Hadits tentang Keutamaan Para Shahabat

Hadits Tentang Keutamaan Para Sahabat

 

  1. Keutamaan Abu Bakr ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu

Dari Abdullah (bin Mas’ud) radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,

لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلا مِنْ أُمَّتِي لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ

“Seandainya aku menjadikan salah seorang dari umat ini sebagai kekasih, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakr (sebagai kekasih).” (Sahih, HR. Muslim no. 2383)

 

Dari Amru bin al-‘Ash radhiallahu ‘anhu,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ بَعَثَهُ عَلَى جَيْشِ ذَاتِ السَّلَاسِلِ .فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ :أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ :عَائِشَةُ .قُلْتُ :مِنَ الرِّجَالِ؟ قَالَ :أَبُوهَا .قُلْتُ :ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ :عُمَرُ .فَعَدَّ رِجَال

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya pada Perang Dzatus Salasil. Ketika itu aku mendatangi beliau dan bertanya “Siapakah manusia yang paling engkau cintai?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “‘Aisyah.”

Aku bertanya lagi, “Kalau dari kalangan laki-laki?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ayahnya (Abu Bakr).”

Aku bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Umar (bin al-Khaththab).” Kemudian (setelah itu) disebut beberapa laki-laki. (Sahih, HR. Muslim no. 2384)

 

  1. Keutamaan ‘Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu

Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata,

وُضِعَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ عَلَى سَرِيرِهِ، فَتَكَنَّفَهُ النَّاسُ يَدْعُونَ وَيُثْنُونَ وَيُصَلُّونَ عَلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُرْفَعَ وَأَنَا فِيهِمْ، قَالَ :فَلَمْ يَرُعْنِي إِلَّا بِرَجُلٍ قَدْ أَخَذَ بِمَنْكِبِي مِنْ وَرَائِي، فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ، فَإِذَا هُوَ عَلِيٌّ فَتَرَحَّمَ عَلَى عُمَرَ، وَقَالَ :مَا خَلَّفْتَ أَحَدًا أَحَبَّ إِلَيَّ أَنْ أَلْقَى اللهَ بِمِثْلِ عَمَلِهِ مِنْكَ، وَايْمُ اللهِ إِنْ كُنْتُ لَأَظُنُّ أَنْ يَجْعَلَكَ اللهُ مَعَ صَاحِبَيْكَ، وَذَاكَ أَنِّي كُنْتُ أُكَثِّرُ أَسْمَعُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ :جِئْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ، وَدَخَلْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ، وَخَرَجْتُ أَنَا وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ؛ فَإِنْ كُنْتُ لَأَرْجُو أَوْ لَأَظُنُّ أَنْ يَجْعَلَكَ اللهُ مَعَهُمَا

“Umar radhiallahu ‘anhu diletakkan di atas pembaringannya (saat terbunuhnya beliau). Para sahabat berkumpul mengelilinginya, berdoa, memuji, dan melakukan shalat jenazah untuk beliau. Aku berada di antara mereka.”

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma melanjutkan, “Tidaklah mengejutkanku kecuali seseorang yang memegang pundakku dari belakang. Aku menoleh, ternyata orang tersebut adalah ‘Ali. Dia berdoa memohon rahmat untuk Umar.

Ali berkata (kepada jenazah Umar), ‘Tidak ada seorang pun yang ingin aku gantikan untuk bertemu Allah ‘azza wa jalla dengan seperti amalannya, daripada engkau. Demi Allah, aku sungguh mengharap Allah ‘azza wa jalla menjadikanmu bersama kedua sahabatmu.

Sesungguhnya, aku sering mendengar Rasulullah bersabda, (Aku datang bersama Abu Bakr dan Umar. Aku masuk bersama Abu Bakr dan Umar. Aku keluar bersama Abu Bakr dan Umar.) Aku berharap semoga Allah ‘azza wa jalla menjadikanmu bersama keduanya’.” (Sahih, HR. Muslim no. 2389)

 

Dari Abu Sa’id al-Khudri zberkata,

بَيْنَا أَنَا نَائِمٌ رَأَيْتُ النَّاسَ يُعْرَضُونَ عَلَيَّ وَعَلَيْهِمْ قُمُصٌ، مِنْهَا مَا يَبْلُغُ الثَّدْيَ، وَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ دُونَ ذَلِكَ، وَمَرَّ عَلَيَّ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَعَلَيْهِ قُمِيصٌ يَجُرُّهُ. قَالُوا: مَاذَا أَوَّلْتَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الدِّينُ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketika tidur, aku bermimpi melihat manusia berkumpul memakai gamis. Di antara mereka ada yang memakainya sampai ke dada. Ada pula yang memakai hingga di bawahnya. ‘Umar bin al-Khaththab leewat memakai gamis hingga terseret ke tanah.”

Para sahabat bertanya, “Apa yang engkau takwilkan dari mimpi ini, wahai Rasulullah?”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ad-din (agama).” (Sahih, HR. Muslim no. 2390)

 

  1. Keutamaan ‘Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu

أَنَّ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ مُضْطَجِعًا فِي بَيتِي كَاشِفًا عَنْ فَخِذَيْهِ أَوْ سَاقَيْهَ فَاسْتَأْذَنَ أبَوُ بَكْرٍ فَأَذِنَ لَهُ وَهُوَ عَلَى تِلكَ الْحَالِ فَتَحَدَّثَ، ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ فَأَذِنَ لَهُ وَهُوَ كَذَلِكَ فَتَحَدَّثَ، ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُثْمَانُ فَجَلَسَ رَسُولُ اللهِ وَسَوَى ثِيَابَهَ قَالَ مُحَمَّدٌ: وَلَا أَقُولُ ذَلِكَ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَدَخَلَ فَتَحَدَّثَ، فَلَمَّا خَرَجَ قَالَتْ عَائِشَةُ: دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ تَهْتَشَّ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ، ثُمَّ دَخَلَ عُمَرُ فَلَمْ تَهْتَشَّ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ، ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ فَجَلَسْتَ وَسَوَيْتَ ثِيَابَكَ. فَقَالَ: أَلَا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلاَئِكَةُ؟

Sesungguhnya ‘Aisyah berkata, “Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berbaring miring di rumahku dalam keadaan tersingkap paha atau betisnya. Tiba-tiba Abu Bakr meminta izin (untuk sebuah keperluan) kepada beliau, Dia diizinkan, dalam keadaan beliau seperti itu. Abu Bakr lantas menceritakan (keperluannya).

Lantas ‘Umar meminta izin kepada beliau. Dia diizinkan, dalam keadaan beliau seperti itu. ‘Umar pun menceritakan(keperluannya).

Kemudian ‘Utsman meminta izin kepada beliau. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun duduk lantas merapikan pakaiannya.

Muhammad (bin Abi Harmalah—perawi) berkata, “Aku tidak mengatakan bahwa ini terjadi pada satu hari.”

Kemudian ‘Utsman pun masuk dan menceritakan (keperluannya). Setelah ‘Utsman keluar, ‘Aisyah berkata, “Abu Bakr masuk dan engkau tidak bergerak, tidak peduli dengan keadaanmu. Kemudian ‘Umar datang, engkau juga tidak bergerak dan tidak peduli dengan keadaanmu. Namun, ketika ‘Utsman masuk, engkau segera duduk dan merapikan pakaianmu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidakkah aku malu kepada seseorang yang para malaikat pun malu kepadanya?” (Sahih, HR. Muslim no. 2401)

 

  1. Keutamaan ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu

Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu (berkata),

        أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَالَ يَوْمَ خَيْبَرَ: لَأُعْطِيَنَّ هَذِهِ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلًا يَفْتَحُ اللهُ عَلَى يَدَيْهِ، يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُولُهُ.

قَالَ :فَبَاتَ النَّاسُ يَدُوكُونَ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَاهَا. فَلَمَّا أَصْبَحَ غَدَوْا عَلَى رَسُولِ اللهِ وَكُلُّهُمْ يَرْجُو أَنْ يُعْطَاهَا .فَقَالَ :أَيْنَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ؟ فَقَالُوا :هُوَ يَا رَسُولَ اللهِ يَشْتَكِي عَيْنَيْه  .قَالَ: فَأَرْسِلُوا إِلَيْهِ. فَأُتِيَ بِهِ فَبَصَقَ رَسُولُ اللهِ فِي عَيْنَيْهِ، وَدَعَا لَهُ فَبَرَأَ حَتَّى كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ، فَأَعْطَاهُ الرَّايَةَ،

 فَقَالَ عَلِيٌّ: يَا رَسُولَ اللهِ، أُقَاتِلُهُمْ حَتَّى يَكُونُوا مِثْلَنَا، قَالَ :انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الْإِسْلاَمِ، وَأَخْبِرْهِمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ مِنْ حَقِّ اللهِ فِيهِ، فَوَاللهِ، لأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِدًا خَ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَم

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pada hari peperangan Khaibar, “Aku akan memberi bendera perang ini kepada laki-laki yang Allah ‘azza wa jalla akan memberi kemenangan melalui tangannya. Dia mencintai Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya. Allah ‘azza wa jalla dan Rasul-Nya pun mencintainya.”

Sahl berkata bahwa para sahabat bermalam dan membicarakan masalah ini. Mereka menerka-nerka, siapa di antara mereka yang akan diberi bendera tersebut. Tatkala pagi, mereka bersegera menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Seluruhnya berharap untuk diberi bendera tersebut. Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Di manakah Ali bin Abi Thalib?”

Para sahabat menjawab, “Dia sedang sakit mata, wahai Rasulullah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Utuslah (seorang utusan) kepadanya (untuk memanggilnya).”

Datanglah dia (utusan) bersama Ali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meludahi kedua matanya (Ali) yang sakit lantas mendoakannya. Sembuhlah (Ali) hingga seakan-akan tidak pernah sakit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi bendera itu kepadanya.

Ali berkata, “Wahai Rasulullah, aku akan memerangi mereka hingga mereka menjadi seperti kita.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berangkatlah dengan hati-hati hingga engkau turun di medan pertempuran mereka. Serulah mereka agar memeluk Islam. Beritahu mereka tentang hak Allah ‘azza wa jalla apa yang diwajibkan atas mereka. Demi Allah, sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla memberi petunjuk kepada seseorang melalui perantaraanmu, lebih baik daripada memiliki unta merah.” (Sahih, HR. Muslim no. 2406)

 

  1. Keutamaan Sa’d bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata,

أَرِقَ النَّبِيُّ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَقَالَ :لَيْتَ رَجُلًا صَالِحًا مِنْ أَصْحَابِي يَحْرُسُنِي اللَّيْلَةَ .إِذْ سَمِعْنَا صَوْتَ السِّلَاحِ .قَالَ :مَنْ هَذَا؟ قَالَ :سَعْدٌ، يَا رَسُولَ اللهِ، جِئْتُ أَحْرُسُكَ .فَنَامَ النَّبِيُّ حَتَّى سَمِعْنَا غَطِيطَهُ

Suatu malam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak bisa tidur. Beliau bersabda, “Aku berharap ada seorang laki-laki saleh dari sahabatku yang akan menjagaku malam ini.”

Aisyah berkata, “Ketika itu kami mendengar suara senjata (yang dibawa seseorang).”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Siapakah ini?”

Sa’d bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu berkata, “Sa’ad, wahai Rasulullah. Aku datang untuk menjagamu.”

Aisyah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidur sampai aku mendengar dengkuran beliau.” (Sahih, HR. Muslim no. 2410)

 

  1. Keutamaan az-Zubair bin al-Awwam radhiallahu ‘anhu

Perawi berkata, aku mendengar Jabir berkata,

نَدَبَ النَّبِيُّ النَّاسَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ فَانْتَدَبَ الزُّبَيْرُ، ثُمَّ نَدَبَهُمْ فَانْتَدَبَ الزُّبَيْرُ، ثُمَّ نَدَبَهُمْ فَانْتَدَبَ الزُّبَيْرُ ثَلَاثًا؛ فَقَالَ :لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِي؛ وَحَوَارِيَّ الزُّبَيْرُ

Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru dan memberi semangat kepada para sahabat pada hari Perang Khandaq. Az-Zubair menyambut seruan tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru lagi kepada para sahabat. Az-Zubair kembali menyambut seruan tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru lagi kepada para sahabat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap nabi mempunyai Hawari (penolong), dan hawariku adalah az-Zubair.” (Sahih, HR. Muslim no. 2414)

 

  1. Keutamaan Ummul Mukminin Khadijah bintu Khuwailid radhiallahu ‘anha

Aku (perawi) mendengar Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata,

        أَتَى جِبْرِيلُ النَّبِيَّ، فَقَالَ :يَا رَسُولَ اللهِ، هَذِهِ خَدِيجَةُ قَدْ أَتَتْكَ مَعَهَا إِنَاءٌ فِيهِ إِدَامٌ، أَوْ طَعَامٌ أَوْ شَرَابٌ، فَإِذَا هِيَ أَتَتْكَ، فَاقْرَأْ عَلَيْهَا السَّلَامَ مِنْ رَبِّهَا عَزَّ وَجَلَّ وَمِنِّيِ، وَبَشِّرْهَا بِبَيْتٍ فِي الْجَنَّةِ مِنْ قَصَبٍ لَا صَخَبَ فِيهِ وَلَا نَصَبَ

Malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, inilah Khadijah datang kepadamu sembari membawa tempat yang berisi lauk pauk, makanan atau minuman. Jika dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Rabbnya ‘azza wa jalla dan dariku. Kemudian sampaikan berita gembira untuknya tentang sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara (atau emas dan permata), tanpa ada hiruk pikuk dan kepayahan di dalamnya.” (Sahih, HR. Muslim no. 2430)

 

Wallahu a’lam.

Comments are closed.