Bacaan Sirr Harus Menggerakkan Mulut

Pertanyaan:

Mau bertanya, apakah ketika shalat sunnah atau shalat wajib (rakaat ketiga dan keempat), saat membaca ayat secara sirr harus menggerakkan mulut?

Jawaban:

Setiap bacaan yang disyariatkan untuk dibaca harus diucapkan dengan menggerakkan lidah dan kedua bibir. Sekadar membaca dalam hati belum dikatakan membaca.

Baca juga: Sifat Shalat Nabi (bagian ke-11)

Di antara dalil yang menjelaskan hal ini adalah riwayat Abu Ma’mar rahimahullah. Dia bertanya kepada sahabat Khabbab radhiallahu anhu,

أَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالعَصْرِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قُلْنَا: بِمَ كُنْتُمْ تَعْرِفُونَ ذَاكَ؟ قَالَ: بِاضْطِرَابِ لِحْيَتِهِ

“Apakah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam membaca pada saat shalat Zuhur dan Asar?”

Khabbab menjawab, “Ya, (beliau membaca).”

Kami bertanya, “Bagaimana kalian mengetahuinya?”

Beliau menjawab, “Kami mengetahui dengan getaran (gerakan) jenggotnya.” (HR. al-Bukhari no. 746 dalam “Bab Tidak Cukup Hanya Membaca dalam Hati Apabila Tidak Mengucapkan dengan Lisannya”)

Baca juga: Hukum Memotong Jenggot

Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahullah berkata,

“Dalam hadits tersebut ada dalil yang menunjukkan bahwasanya bacaan sirr (yang tidak jahar) harus dengan menggerakkan lisan dan kedua bibir. Oleh karena itu, jenggot bergerak. Ketentuan ini adalah suatu keharusan ketika membaca Al-Qur’an, zikir, dan bacaan yang lainnya.

Ibnul Abidin rahimahullah berkata, ‘Bacaan Al-Qur’an dan takbir dengan menggerakkan mulut hukumnya wajib.’

Beliau juga berkata, ‘Mengucapkannya adalah rukun. Barang siapa hanya merenungi atau membacanya dalam hati, tidak sah. Hal itu berlaku pada semua bacaan dalam shalat.’

Abu Musa dari kalangan ulama mazhab Hambali berkata, ‘Bacaan yang sir atau tidak jahar ketika shalat adalah dengan menggerakkan lisan dan kedua bibir untuk mengucapkan bacaan Al-Qur’an tersebut. Adapun bacaan jahar adalah dengan terdengarnya suara oleh dirinya sendiri dan orang yang ada di sampingnya’.” (Fathul Bari 4/422; dari Maktabah Syamilah)

Baca juga: Hukum Menjahrkan Bacaan ketika Shalat Sendirian

Wallahu a’lam bish-shawab, semoga bisa dipahami.

(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)