Ulama adalah pewaris para nabi. Keberadaannya di tengah umat bagai pelita dalam kegelapan. Titah dan bimbingannya laksana embun penyejuk dalam kehausan. Keharuman namanya pun selalu dikenang oleh umat sepanjang zaman.
Dengan segala hikmah dan kasih sayang-Nya, Allah Subhanahu wata’ala yang Maharahman lagi Mahahakim tak membiarkan umat Islam—dalam setiap generasinya—lengang dari para ulama yang membimbing mereka kepada jalan kebenaran. Diawali oleh para pendahulu terbaik umat ini (as-salafush shalih) dari kalangan sahabat Nabi, tabi’in (murid-murid para sahabat), dan tabi’ut tabi’in (muridmurid para tabi’in), kemudian secara estafet dilanjutkan oleh para ulama setelah mereka generasi demi generasi.
Orang-orang mulia yang dipilih oleh Allah Subhanahu wata’ala sebagai pewaris para nabi yang selalu sigap membela agama Allah Subhanahu wata’ala dari pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh para ekstremis, kedustaan orang-orang sesat dengan kedok agama, dan penakwilan menyimpang yang dilakukan oleh orang-orang jahil.
Di antara para ulama yang mulia tersebut adalah Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah. Seorang ulama besar abad ini yang berilmu tinggi, berakidah lurus, berbudi pekerti luhur, dan berkedudukan mulia.
Nama dan Kelahiran Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Pada tanggal 12 Dzulhijjah 1330 H (1912 M), di Riyadh, ibu kota Kerajaan Saudi Arabia, lahirlah bayi laki-laki dari Alu Baz (keluarga Baz). Tunas mulia yang menjalani tahapan demi tahapan hidupnya dengan titian ilmu, pupukan amal saleh, dan mutiara hikmah, hingga tercatat dalam sejarah sebagai al-Imam (seorang tokoh agama), al-‘Allamah (yang sangat luas ilmunya), al-Muhaddits (pakar hadits), al-Faqih (pakar fikih), Syaikhul Islam (syaikh yang kesohor dalam Islam), Mufti al-Anam (ahli fatwa untuk segenap umat manusia), al-Mujaddid (pembaru agama), dan asy-Syaikh (yang dituakan dalam hal ilmu agama). Beliau adalah Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah Alu Baz (keluarga Baz).
Alu Baz (keluarga Baz) adalah sebuah keluarga yang berasal dari kota Madinah. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, sebagian mereka pindah ke Dir’iyyah, Huthah Bani Tamim dan Riyadh. Syaikh Abdul Aziz bin Baz dan keluarga besar beliau termasuk dari mereka yang berdomisili di kota Riyadh.
Di Kerajaan Saudi Arabia, Alu Baz (keluarga Baz) termasuk keluarga yang mempunyai andil besar di bidang ilmu agama, perdagangan, dan pertanian. Lebih dari itu, mereka kesohor akan kemuliaan dan budi pekerti yang luhur.
Masa Kecil dan Tumbuh-Kembang Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Di Riyadh, asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjalani masa kecilnya. Sejak usia balita sang ayah telah meninggal dunia. Layaknya seorang anak yatim, beliau pun tumbuh dan berkembang di bawah asuhan ibu dan keluarga terdekat. Puji syukur hanya milik Allah Subhanahu wata’ala semata manakala para pengasuhnya itu adalah orangorang yang baik dan mulia.
Bahkan, di antara mereka adalah orang-orang yang berilmu. Berkat taufik dan inayah Allah Subhanahu wata’alakemudian para pengasuh yang baik lagi mulia tersebut, Abdul Aziz bin Baz kecil tumbuh di atas ketaatan, cinta kepada ilmu dan hormat kepada ulama. Hari-harinya dipenuhi dengan kesungguhan dalam menuntut ilmu. Derap langkahnya laju menuju kebaikan. Sanubarinya kokoh di atas keimanan dan ketakwaan.
Dengan itu, turunlah berbagai kemudahan dan pertolongan dari Rabbul ‘Alamin. Sebelum memasuki usia baligh beliau telah berhasil menghafalkan al-Qur’an 30 juz. Semakin lengkap keutamaan itu manakala beliau rajin membaca dan menulis, bahkan mencatat berbagai faedah ilmiah dari para guru (masyayikh) beliau.
Pada tahun 1346 H, penyakit menyerang indra penglihatan beliau. Saat itu beliau berusia 16 tahun. Penyakit mata itu ternyata sangat berefek terhadap daya penglihatan beliau. Secara berangsur-angsur daya penglihatan beliau pun melemah hingga berakhir dengan kebutaan.
Peristiwa itu terjadi pada Bulan Muharram 1350 H, saat usia beliau menginjak 20 tahun. Semuanya beliau hadapi dengan penuh kesabaran, seraya memohon kepada Allah Subhanahu wata’ala agar mendapatkan ganti yang lebih baik darinya.
Demikianlah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Ketika indra penglihatan tak lagi beliau miliki, Allah Subhanahu wata’ala mengaruniakan kepada beliau penglihatan hati yang tajam dan pancaran iman yang terangbenderang sebagai penggantinya. Karena itu, ketiadaan indra penglihatan yang vital itu tidak begitu berpengaruh terhadap kehidupan yang beliau jalani. Termasuk dalam hal kesungguhan menuntut ilmu, beramal dengan ilmu yang telah dipelajari, dan berhias dengan akhlak yang mulia. Bahkan, ketika usia beliau semakin bertambah, semakin bertambah pula ketegaran beliau di atas ilmu dan ketaatan. Tak mengherankan apabila beliau selalu tampak menonjol di antara anak-anak yang sebaya dengan beliau.
Bentuk Fisik Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Ketika tumbuh dewasa, asy-Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berperawakan sedang, tidak gemuk dan tidak kurus, tidak tinggi sekali dan tidak pula pendek. Dada beliau tampak bidang, antara bahu satu dan bahu lainnya tampak lebar. Wajah tampak berwibawa, agak condong ke bulat. Kulit sawo matang, hidung mancung, dan mulut berukuran sedang. Berjambang tipis dan berjenggot. Ketika jenggot tersebut mulai beruban, beliau menyemirnya dengan inai (pacar). Ketika tersenyum, tampak menawan.
Guru-Guru (Masyayikh) Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Seorang yang mencintai ilmu, tumbuh kembangnya di atas ilmu, dan mempelajarinya dengan penuh kesungguhan tentu mempunyai banyak guru (masyayikh). Demikianlah dengan asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Lebih-lebih tempat berdomisili beliau adalah kota Riyadh, ibu kota Kerajaan Saudi Arabia yang dipenuhi oleh para ulama besar (kibar). Peluang emas itu tak beliau sia-siakan. Beliau berhasil menimba berbagai disiplin ilmu agama dan bahasa Arab dari banyak ulama di kota tersebut.
Di antara guru-guru (masyayikh) beliau yang paling kesohor adalah:
1. Syaikh Muhammad bin Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan bin asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
2. Syaikh Shalih bin Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Hasan rahimahullah, Qadhi (Hakim Agama) kota Riyadh.
3. Syaikh Sa’ad bin Hamd bin Atiq rahimahullah, Qadhi (Hakim Agama) kota Riyadh.
4. Syaikh Hamd bin Faris rahimahullah, wakil baitul mal (badan keuangan) kota Riyadh.
5. Syaikh Sa’ad Waqqash al-Bukhari rahimahullah (seorang ulama Makkah), guru beliau di bidang ilmu tajwid.
6. Samahatusy Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdul Lathif bin Abdurrahman bin Hasan bin asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Beliau adalah seorang ulama besar yang sangat luas ilmunya, lurus agamanya, dan mulia akhlaknya. Beliau adalah Mufti Kerajaan Saudi Arabia di masanya yang membimbing umat dengan ilmu dan takwa.
Beliaulah guru besar Syaikh Abdul Aziz bin Baz dalam berbagai disiplin ilmu agama. Kurang lebih 10 tahun lamanya dari tahun 1347 H s.d 1357 H, beliau selalu menghadiri majelis-majelis ilmu sang guru yang mulia ini.
Dari para ulama yang mulia itulah asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz menguasai al-Qur’anul Karim dan Sunnah Rasulullah dengan pemahaman generasi terbaik umat ini (salaful ummah). Dari mereka pula, beliau mendapatkan bimbingan untuk selalu mengikuti jejak Rasulullah dan meninggalkan semua yang diada-adakan dalam agama ini (bid’ah).
Beliau juga dididik untuk selalu bersikap ilmiah dalam beragama dengan memilih pendapat yang kuat (rajih) dan tegak di atas dalil dari al-Qur’anul Karim ataupun Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, walaupun bertentangan dengan mazhab yang dianut. Dengan demikian, sikap fanatik terhadap mazhab tertentu tidak didapati dalam kehidupan beragama beliau.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz Terjun ke Masyarakat
Perjalanan Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah yang panjang dalam menuntut ilmu dan penguasaan beliau yang bagus atas berbagai disiplin ilmu agama mendapatkan nilai penghormatan dari guru beliau, Samahatusy Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah yang saat itu menjabat sebagai Mufti Kerajaan Saudi Arabia. Beliau diproyeksikan menjadi qadhi (hakim agama) yang menangani berbagai problem sosial kemasyarakatan dan dakwah.
Saat itu beliau baru berusia 27 tahun. Pada Jumadal Akhir 1357 H, keluarlah surat penunjukan beliau sebagai qadhi (hakim agama) untuk kota Kharj dan seluruh wilayah cakupannya. Tugas baru sebagai qadhi (hakim agama) diterima oleh beliau dengan penuh tawadhu’ (rendah hati). Beliau menyakini bahwa jabatan itu adalah amanat yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya dan kelak akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah.
Tidak lama kemudian beliau meninggalkan kota Riyadh dan pindah ke kota Kharj, tepatnya di daerah Dalm yang merupakan pusat pemerintahan kota Kharj. Satu hal yang menarik bahwa tugas sebagai qadhi (hakim agama) yang diemban oleh beliau tidak menghalangi beliau dari kegiatan dakwah dan penyebaran ilmu agama. Bahkan, beliau sangat antusias memberikan yang terbaik untuk masyarakat kota Kharj dengan mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki.
Setelah tiba di tempat penugasan, gayung pun bersambut. Tugas beliau di kota Kharj ternyata tak sebatas sebagai qadhi (hakim agama). Beliau juga diberi amanat sebagai imam Masjid Jami’, khatib jum’at, nazhir wakaf, penanggung jawab anak-anak yatim, dai (pegiat dakwah), penanggung jawab di bidang pertanian dan pelayanan umum. Karena itu, semangat beliau untuk memberikan yang terbaik untuk masyarakat kota Kharj dapat terealisasi melalui berbagai media tersebut.
Pada saat jam kerja, beliau aktif di Kantor Pengadilan Agama (Mahkamah Syar’iyah) menangani beragam kasus yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini, beliau dikenal sebagai seorang hakim yang adil dan bijak.
Di luar jam kerja, sejak usai shalat subuh hingga waktu isya, beliau sibuk membina umat dengan mengajarkan berbagai disiplin ilmu agama di Masjid Jami’. Bahkan, di hari-hari berpasarnya masyarakat, yaitu Senin dan Kamis tepatnya pukul 08.00 pagi, beliau melakukan ceramah agama di pasar yang dihadiri oleh khalayak ramai terkhusus kalangan pedagang. Dengan khidmat mereka mengikuti acara pengajian tersebut.
Kota Kharj bercahayakan ilmu, sehingga ramai dikunjungi oleh para penuntut ilmu (thullabul ilmi) dari berbagai kota. Dalam hal ini pun, beliau dikenal sebagai dai (pegiat dakwah), guru agama, dan pendidik yang sukses dalam membina masyarakatnya.
Di bidang pelayanan umum, kinerja beliau diakui oleh masyarakat Kharj. Ketika kendaraan roda empat alias mobil semakin banyak, sedangkan jalanan umum masih tergolong sempit maka beliau mencanangkan proyek pelebaran jalan. Saat musim penghujan datang dan jalan-jalan tergenang oleh air hujan, beliau mencanangkan pembuatan sanitasi air yang sekiranya bisa mengatasi problem tersebut. Ketika banjir mengancam daerah Dalm yang letak geografisnya di dataran rendah, beliau menggalakkan kerja bakti massal untuk pembuatan tanggul, sebagai langkah antisipasi.
Di bidang pertanian, beliau pun berupaya untuk menyatu dengan para petani. Berbagai program beliau canangkan untuk kemajuan pertanian di kota Kharj. Termasuk program pemberantasan hama, beliau langsung terjun di lapangan bersama para petani.
Selain itu, Syaikh Abdul Aziz bin Baz adalah seorang yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap masyarakat. Rumah beliau selalu terbuka bagi para tamu dan siapa saja yang membutuhkan bantuan. Selama 14 tahun (1357 H—1371 H) berkiprah di kota Kharj, beliau telah memberikan yang terbaik untuk masyarakatnya. Tak mengherankan apabila masyarakat kota Kharj dari berbagai strata sosial sangat menghormati dan mencintai beliau.
Perjalanan Hidup Penuh Ilmu dan Takwa
Setelah 14 tahun berkiprah di kota Kharj (1357—1371 H), asy- Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah ditarik ke kota Riyadh untuk memperkuat lini pendidikan di sana. Pada 1372 H, beliau ditetapkan sebagai pengajar di Ma’had Ilmi.
Setahun setelahnya, 1373 H, beliau ditunjuk sebagai dosen di Fakultas Syari’ah untuk mata kuliah fikih, tauhid, dan hadits. Tugas mulia ini beliau jalani hingga tahun 1380 H. Sekitar sembilan tahun beliau berkecimpung dalam dunia pendidikan dan dakwah di kota Riyadh. Tidak sedikit dari alumnus Fakultas Syari’ah didikan beliau itu yang menjadi ulama besar (kibar) di kemudian hari.
Pada 10 Rabi’ul Awal 1381 H, tugas baru menghampiri beliau. Beliau ditunjuk sebagai Wakil Rektor al-Jami’ah al-Islamiyyah (Universitas Islam Madinah). Setelah berlalu 9 tahun, tepatnya tahun 1390 H, beliau diangkat menjadi rektor universitas tersebut. Jabatan rektorat beliau emban selama 5 tahun, yaitu hingga tahun 1395 H.
Dalam menjalankan roda pendidikan di kota Madinah itu, beliau dibantu oleh para ulama terkemuka di masa itu, di antaranya asy-Syaikh Muhammad Nashirudin al-Albani, asy-Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi, asy-Syaikh Hammad bin Muhammad al-Anshari, asy-Syaikh Muhammad Aman al-Jami, asy-Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad, dll.
Di luar kegiatan kampus, beliau aktif mengajar di Masjid Nabawi dan berdakwah di tengah masyarakat.
Pada tanggal 14 Syawwal 1395 H, beliau ditunjuk sebagai ketua umum al-Lajnah ad-Daimah lil Buhutsil Ilmiyyah wal Ifta’ wad Da’wah wal Irsyad (Komite Riset Ilmiah, Fatwa, Dakwah, dan Bimbingan) Kerajaan Saudi Arabia yang bermarkas di Kota Riyadh.
Setelah berlalu 19 tahun, tepatnya tahun 1414 H, beliau dikukuhkan sebagai Mufti Agung Kerajaan Saudi Arabia, sekaligus sebagai Ketua Hai’ah Kibar Ulama (Komite Ulama Besar) Kerajaan Saudi Arabia. Jabatan di atas dan berbagai jabatan penting lainnya beliau sandang hingga wafat.
Murid-Murid Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Perjalanan panjang di dunia dakwah dan pendidikan yang beliau jalani dengan penuh kesungguhan dan kesabaran, di samping mengantarkan beliau pada posisi imamah (kepemimpinan umat) juga melahirkan murid-murid yang banyak jumlahnya. Baik dari dakwah dan pendidikan yang beliau lakukan di masjid-masjid, di ma’had, maupun di aljami’ah (universitas). Tidak sedikit dari murid-murid tersebut yang berpotensi dan berguna bagi umat, bahkan menjadi referensi utama bagi kehidupan beragama mereka dalam skala internasional.
Di antara murid-murid tersebut adalah para ulama yang tergabung dalam lembaga Hai’ah Kibar Ulama (Komite Ulama Besar) Kerajaan Saudi Arabia, seperti Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, Syaikh al-Luhaidan, Syaikh al-Ghudayyan, dll.
Murid-murid beliau yang lain adalah para alumni Universitas Islam Madinah baik yang diajar oleh beliau di bangku kuliah maupun yang mengikuti kajian beliau di Masjid Nabawi, seperti Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali, Syaikh Zaid bin Muhammad al-Madkhali, Syaikh Ali bin Nashir Faqihi, Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i, Syaikh Ubaid bin Abdullah al-Jabiri, dll.
Karya Ilmiah Syaikh Abdul Aziz bin Baz
Karya ilmiah beliau sangat banyak, baik dalam bentuk tulisan murni maupun hasil transkrip dari rekaman suara.
Sebagian karya ilmiah beliau itu telah disusun dan didokumentasikan dalam beberapa bentuk media cetak ataupun elektronik. Di antaranya terdapat dalam program komputer al-Maktabah asy-Syamilah.
Adapula yang terkoleksi dalam bentuk kumpulan fatwa, seperti Majmu’ Fatawa asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz (30 juz), dan Fatawa Nur Alad Darb (14 juz).
Ada juga yang terkoleksi dalam bentuk transkrip ceramah, wawancara, dan yang semisalnya, seperti Durus lisy Syaikh Abdil Aziz bin Baz.
Adapula yang terkoleksi secara terpisah dalam bentuk satuan buku.
Karya-karya ilmiah beliau mempunyai ciri khas tersendiri. Ilmiah, ringkas, padat, berbobot, dan mudah dipahami. Oleh karena itu, karya-karya ilmiah beliau itu selalu diminati oleh umat, bahkan menjadi rujukan utama terutama dalam menyibak hal-hal kekinian yang bersifat musykil. Hampir-hampir pada setiap sendi kehidupan beragama ada karya ilmiah beliau, di samping untaian-untaian fatwa berharga tentunya.
• Dalam masalah akidah; al-Aqidah ash-Shahihah wama Yudhadduha, Syarh al-Aqidah ath-Thahawiyyah, Syarh al- Aqidah al-Wasithiyyah, Iqamatul Barahin ala Hukmi Man Istaghatsa Bighairillah au Shaddaqal Kahanah wal Arrafin, dll.
• Dalam masalah rukun iman; Ushulul Iman.
• Dalam masalah rukun Islam; Tuhfatul Ikhwan bi Ajwibah Muhimmah Tata’allaqu bi Arkanil Islam, Nawaqidhul Islam, Kaifiyah Shalatin Nabi, Fatawa fiz Zakati wash Shiyam, at-Tahqiq wal Idhah li Katsirin min Masailil Hajji wal Umrah waz Ziyarah, Fatawa Tata’allqu bi Ahkamil Hajji wal Umrah waz Ziyarah, dll.
• Dalam masalah berpegang teguh dengan Sunnah Nabi n; Wujub Luzumis Sunnah wal Hadzar Minal Bid’ah, at- Tahdzir Minal Bida’, Wujubul Amal bi Sunnatir Rasul wa Kufru Man Ankaraha, dll.
• Dalam masalah ilmu waris; al- Fawaid al-Jaliyyah fil Mabahits al- Faradhiyyah.
• Dalam masalah keagungan al- Quran dan Rasulullah n; Hukmul Islam fi Man Tha’ana fil Quran au fi Rasulillah.
• Dalam masalah dakwah dan para da’inya; ad-Da’watu Ilallah wa Akhlaqud Da’iyah, dll.
• Dalam masalah realitas kekinian; Naqdul Qaumiyyah al-Arabiyyah ala Dhau’il Islam wal Waqi’, al-Ghazwul Fikri, al-Adillah an-Naqliyyah wal Hissiyyah ala Jarayanisy Syamsi wa Sukunil Ardhi wa Imkanish Shu’ud ilal Kawakib, dll.
• Dalam masalah bimbingan kemasyarakatan; ad-Durus al-Muhimmah li Ammatil Ummah, ‘Awamil Ishlahil Mujtama’, dll.
• Dalam masalah jihad; al-Jihad fi Sabilillah dan beberapa risalah yang mengimbau umat Islam untuk berpartisispasi dalam jihad Afghnistan melawan Uni Soviet, dll.
• Dalam bidang hadits; Hasyiyah Mufidah ala Fathil Bari sampai Kitabul Hajji.
• Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; Wujubut Tahkim ala Syar’illah, Fi Zhilli asy-Syari’ah Yatahaqqaqul Amnu wal Hayah lil Muslimin, berbagai risalah dan nasihat tentang sikap yang syar’i terhadap pemerintah, dll. Masih banyak karya ilmiah beliau yang tak mungkin disebutkan semuanya dalam kajian ini. Untuk mengetahui lebih rinci silakan melihat situs resmi beliau.
Saat Ajal Menjemput
Pada Kamis dini hari menjelang azan Subuh, 27 Muharram 1420 H (1999 M) beliau mengembuskan napas penghabisan. Pada usia yang ke-90 tahun itulah lembar kehidupan beliau dilipat dengan datangnya ajal yang menjemput. Beliau pergi meninggalkan dunia yang fana ini dengan mewariskan ilmu, nasihat, bimbingan, dan kenangan yang indah untuk umat.
Para pembesar Kerajaan Saudi Arabia kehilangan seorang pembimbing yang sangat mereka segani. Ulama dan penuntut ilmu (thullabul ilmi) kehilangan salah seorang rujukan utama dalam kehidupan beragama. Para janda dan anak-anak yatim kehilangan seorang yang selalu memerhatikan dan menyantuni mereka. Golongan lemah dan fakir miskin kehilangan seorang penderma yang selalu membantu dan memperjuangan nasib mereka. Umat Islam di dunia kehilangan seorang ulama, da’i, mufti, dan teladan mulia yang menghabiskan umurnya di jalan Allah.
Jenazah beliau dibawa ke Kota Suci Makkah guna dishalati di Masjidil Haram. Jenazah dishalati bakda shalat Jumat. Sekitar sejuta orang menyalati jenazah beliau dengan penuh khidmat. Tidak sedikit dari mereka yang berasal dari luar Kota Makkah, bahkan luar negeri. Mereka ingin turut menyalati jenazah orang yang mulia itu, termasuk Raja Fahd bin Abdul Aziz, Putra Mahkota Abdullah bin Abdul Aziz, dan jajaran pejabat penting Kerajaan Saudi Arabia. Demikian pula para pejabat dan tokoh muslim dari negara-negara Teluk dan dunia Islam. Usai dishalati, jenazah langsung dibawa ke permakaman al-Adl di timur Makkah.
Iring-iringan pelayat yang menyertai jenazah beliau sangat banyak jumlahnya. Kota Makkah diselimuti suasana duka. Demikian pula Kerajaan Saudi Arabia, bahkan dunia Islam secara keseluruhan.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz telah pergi untuk selamanya. Tunai sudah amanat suci yang beliau emban. Pahlawan Islam yang sangat berjasa dalam memperbarui Islam yang pelitanya mulai redup dalam kehidupan. Seorang imam yang selalu sigap membela agama Allah Subhanahu wata’ala dari pemutarbalikan pengertian agama yang dilakukan oleh para ekstremis, kedustaan orang-orang sesat dengan kedok agama, dan penakwilan menyimpang yang dilakukan oleh orang-orang jahil. Seorang penderma yang selalu berderma dengan ilmu, amal, nasihat, kedudukan, harta, dan segala yang dimilikinya.
Rahimahullahu rahmatan wasi’ah wa askanahu fi fasihi jannatih…
Sumber Bacaan:
- Majmu’ Fatawa Ibn Baz, program al-Maktabah asy-Syamilah.
- Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz Namudzaj Minar Ra’ilil Awwal, karya asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad, program al-Maktabah asy-Syamilah.
- Al-Mauqi’ ar-Rasmi lisy Syaikh Abdil Aziz bin Baz (Situs Resmi asy- Syaikh Abdul Aziz bin Baz)
- Durus lisy Syaikh Abdil Aziz bin Baz, program al-Maktabah asy-Syamilah.
- Al-Kitab al-Watsaiqi ‘Anil Jami’ah al-Islamiyyah bil Madinah al- Munawwarah.
- Majmu’ Kutub wa Rasail wa Fatawa asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi bin Umair al-Madkhali jilid 3.