Arti Nama Allah: Al-Qayyum

Al-Qayyum القيوم adalah salah satu Asmaul Husna. Bahkan, nama ini adalah salah satu Asmaul Husna yang teragung di antara nama-nama-Nya, yaitu ketika nama ini bergabung dengan nama Allah al-Hayyu.

As-Sa’di rahimahullah menerangkan, “Sebagian ulama peneliti menerangkan bahwa sesungguhnya keduanya adalah al-ismul a’zham (nama yang paling agung). Apabila Allah azza wa jalla diseru dengan menyebutnya, Dia akan mengijabahi. Apabila Allah dimohon dengan menyebut nama itu, Dia akan memberi.”

Dalil Nama Allah Al-Qayyum

Allah azza wa jalla telah menyebut nama-Nya ini dalam tiga ayat dalam Al-Qur’an. Ketiganya bergandengan dengan nama Allah al-Hayyu. Nama Allah al-Qayyum juga ada dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang akan kami sebutkan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ

“Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Dia, Yang Mahahidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).” (al-Baqarah: 255)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

الٓمٓ ١ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُ ٢

“Alif lam mim. Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Dia. Yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya.” (Ali Imran: 1—2)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَعَنَتِ ٱلۡوُجُوهُ لِلۡحَيِّ ٱلۡقَيُّومِۖ وَقَدۡ خَابَ مَنۡ حَمَلَ ظُلۡمًا

“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Rabb yang hidup kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman.” (Thaha: 111)

Baca juga: Arti Nama Allah: Al-Hayyu

Telah disebutkan bahwa kedua nama Allah, yaitu al-Hayyu dan al-Qayyum, merupakan al-ismul a’zham, nama Allah azza wa jalla yang teragung. Hal itu sebagaimana terdapat dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik radhiallahu anhu. Dahulu Anas duduk bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ada seseorang yang shalat lalu berdoa,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ، يَا حَىُّ، يَا قَيُّومُ

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan mengimani bahwa milik-Mu lah segala pujian, tiada sembahan yang benar selain engkau, al-Mannan, pencipta langit dan bumi, wahai yang memiliki keagungan dan kemurahan, wahai al-Hayyu, wahai al-Qayyum.”

Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata, “Sungguh, dia telah berdoa kepada Allah azza wa jalla dengan menyebut nama-Nya yang terbesar, yang apabila Allah diminta dengannya, Dia akan mengijabahi; apabila Allah dimohon dengannya, Dia akan memberi.” (HR. Abu Dawud, dinyatakan sahih oleh al-Albani)

Baca juga: Adab-Adab Doa

Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun mengajari putrinya untuk berdoa dengan menyebut nama al-Hayyu dan al-Qayyum. Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Fathimah,

مَا يَمْنَعُكِ أَنْ تَسْمَعِي مَا أُوصِيكَ بِهِ؟ أَنْ تَقُولِي إِذَا أَصْبَحْتِ وَإِذَا أَمْسَيْتِ: يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

“Apa yang menghalangimu untuk mendengar apa yang kuwasiatkan kepadamu? Hendaknya kamu ucapkan bila masuk waktu pagi dan masuk waktu sore, ‘Wahai al-Hayyu, wahai al-Qayyum, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan, perbaikilah seluruh urusanku … Janganlah Engkau serahkan diriku padaku walaupun sekejap mata, selamanya’.” (Hasan, HR. Ibnu Sunni dalam kitab ‘Amal Yaum wal Lailah dan al-Baihaqi dalam al-Asma’ wash-Shifat. Lihat ash-Shahihah no. 227 dan Shahihul Jami’ no. 10759)

Baca juga: Pentingnya Doa dalam Menghadapi Wabah Penyakit

Bahkan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam sendiri mempraktikkannya sebagaimana berita dari Anas bin Malik radhiallahu anhu juga,

كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَرَبَهُ أَمْرٌ قَالَ: يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ.

Apabila tertimpa suatu urusan yang sulit, Nabi shallallahu alaihi wa sallam berdoa, “Wahai al-Hayyu dan al-Qayyum, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan.” (Hasan, HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Sunni. Lihat Shahilul Jami’ no. 8908 dan ash-Shahihah no. 3182)

Arti Nama Allah Al-Qayyum

Syaikh Muhammad Khalil al-Harras menjelaskan bahwa di antara nama Allah adalah al-Qayyum. Ini adalah bentuk mubalaghah (bentuk kata yang memberi arti yang lebih) dari kata qa’im. Nama Allah al-Qayyum memiliki dua makna:

Pertama, Dia yang berdiri sendiri dan tidak membutuhkan seluruh makhluk sehingga tidak membutuhkan sesuatu pun, baik dalam hal adanya maupun dalam hal eksistensinya. Demikian pula dalam sifat kesempurnaan-Nya dan perbuatan yang muncul dari-Nya. Karena ketidakbutuhan-Nya bersifat dzati (terkait langsung dengan Dzat Allah), Dia tidak akan ditimpa oleh kekurangan ataupun rasa butuh.

Kedua, Dialah yang selalu mengatur mahluk-Nya. Seluruh yang ada di alam ini membutuhkan-Nya, dengan rasa butuh yang dzati (terkait langsung dengan dzat makhluk tersebut), tidak mungkin tidak, walau sesaat saja.

Maka dari itu, makhluk butuh kepada-Nya dalam hal keberadaannya. Allah azza wa jalla lah yang memberikan kepadanya sebab-sebab eksistensinya. Tidak ada sesuatu pun dalam alam ini seluruhnya kecuali berada dalam bantuan-Nya.

Dengan demikian, Dia selalu mengatur dan memperhatikan urusan makhluk-Nya. Dia tidak mungkin lalai sesaat pun dari mengawasi mereka. Kalau tidak demikian, akan kacau aturan alam ini dan akan hancur tonggak-tonggaknya.

Baca juga: Arti Nama Allah: Ash-Shamad

Allah azza wa jalla berfirman,

قُلۡ مَن يَكۡلَؤُكُم بِٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ مِنَ ٱلرَّحۡمَٰنِۚ بَلۡ هُمۡ عَن ذِكۡرِ رَبِّهِم مُّعۡرِضُونَ

Katakanlah, “Siapakah yang dapat memelihara kamu di waktu malam dan siang hari selain (Allah) Yang Maha Pemurah?” Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang berpaling dari mengingati Rabb mereka. (al-Anbiya:42)

Kemudian Allah berfirman,

قُإِنَّ ٱللَّهَ يُمۡسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ أَن تَزُولَاۚ وَلَئِن زَالَتَآ إِنۡ أَمۡسَكَهُمَا مِنۡ أَحَدٍ مِّنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

“Sesungguhnya, Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 41)

Baca juga: Arti Nama Allah: Al-Halim

Jadi, di antara sifat-sifat-Nya yang lain, sifat Allah azza wa jalla yang satu ini menjadi qayyum, memiliki urusan yang besar sebagaimana besar-Nya Pemilik sifat ini. Sifat ini, dengan makna yang pertama, mengandung kesempurnaan ketidakbutuhan-Nya dan kebesaran-Nya. Dengan makna yang kedua, mengandung seluruh sifat kesempurnaan dalam perbuatan-Nya yang tidak ada kesempurnaan bagi-Nya kecuali dengan sifat qayyum.

Adapun makna al-Hayyu adalah yang memiliki kehidupan yang sempurna, yang kekal abadi, yang tidak mengenai-Nya kematian ataupun fana. Ini adalah sifat yang terkait dengan Dzat-Nya Yang Mahasuci. Sebagaimana sifat qayyum-Nya berkonsekuensi kesempurnaan seluruh perbuatan-Nya, demikian pula sifat kehidupan-Nya yang sempurna, berkonsekuensi bahwa seluruh sifat Dzat-Nya yang sempurna, baik ilmu, kemampuan, kemauan, pendengaran, penglihatan, kemuliaan, kesombongan, kebesaran, dan sebagainya.

Sifat al-Hayyu dan al-Qayyum mengandung sifat kesempurnaan seluruhnya. Keduanya ibarat dua kutub bagi seluruh langit sifat-sifat-Nya. Tidak ada satu sifat pun yang keluar dari kedua sifat itu, sama sekali.

Oleh karena itu, terdapat sebuah riwayat bahwa keduanya merupakan al-ismul a’zham, yaitu nama Allah Yang Mahaagung. Nama yang apabila Allah diminta dengan menyebutnya, Dia akan memberi; apabila Allah dimohon dengan menyebut nama-Nya, Dia akan mengijabahi.

Kedua nama yang agung ini mengandung seluruh sifat kesempurnaan. Sebab, kehidupan merupakan syarat untuk memiliki segala kesempurnaan dalam Dzat-Nya, baik dalam hal ilmu, kemampuan, kemauan, pendengaran, penglihatan, kalam, dan seterusnya. Selain, yang tidak hidup, tidak memiliki sifat-sifat. Siapa saja yang sempurna kehidupannya, dia akan lebih sempurna pada tiap sifat yang kehidupan merupakan syarat bagi sifat tersebut.

Baca juga: Mengenal Allah

Adapun al-Qayyum, salah satu maknanya adalah Yang banyak mengatur urusan makhluk-Nya, Yang tidak lalai dari mereka walaupun sesaat. Ini berkonsekuensi akan kesempurnaan dan kelanggengan seluruh perbuatan-Nya. (Syarh Nuniyyah, 1/111—113)

Ar-Rabi’ rahimahullah mengatakan, “Al-Qayyum artinya Yang mengatur segala sesuatu, menjaganya, dan memberinya rezeki.”

Mujahid rahimahullah menafsirkannya dengan tafsir yang semakna.

Ibnu Jarir rahimahullah mengatakan, “Al-Qayyum adalah Yang melakukan penjagaan terhadap segala sesuatu, pemberian rezeki, pengaturannya, pada apa yang Dia kehendaki dan Dia sukai, baik perubahan, penggantian, penambahan, maupun pengurangan.” (Tafsir ath-Thabari)

Buah Mengimani Nama Allah Al-Qayyum

Di antara buah mengimani nama Allah al-Qayyum adalah mengetahui kebesaran Allah azza wa jalla dan keagungan-Nya. Kita menjadi tahu bahwa segala perbuatan-Nya ada pada puncak kesempurnaan, segala sifat-Nya ada pada puncak keindahan dan ketinggian. Allah azza wa jalla tak penah lemah, tak pernah letih, tak pernah butuh, tak pernah istirahat, tak pernah lalai walau sesaat, tak penah mengantuk, dan tak pernah tidur.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوۡمٌۚ لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ

“Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.” (al-Baqarah: 255)

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ وَمَا بَيۡنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِن لُّغُوبٍ

“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan.” (Qaf: 38)

يَسۡ‍َٔلُهُۥ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ كُلَّ يَوۡمٍ هُوَ فِي شَأۡنٍ

“Semua yang ada di langit dan bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (ar-Rahman: 29)

Dia Maha Mencipta, Maha Memiliki, Maha Mengatur, Mahatahu, Mahamampu atas segala sesuatu, Mahaperkasa, Maha Mengawasi, Maha Memberi, dan sifat kesempurnaan lainnya.

Takkan rugi dan takkan tersia-siakan, siapa pun yang Rabbnya adalah Dia al-Hayyu al-Qayyum, yang selalu ia puja, ibadahi, mohon, tauhidkan, dan pasrahi segala urusannya.

(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)