian dan sanjungan.

Begitu tinggi pujian yang diberikan, sampai-sampai mereka menggambarkan Khomeini sebagai sosok suci yang tidak mempunyai sedikit pun cela dan cacat.

Ada lagi referensi yang disusun oleh orang-orang yang sekadar terpengaruh oleh media yang membesar-besarkan Khomeini. Mereka tidak memahami jalan hidup, ideologi, dan pemikiran-pemikiran sesat Khomeini. Imam Besar, tokoh revolusioner Islam, penentang Amerika dan Israel, pendobrak kejumudan dan gelar-gelar lainnya, mereka sematkan pada Khomeini. Apakah benar demikian, mereka tidak peduli. Hanya itu yang mereka ketahui.

Di sisi lain, para ulama Ahlus Sunnah telah berikhtiar sekuat upaya untuk menggambarkan hakikat Khomeini sebagai salah satu dalang di balik sekian banyak kekacauan dan kerusuhan. Jalan hidup, ideologi, dan pemikiran-pemikiran Khomeini telah meracuni umat Islam.

Pembuktian adalah jalan seadil-adilnya untuk menilai Khomeini, benarkah ia seorang yang layak disebut sebagai tokoh pejuang Islam? Ataukah ia justru menjadi dalang dari penodaan ajaran Islam?

 

Kejahatan Khomeini di Dua Tanah Suci

Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i (wafat 1422 H) termasuk ulama yang menyaksikan secara langsung pengaruh pemikiran-pemikiran Khomeini. Asy-Syaikh Muqbil berasal dan bertumbuh kembang di tengah-tengah komunitas Syiah negeri Yaman yang sangat mengelu-elukan Khomeini. Bahkan, gerakan pemberontakan kaum Syiah negeri Yaman yang kemudian lebih dikenal dengan milisi Houthi, bermula dari pengajaran buku ats-Tsaurah al-Iraniyah (Revolusi Iran).

Pada masa selanjutnya, asy-Syaikh Muqbil dapat membebaskan diri—dengan taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala—dari pemikiran-pemikiran Khomeini yang dianut oleh mayoritas masyarakatnya saat itu. Bahkan, asy-Syaikh Muqbil termasuk di barisan terdepan dalam memerangi pemikiran-pemikiran Khomeini.

Salah satu bukti adalah sebuah karya tulis beliau yang berjudul al-Ilhadul Khumaini fi Ardhil Haramaini. Buku yang judulnya diterjemahkan dengan Kejahatan Khomeini di Dua Tanah Suci ini ditulis semasa asy-Syaikh Muqbil masih menimba ilmu di Tanah Suci Makkah. Melalui karya beliau di atas, asy-Syaikh Muqbil menerangkan keterlibatan Khomeini dalam banyak tindak kejahatan di kota Makkah dan Madinah.

Awal mulanya, asy-Syaikh Muqbil membaca sebuah buku sejarah yang merunutkan kota Makkah dari tahun ke tahun. Al-‘Aqduts Tsamin, beliau baca dari rentetan peristiwa pada 12 H, saat Abu Bakr ash-Shiddiq memimpin jamaah haji. Sampai pada 829 H, peristiwa haji dari tahun ke tahun diterangkan di dalam kitab tersebut. Apa yang disimpulkan oleh asy-Syaikh Muqbil?

“Setelah membaca bab ini, saya melakukan perbandingan. Alhamdulillah, selama bertahun-tahun saya melaksanakan ibadah haji, jamaah haji dalam suasana tenang dan aman. Jauh berbeda dengan peristiwa-peristiwa haji (kekacauan dan kerusuhan –pen.) yang disebutkan di dalam kitab tersebut,” tutur asy-Syaikh Muqbil.

Beliau melanjutkan, “Oleh sebab itu, saya pun yakin bahwa kaum Syiah Rafidhah memang menginginkan pintu kekacauan terbuka melalui aksi-aksi jahiliah tersebut.”

 

Dusta Khomeini dalam Teriaknya

Banyak kalangan tertipu dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh Khomeini dan pendukungnya. Apalagi jika mendengar yel-yel yang diteriakkan dan didengung-dengungkan. Mereka dengan lantang meneriakkan, “Hancurlah Amerika! Hancurlah Israel! Hancurlah Soviet!” Mereka juga menyatakan, ”Negeri Islam, Negeri Islam! Tidak blok barat, tidak blok timur! Hanya Islam!”

Mengenai hal ini asy-Syaikh Muqbil (al-Ilhad al-Khumaini hlm. 66) menyatakan, ”Khomeini adalah dalang kerusuhan. Kita sama sekali tidak ragu bahwa dia hanyalah agen Amerika dan Rusia. Coba perhatikan, dia membangun kekuatan dengan bantuan Amerika dan Rusia. Dia pun agen Yahudi!”

Asy-Syaikh Muqbil melanjutkan, “Tidak ada yang dikhawatirkan oleh Amerika atau Rusia dari teriakan-teriakan Khomeini, ‘Hancurlah Amerika! Hancurlah Rusia!’ Sebab, Khomeini sendiri sedang menjalankan agenda-agenda mereka.”

Bahkan dengan tegas, asy-Syaikh Muqbil menyatakan, “Kita tidak percaya dengan pernyataan Khomeini untuk memboikot Amerika dan Rusia. Kita pun tidak percaya dengan Khomeini yang katanya menahan pendeta-pendeta Amerika. Kita yakin bahwa hal itu hanyalah skenario bersama Amerika. Tujuannya agar ia dinilai sebagai pahlawan oleh umat Islam sehingga mereka benar-benar percaya kepada dirinya.”

“Khomeini berpura-pura membenci musuh-musuh Islam. Setelah ia dapat meraihnya, barulah ia memperlihatkan hakikat permusuhan terhadap umat Islam. Khomeini yang jahat ini pernah mengatakan ingin membebaskan Makkah sebelum membebaskan Palestina,” lanjut asy-Syaikh Muqbil.

Untuk mengetahui hakikat Khomeni, asy-Syaikh Muqbil memberi rekomendasi untuk membaca literatur sejarah yang mencatat tentang Syiah Rafidhah semisal kitab al-Fashl karya Ibnu Hazm, al-Milal wan Nihal karya asy-Syihristani, dan al-Farqu bainal Firaq karya al-Baghdadi.

Secara khusus asy-Syaikh Muqbil menganjurkan setiap sunni salafi untuk membaca karya asy-Syaikh Abdullah Muhammad al-Gahrib yang menyingkap topeng rahasia Khomeini.

 

Karya Khomeini: al-Hukumah al-Islamiyah

Sebagai bukti yang tak bisa terbantahkan, asy-Syaikh Muqbil menyebut karya Khomeini yang berjudul al-Hukumah al-Islamiyah sebagai bahan rujukan akurat mengenai kesesatan berpikir Khomeini. Buku tersebut adalah kumpulan ceramah Khomeini yang telah dicetak atas sepengetahuannya. Buku itu pun menjadi bahan bacaan setiap pengagum dan pendukung Khomeini.

Beberapa contoh kesesatan berpikir Khomeini di dalam karyanya al-Hukumah al-Islamiyah,

  1. Kedudukan imam-imam Syiah lebih tinggi dibandingkan para nabi

Khomeini menyatakan (hlm. 52), “Sungguh, di antara hal yang bersifat prinsip dalam mazhab kami bahwa imam-imam kami mempunyai kedudukan yang tidak mungkin dicapai sekalipun oleh para malaikat yang didekatkan atau para nabi yang diutus.”

Masih di halaman yang sama, Khomeini menukil ucapan para imam Syiah, “Kami mempunyai keadaan-keadaan khusus yang tidak dapat dicapai sekalipun oleh para malaikat yang didekatkan atau para nabi yang diutus.”

Lihat dan saksikanlah sikap ghuluw (ekstrem) yang ditanamkan oleh Khomeini kepada para pengikutnya! Apakah mungkin seseorang yang mempunyai akidah lurus dan iman yang tulus lantas menyatakan bahwa para imam Syiah jauh lebih baik dibandingkan malaikat, para nabi, dan rasul? Sungguh, nyata sesat berpikirnya Khomeini!

 

  1. Pemerintah atau penguasa yang bukan berasal dari kelompok Syiah, adalah penguasa yang zalim

Khomeini menerangkan (hlm. 33), “Di awal Islam, penguasa Bani Umayah dan para pendukungnya berupaya menghalangi Ali bin Abi Thalib untuk memegang kekuasaan. Padahal, kekuasaan Ali adalah kekuasaan yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya.

Melalui upaya Bani Umayah, bentuk dan konsep hukum Islam berubah dan menyimpang. Sebab, agenda mereka adalah untuk menyelisihi konsep-konsep Islam secara keseluruhan.

Penguasa setelah mereka, yaitu Bani Abbasiyah, juga mengikuti langkah yang sama. Kekhalifahan berganti-ganti, menjadi kesultanan dan kerajaan yang diwariskan. Hukum yang berlaku menjadi seperti hukum raja Persia, kaisar Romawi, dan Fir’aun di Mesir. Hal semacam itu terus berlanjut sampai hari ini.”

Setelah membaca dan meneliti pernyataan Khomeini di atas, bagaimana sikapnya terhadap masa al-Khulafa ar-Rasyidun: Kekhalifahan Abu Bakr, Umar, dan Utsman radhiallahu ‘anhum?

Para sahabat mulia semacam mereka sama sekali tidak dihargai dan dihormati oleh Khomeini! Kekhilafahan mereka tidak dianggap oleh Khomeini! Bahkan, Khomeini mencaci-maki kekhalifahan selain Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu.

Penilaian Khomeini terhadap kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah sangatlah buruk. Tidak ada yang selamat, menurutnya. Padahal, tidak sedikit penguasa yang baik dan adil dari Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Silakan lihat di halaman 133 tentang pernyataan Khomeini yang menilai Harun ar-Rasyid sebagai sosok yang jahil dan bodoh. Allahul musta’an.

Bagaimana dengan penilaian Khomeini terhadap pemerintahan muslim di zamannya dan zaman setelahnya?

Sama! Ia menilai bahwa tidak ada satu pun pemerintahan di dunia ini yang menerapkan hukum Islam secara benar. Dia mengatakan di halaman tersebut, “Hal semacam itu terus berlanjut sampai hari ini.”

Hal ini diperkuat oleh pernyataan Khomeini (hlm. 165), “Sungguh, kaum Syiah sejak awal telah berusaha untuk mendirikan negara yang adil dan islami. Negara semacam ini benar-benar telah ada di zaman Nabi dan di masa Imam Ali alaihis salam. Maka dari itu, kita yakin bahwa hal itu dapat diperbarui. Akan tetapi, orang-orang zalim sepanjang sejarah telah menghalang-halangi Islam untuk menjadi terang.”

 

  1. Memuji at-Thusi dan Ali bin Yaqthin

Khomeini menyatakan (hlm. 142), “Umat manusia ikut merasakan kesedihan dengan meninggalnya al-Khawajah (yang mulia) Nushairuddin at-Thusi dan yang semisalnya. Mereka telah menyumbangkan banyak khidmat agung untuk Islam.”

Pada halaman yang sama, Khomeini memuji at-Thusi dan Ali bin Yaqthin. Bahkan, dia mendoakan rahmat untuk mereka berdua.

Padahal, siapa pun yang membaca sejarah Islam, tidak akan terlewatkan baginya tentang kepedihan dan kesedihan kaum muslimin saat kota Baghdad dihancurkan oleh pasukan Tatar. Kota pusat pemerintahan, perekonomian, dan peradaban umat Islam banjir darah oleh sebab pasukan Tatar.

Siapakah tokoh pengkhianatnya?

Siapa lagi kalau bukan ath-Thusi dan Ali bin Yaqthin! Khomeini justru merasa kehilangan dan mendoakan rahmat untuk mereka berdua?!

 

Masihkah Khomeini Dielukan dan Dibanggakan?

Jelas-jelas Khomeini berideologi Syiah Itsna ‘Asyariyah! Ia pun aktif menyebarluaskan pemikiran dan ideologi-ideologi Syiahnya. Kesesatan-kesesatan Syiah yang ia perjuangkan, apakah tidak cukup bagi kita untuk menyatakan bahwa Khomeini adalah orang yang tidak pantas dipahlawankan, tidak layak ditokohkan, justru Khoemeini harus dicela dan dicerca?

Khomeini terbukti menjadi dalang dan aktor di balik banyak kerusuhan di dunia Islam. Pemikiran-pemikirannya telah meracuni banyak pihak. Walaupun ia mengesankan diri sebagai musuh Amerika, musuh Israel, atau musuh Soviet, namun nyatanya itu hanya topeng untuk menutupi hakikat dirinya sebagai agen kaum kafir.

Revolusi Islam sejatinya hanyalah istilah bohong untuk mengelabui umat Islam. Hakikat Revolusi Islam yang diperjuangkan oleh Khomeini adalah revolusi untuk penyebaran ajaran-ajaran Syiah Rafidhah. Padahal, kita sudah sama-sama mengerti, seperti apakah kesesatan-kesesatan Syiah Rafidhah.

Sebagai penutup, asy-Syaikh Muqbil bin Hadi (al-Ilhad al-Khumaini hlm. 139) mengatakan, “Walhamdulillah. Kemarin, Khomeini Si Dajjal mencaci maki Amerika dan Rusia. Sekarang, Khomeini menengadahkan tangannya kepada Amerika dan Israel untuk mengirimkan bantuan militer guna menyerang kaum muslimin. Alhamdulillah, Allah subhanahu wa ta’ala telah mempermalukan Khomeini selagi ia masih hidup agar tidak ada yang tertipu.”

Wallahul musta’an.

Ditulis oleh al-Ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa’i