Minder Ditunjuk Jadi Imam Shalat

Pertanyaan:

Kadang saya ditunjuk menjadi imam shalat oleh takmir. Akan tetapi, kadang saya merasa tidak layak, minder, malu. Muncul perasaan dihormati dan dimuliakan. Apa yang harus saya lakukan jika disuruh lagi? Apa ada keutamaan menjadi imam shalat?

Jawaban:

Kecemasan karena merasa dimuliakan dan dihormati, merasa kurang pantas, minder dan malu, itu semua merupakan bisikan setan untuk menghalangi seseorang dari banyak kebaikan.

Perasaan atau kecemasan seperti ini harus dilawan dengan banyak berzikir, berdoa, dan meminta perlindungan kepada Allah dari gangguan setan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ نَزۡغٌ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِۚ إِنَّهُۥ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Apabila setan mengganggumu dengan suatu gangguan, mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya, Dialah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-A’raf: 200)

Baca juga: Menepis Bisikan Setan

Oleh karena itu, manakala seseorang mendapat kepercayaan atau diminta untuk menjadi imam, hendaknya dia penuhi permintaan tersebut apabila memang dia memenuhi kriteria sebagai imam dan tidak ada uzur.

Bisa jadi, mereka menganggapnya memiliki bacaan Al-Qur’an lebih banyak dan lebih baik daripada mereka. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ

“Yang menjadi imam suatu kaum adalah yang paling banyak bacaan (hafalan) Al-Qur’annya.” (HR. Muslim no. 673)

Baca juga: Kriteria Imam dalam Shalat

Jika kenyataannya memang demikian, tidak sepantasnya Anda menolak dan menghindar.

Perlu diketahui bahwa di antara keutamaan imam shalat adalah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memilih jabatan imam shalat untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Selain itu, imam adalah orang yang diikuti gerakan-gerakan shalatnya. Padahal semuanya, sejak takbiratul ihram sampai salam, adalah kebaikan. Sementara itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى، كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

“Barang siapa mengajak kepada kebaikan, dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” (HR. Muslim no. 2674 dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu)

Baca juga: Jangan Meremehkan Satu Kebaikan Pun

Di samping itu, hendaknya kita banyak berdoa kepada Allah agar diberi taufik dan istiqamah. Demikian pula, kita memohon perlindungannya dari segala bentuk fitnah (godaan/keburukan), baik yang lahir maupun yang batin, serta memohon keselamatan agama, di dunia dan di akhirat.

Wallahu a’lam bish-shawab.

(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)