Arti Nama Allah: Al-Halim

Dalil Nama Allah Al-Halim

Salah satu Asmaul Husna (nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala Yang Mahabagus) adalah Al-Halim (الْحَلِيمُ). Hal itu berdasarkan firman-Nya,

قَوۡلٌ مَّعۡرُوفٌ وَمَغۡفِرَةٌ خَيۡرٌ مِّن صَدَقَةٍ يَتۡبَعُهَآ أَذًىۗ وَٱللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun.” (al-Baqarah: 263)

إِنَّ ٱللَّهَ يُمۡسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ أَن تَزُولَاۚ وَلَئِن زَالَتَآ إِنۡ أَمۡسَكَهُمَا مِنۡ أَحَدٍ مِّنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (Fathir: 41)

Adapun dalil dari hadits, diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma,

أَنَّ نَبِىَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  كَانَ يَقُولُ عِنْدَ الْكَرْبِ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

Saat ada bencana, Nabi Allah shallallahu alaihi wa sallam mengucapkan (yang artinya), “Tiada sembahan yang benar kecuali Allah Yang Mahaagung dan Yang Maha Penyantun. Tiada sembahan yang benar kecuali Allah Rabb Arsy yang agung. Tidak ada sembahan yang benar selain Allah, Rabb sekalian langit-langit dan Rabb bumi serta Rabb Arsy yang mulia.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Arti Nama Allah Al-Halim

Ibnu Faris radhiallahu anhu menjelaskan bahwa huruf ha (ح), lam (ل), dan mim (م) memiliki tiga makna dasar. Yang pertama adalah bermakna tidak terburu-buru… lawan dari kata thaisy (طَيْشٌ) yang berarti ringan tangan atau mudah berbuat. (Mu’jam Maqayis al-Lughah)

Jadi, sebagaimana penjelasan Syaikh as-Sa’di rahimahullah, arti nama al-Halim (الْحَلِيمُ) adalah Yang memiliki sifat penyantun yang sempurna. Sifat santun-Nya mencakup juga orang-orang kafir, fasik, dan pelaku maksiat. Allah subhanahu wa ta’ala menahan hukuman-Nya sehingga tidak segera menimpakannya kepada orang-orang yang berbuat zalim. Allah subhanahu wa ta’ala memberi mereka tempo agar mereka bertobat. Namun, Allah subhanahu wa ta’ala tidak melalaikan mereka apabila tetap berbuat dosa, terus-menerus melampaui batas, dan tidak mau kembali.

Di samping itu, al-Halim (الْحَلِيمُ) juga bermakna Yang senantiasa memberikan nikmat-nikmat lahir dan batin kepada makhluk-Nya walaupun mereka berbuat maksiat dan melakukan banyak kesalahan. Maka dari itu, Allah subhanahu wa ta’ala tidak segera membalas orang-orang yang bermaksiat karena kemaksiatan mereka, tetapi justru memberi mereka waktu agar mereka bertobat dan kembali. (Syarh al-Asma’ul Husna)

Baca juga: Syarat Tobat Nasuha

Syaikh Muhammad Khalil Harras mengatakan,

“(Arti nama Allah) al-Halim (الْحَلِيمُ) adalah yang memiliki sifat penyantun yang sempurna, yang mencakup orang kafir, munafik, dan ahli maksiat. Allah subhanahu wa ta’ala memberi mereka tempo dan tidak segera menghukum mereka agar mereka bertobat. Apabila Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak, niscaya Allah akan segera menghukum mereka dengan sebab dosa-dosa mereka begitu mereka selesai melakukannya. Sebab, dosa-dosa itu mengharuskan adanya akibat berupa hukuman yang segera dan bermacam-macam.

Akan tetapi, kesantunan Allah subhanahu wa ta’ala itulah yang membuat-Nya memberikan tangguh kepada mereka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman-Nya,

وَلَوۡ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِمَا كَسَبُواْ مَا تَرَكَ عَلَىٰ ظَهۡرِهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمۡ إِلَىٰٓ أَجَلٍ مُّسَمًّىۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِۦ بَصِيرَۢا

“Dan sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi satu mahluk melata pun. Akan tetapi, Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka sampai waktu yang tertentu. Apabila datang ajal mereka, sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (Fathir: 45) (Syarh Nuniyyah, 2/87)

Buah Mengimani Nama Allah Al-Halim

Di antara buah mengimani nama Allah al-Halim adalah kita mengetahui betapa besar kemurahan Allah subhanahu wa ta’ala dan karunia-Nya terhadap hamba-hamba-Nya. Kita juga mengetahui betapa besar kasih sayang-Nya dengan memberikan tempo kepada hamba-hamba-Nya untuk bertobat. Dalam tempo itu pun, Allah subhanahu wa ta’ala tetap memberikan karunia-Nya kepada mereka. Tentu saja, hal ini menuntut kita untuk tahu diri dan banyak mensyukuri nikmat-Nya. Kalaulah bukan karena sifat penyantun-Nya, niscaya kita telah binasa dihukum oleh-Nya.

Tidakkah ini disadari oleh kita dan oleh semua yang jatuh dalam kemaksiatan atau kekafiran, sehingga kita segera bertobat sebelum Allah subhanahu wa ta’ala menjatuhkan tempo sehingga Dia menimpakan hukuman? Kepada-Nyalah kita kembali.

(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)