Permusuhan Iran terhadap Arab Saudi

permusuhan iran terhadap arab saudi

Iran adalah negara penganut paham Syiah Rafidhah, sebuah paham esktrem yang gencar menanamkan radikalisme di dunia.

 

Revolusi Syiah di Iran pada 1979 yang dipimpin oleh Khomeini menjadikan Iran berhaluan Syiah ekstrem yang sangat mendendam dan memusuhi Ahlus Sunnah wal Jamaah. Musuh utamanya adalah negara pengibar panji tauhid dan sunnah, Kerajaan Arab Saudi.

Permusuhan Syiah terhadap kaum muslimin sudah terjadi sejak awal sejarah Islam. Syiah terus-menerus menorehkan tragedi berdarah pada kaum muslimin, termasuk terhadap kota Makkah dan Madinah.

Syiah memiliki rekam jejak sangat buruk dan kelam dalam sejarah pelaksanaan ibadah haji. Mereka kerap melakukan kekacauan yang menelan banyak korban jiwa dari kaum muslimin yang sedang khusyuk menunaikan ibadah haji di Tanah Suci.

Dahulu, pada 317 H kaum Syiah membantai jamaah haji di Tanah Suci, memasukkan jasad-jasad mereka ke dalam sumur Zamzam, yang diakhiri dengan merusak Ka’bah dan mencuri Hajar Aswad.

Adapun kaum Syiah Iran pascarevolusi Khomeini, hampir tiap musim haji selalu berbuat kacau dan onar, sampai memakan korban jiwa. Salah satunya yang terjadi pada musim haji 1407 H /1987. Kelompok Syiah yang menamakan dirinya sebagai kelompok “Hizbullah”, bekerja sama dengan Garda Revolusi Syiah, dengan dukungan para jamaah haji Syiah, melakukan demonstrasi besar-besaran di Makkah.

Dalam demo tersebut, mereka mengkafirkan dan mengancam Arab Saudi, sambil membawa poster-poster Khomeini. Demonstrasi ini sengaja dilakukan di tengah arus jamaah haji sehingga hanya membentuk pusaran. Hasilnya, 402 orang wafat, 85 di antaranya para petugas keamanan.

 

Mengapa Iran Sangat Memusuhi Arab Saudi?

Husein al-Musawi, seorang yang pernah menjadi orang dekat Khomeini, mengutarakan sebabnya. Dalam kitabnya, Lillah Tsumma li at-Tarikh, hlm. 91—92, Husein menceritakan ketika dia mengunjungi Khomeini,

“Dalam sebuah pertemuan khusus bersama sang imam (yakni Khomeini), dia mengatakan kepadaku, ‘Sayyid Husein, sekarang saatnya saatnya untuk melaksanakan wasiat-wasiat para imam shalawatullah alaihim. Kita akan tumpahkan darah para nawashib (dalam pandangan Syiah Rafidhah, nawashib adalah Ahlus Sunnah, -pen.). Kita akan bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup wanitanya. Tidak kita biarkan seorang pun dari mereka selamat dari hukuman. Harta-harta mereka akan khusus menjadi milik para pembela Ahlul Bait.

Kita akan hapuskan Makkah dan Madinah karena dua kota ini sudah menjadi sarang kelompok Wahabi. Karbala bumi Allah yang diberkahi dan suci, harus menjadi kiblat umat manusia dalam shalat. Dengan ini, kita wujudkan impian para imam. Sungguh, telah berdiri negara yang telah kita perjuangkan bertahun-tahun lamanya. Tidak tersisa kecuali pelaksanaan!!”

Demikianlah ucapan jahat yang penuh kedustaan, kesombongan, dan permusuhan dilontarkan oleh Khomeini. Secara dusta Khomeini menyatakan bahwa hal itu adalah impian para imam ahlul bait. Sungguh, ucapan ini dusta dan mencoreng nama baik Ahlul Bait.

Misi jahat itulah yang melandasi sikap-sikap Iran terhadap Arab Saudi secara khusus dan kaum muslimin secara umum. Parahnya, prinsip dan keyakinan Iran tersebut mendorong Iran untuk menjadi penyokong berbagai kekacauan dan aksi terorisme di dunia. Tentu saja, sikap Iran tersebut menuai kritik dan kecaman dari berbagai negara muslim di dunia.

Tidak mengherankan apabila KTT OKI ke-13 menghasilkan keputusan kecaman terhadap Iran dan Syiah. Di antara poin-poin keputusan strategis tersebut:

  1. Mengutuk kelompok Syiah “Hizbullah”, karena mendukung terorisme dan mengganggu keamanan negara-negara anggota.

  2. Mengutuk penyerangan terhadap perangkat-perangkat diplomatik Arab Saudi di Iran.

  3. Menolak turut campurnya Iran dalam urusan negara-negara kawasan Teluk.

  4. Mengutuk kegiatan-kegiatan terorisme “Hizbullah” di Suriah, Yaman, Bahrain, dan Kuwait.

  5. Menolak berbagai pernyataan provokatif Iran terkait dengan pelaksanaan eksekusi terhadap sejumlah pelaku kejahatan terorisme di Kerajaan Arab Saudi.

  6. Menegaskan bahwa sangat mendesak untuk memerangi ancaman-ancaman yang diarahkan kepada dunia Islam.

  7. Menegaskan pentingnya koalisi militer Islam untuk memerangi terorisme, dengan kepemimpinan Arab Saudi.

 

Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir menjelaskan bahwa sikap dunia Islam adalah menolak kebijakan-kebijakan Iran dan intervensinya dalam urusan negara-negara lain, serta menolak dukungan Iran terhadap terorisme, upayanya mendirikan milisi di berbagai negara, dan tindakannya menggoncang stabilitas, keamanan, dan ketenangan di negara-negara tersebut.

Adel al-Jubeir juga pernah mengatakan, “Dunia mengerti bahwa Iran adalah pendukung terorisme dan terus berusaha menggoncang ketenangan kawasan Timur Tengah.” @KSAMOFA (28 Juni 2016)

Wakil Putra Mahkota sekaligus Menteri Pertahanan Kerajaan Arab Saudi pernah menegaskan dalam majelis pertemuan para menteri pertahanan, “Ancaman terbesar terhadap dunia yang paling berbahaya adalah: terorisme dan intervensi Iran.” (@SaudiNews50)

Demikianlah, betapa besar ancaman bahaya Syiah/Iran terhadap dunia dan sikap permusuhan Iran yang sangat sengit terhadap Kerajaan Arab Saudi. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah berkata, “Permusuhan terhadap negara ini (Arab Saudi) berarti permusuhan terhadap kebenaran dan permusuhan terhadap tauhid.” (Rekaman kaset yang berjudul Ahdaf al-Hamalat al-I’lamiyah Dhiddu Hukkam wa ulama Bilad al-Haramain)

 

Ditulis oleh Ustadz Abu Amr Ahmad Alfian