Arti Nama Allah: Al-Fattah

Dalil Nama Allah Al-Fattah

Allah subhanahu wa ta’ala adalah al-Fattah. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutnya sebagai salah satu dari nama-Nya yang agung dalam ayat-Nya,

قُلۡ يَجۡمَعُ بَيۡنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفۡتَحُ بَيۡنَنَا بِٱلۡحَقِّ وَهُوَ ٱلۡفَتَّاحُ ٱلۡعَلِيمُ

Katakanlah, “Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dialah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui.” (Saba: 26)

Arti Nama Allah Al-Fattah

Dengan nama-Nya al-Fattah, berarti Allah subhanahu wa ta’ala memiliki sifat al-fath. Kata al-fath sendiri memiliki beberapa arti/makna. Di antaranya:

  1. Membuka, lawan dari menutup.

Hal ini seperti dalam firman-Nya,

حَتَّىٰٓ إِذَا فَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَابًا ذَا عَذَابٍ شَدِيدٍ إِذَا هُمۡ فِيهِ مُبۡلِسُونَ

“Hingga apabila Kami bukakan untuk mereka suatu pintu yang ada azab yang amat sangat (di waktu itulah) tiba-tiba mereka menjadi putus asa.” (al-Mu’minun: 77)

  1. Memutuskan.

Makna ini disebutkan di antaranya dalam firman-Nya,

رَبَّنَا ٱفۡتَحۡ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَ قَوۡمِنَا بِٱلۡحَقِّ وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡفَٰتِحِينَ

“Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil), dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya.” (al-A’raf: 89)

  1. Mengirim.

Ini seperti dalam firman-Nya,

مَّا يَفۡتَحِ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحۡمَةٍ فَلَا مُمۡسِكَ لَهَاۖ وَمَا يُمۡسِكۡ فَلَا مُرۡسِلَ لَهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

“Apa saja yang Allah kirimkan kepada manusia berupa rahmat, tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Fathir: 2)

  1. Memenangkan.

Ini seperti dalam firman-Nya,

وَأُخۡرَىٰ تُحِبُّونَهَاۖ نَصۡرٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَتۡحٌ قَرِيبٌۗ وَبَشِّرِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

“Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai, (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.” (ash-Shaf: 13)

Demikian pula firman-Nya,

إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan.” (an-Nashr: 1) (Lihat Nuzhatul ‘Aun an-Nawadzir)

As-Sa’di dan al-Harras menjelaskan, (arti nama Allah) Al-Fattah adalah yang menghukumi di antara para hamba-Nya dengan hukum-Nya syariat-Nya, hukum takdir-Nya, dan hukum pembalasan-Nya. Dengan kelembutan-Nya, Dia membuka penglihatan orang-orang yang jujur serta membuka kalbu mereka untuk mengenal-Nya, mencintai-Nya, dan kembali kepada-Nya. Dia membuka bagi hamba-Nya pintu-pintu rahmat, pintu-pintu rezeki yang bermacam-macam, serta menetapkan untuk mereka sebab yang mengantarkan mereka memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.

Pembukaan Allah subhanahu wa ta’ala sendiri ada dua macam:

  1. Pembukaan dengan hukum agama-Nya dan hukum balasan-Nya.
  2. Pembukaan dengan hukum takdir-Nya.

Pembukaan dengan hukum agama-Nya adalah dengan hidayah-Nya kepada para hamba-Nya dan pemberian syariat kepada mereka melalui lisan para rasul-Nya dalam segala hal yang berkaitan dengan kebutuhan mereka. Dengan hidayah itu, mereka dapat istiqamah di atas jalan-Nya yang lurus.

Adapun pembukaan dengan hukum balasan-Nya ialah keputusan-Nya dan pemenangan-Nya untuk para nabi-Nya dan pengikut mereka, dengan memuliakan dan menyelamatkan mereka. Di sisi lain, Allah menimpakan penghinaan dan hukuman atas musuh-musuh mereka. Termasuk dalam hal ini adalah keputusan-Nya di antara para hamba-Nya pada hari kiamat. Setiap insan memperoleh balasan dari amalannya, baik berupa kebaikan maupun keburukan.

Adapun pembukaan-Nya dengan hukum takdir-Nya adalah apa yang Ia takdirkan atas hamba-hamba-Nya, baik berupa kebaikan maupun keburukan, manfaat maupun mudarat, pemberian maupun penghalangan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

مَّا يَفۡتَحِ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحۡمَةٍ فَلَا مُمۡسِكَ لَهَاۖ وَمَا يُمۡسِكۡ فَلَا مُرۡسِلَ لَهُۥ مِنۢ بَعۡدِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

“Apa saja yang Allah kirimkan kepada manusia berupa rahmat, tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (Fathir: 2)

Maka dari itu, Allah-lah al-Fattah. Dengan inayat-Nya, terbuka seluruh yang tertutup. Dengan hidayah-Nya, tersingkap seluruh yang muskil. Seluruh kunci urusan gaib dan rezeki berada di tangan-Nya. Dia membuka perbendaharaan kedermawanan-Nya untuk para hamba-Nya yang taat. Dia juga yang membuka hal yang sebaliknya untuk musuh-musuh-Nya, dengan keutamaan dan keadilan-Nya. (Lihat Tafsir Asma’illahil Husna dan Syarh Nuniyyah)

Buah Mengimani Nama Allah Al-Fattah

Dengan mengimani nama Allah al-Fattah, kita semakin mengetahui kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala dan kebesaran-Nya. Hanya di tangan-Nyalah kemenangan. Oleh karena itu, kepada-Nya juga kita berdoa untuk mendapatkan kemenangan. Hanya kepada-Nya juga kita bertawakal untuk memperoleh kemenangan. Kita tidak mengandalkan hasil usaha kita, banyaknya jumlah kita, atau kecanggihan teknologi kita.

Dalam urusan rezeki pun demikian, hanya kepada-Nya kita mengharap. Di tangan-Nyalah perbendaharaan langit dan bumi, dan Dialah yang mengaturnya; membuka atau menutupnya. Maka dari itu, jangan sekali-kali seseorang mencari pesugihan dari para makhluk, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu dan melakukan ritual khusus demi mendapatkan kekayaan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّمَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوۡثَٰنًا وَتَخۡلُقُونَ إِفۡكًاۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمۡلِكُونَ لَكُمۡ رِزۡقًا فَٱبۡتَغُواْ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزۡقَ وَٱعۡبُدُوهُ وَٱشۡكُرُواْ لَهُۥٓۖ إِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ

“Sesungguhnya apa yang kalian sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kalian membuat dusta. Sesungguhnya yang kalian sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepada kalian, maka mintalah rezeki itu di sisi Allah. Sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya lah kalian akan dikembalikan.” (al-Ankabut: 17)

Dalam urusan nasib, mintalah hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala akan kebaikan nasib kita di dunia dan akhirat. Sebab, di tangan-Nyalah segala keputusan.

Wallahu a’lam.

(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)