Doa Agar Terlepas dari Waswas

Pertanyaan:

Apa doa yang bisa dipanjatkan agar terlepas dari waswas setan?

Jawaban:

Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah menjawab sebagai berikut.

Seseorang dapat berdoa dengan doa yang Allah azza wa jalla mudahkan baginya. Misalnya, ia mengatakan,

اللَّهُمَّ أَعِذْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ، اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنَ الشَّيْطَانِ، اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ ،اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ مَكَائِدِ عَدُوِّكَ الشَّيْطَانِ

“Ya Allah, lindungilah aku dari setan. Wahai Allah, jagalah aku dari setan. Ya Allah, tolonglah aku untuk mengingat-Mu (berzikir kepada-Mu), untuk bersyukur kepada-Mu dan membaguskan ibadah kepada-Mu. Ya Allah, jagalah aku dari tipu daya musuh-Mu (yaitu) setan.”

Hendaklah ia memperbanyak zikir kepada Allah azza wa jalla, banyak membaca Al-Qur’an. Dia hendaknya bertaawudz kepada Allah azza wa jalla ketika mendapati waswas, meskipun ia sedang mengerjakan shalat. Apabila gangguan waswas itu mendominasinya dalam shalat, hendaklah ia meludah (meniup dengan sedikit ludah) ke kiri tiga kali dan bertaawudz dari gangguan setan sebanyak tiga kali.

Baca juga: Waswas ketika Shalat

Ketika Utsman bin Abil Ash ats-Tsaqafi radhiallahu anhu mengeluh kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang waswas yang didapatkannya di dalam shalat, beliau shallallahu alaihi wa sallam memerintahnya untuk meludah ke kiri tiga kali dan bertaawudz kepada Allah azza wa jalla dari gangguan setan dalam keadaan ia mengerjakan shalat. Utsman pun melakukan saran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tersebut. Allah azza wa jalla pun menghilangkan gangguan yang didapatkannya.

Kesimpulannya, apabila seorang mukmin dan mukminah diuji dengan waswas, hendaknya dia bersungguh-sungguh meminta kesembuhan dan keselamatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari gangguan tersebut. Ia banyak bertaawudz kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari setan, berupaya menepis perasaan waswas tersebut, tidak memedulikan serta menurutinya, baik di dalam maupun di luar shalatnya.

Apabila ia berwudhu, ia melakukannya dengan mantap dan tidak mengulang-ulangi wudhunya. Apabila sedang shalat, ia mantap mengerjakannya dan tidak mengulang-ulangi shalatnya. Ketika bertakbir (takbiratul ihram), ia mengerjakannya dengan mantap dan tidak mengulangi takbirnya. Semuanya dalam rangka menyelisihi bisikan musuh Allah dan dalam rangka menyalakan permusuhan terhadapnya.

Baca juga: Waswas Keluar Air Kencing

Demikianlah yang wajib dilakukan seorang mukmin. Dengan begitu, dia menjadi musuh bagi setan. Dia memerangi setan, menepisnya, dan tidak tunduk kepadanya. Apabila setan membisikkan kepada Anda bahwa Anda belum berwudhu dan belum shalat (dengan tujuan menyusupkan waswas hingga Anda mengulang-ulangi wudhu dan shalat karena merasa belum mengerjakannya dengan benar, -pent.), padahal Anda tahu bahwa Anda telah berwudhu, Anda juga melihat sisa-sisa air pada tangan Anda, dan Anda tahu Anda telah mengerjakan shalat; janganlah menaati musuh Allah subhanahu wa ta’ala itu.

Yakinlah, Anda telah shalat. Yakinlah, Anda telah berwudhu sebelumnya. Jangan Anda ulang-ulangi wudhu dan shalat Anda serta bertaawudzlah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari musuh-Nya.

Seorang mukmin harus kuat melawan ‘musuh Allah(setan) hingga musuh itu tidak bisa/mampu mengalahkan dan mengganggunya. Ketika setan dapat menguasai dan mengalahkan seseorang, dia akan menjadikan orang itu seperti orang gila yang dia permainkan. Seorang mukmin dan mukminah wajib berhati-hati dari musuh Allah subhanahu wa ta’ala, bertaawudz kepada-Nya dari kejelekan dan tipu dayanya.

Baca juga: Waswas dari Setan

Hendaklah seorang mukmin itu kuat melawan setan dan bersabar dalam menangkal gangguan tersebut (tidak mudah menyerah). Jadi, dia tidak menuruti setan untuk mengulangi shalatnya, wudhunya, takbirnya, atau yang lainnya.

Demikian pula apabila setan mengatakan kepada Anda,

Pakaianmu itu najis,”

“Tempat ini najis,”

“Di dalam kamar mandi ada najis,”

“Tanah yang Anda pijak ada najisnya,” atau

“Tempat shalatmu ada ini dan itu,”

jangan Anda turuti ucapan tersebut. Dustakanlah si musuh Allah itu. Berlindunglah kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari kejelekannya. Tetaplah Anda shalat di tempat yang biasanya. Pakailah alas yang biasa Anda gunakan dan tanah yang biasa Anda pijak, selama Anda tahu bahwa tempat itu bersih/suci.

Baca juga: Membersihkan Najis yang Tersebar

Berbeda halnya apabila Anda melihat dengan mata kepala Anda ada najis yang Anda injak dalam keadaan basah, barulah Anda mencuci kaki. Ketahuilah, hukum asal sesuatu adalah berada di atas taharah/kesucian. Karena itu, jangan Anda menuruti musuh Allah dalam satu perkara pun kecuali Anda memiliki sesuatu yang meyakinkan yang Anda lihat dan saksikan dengan mata kepala Anda. Itu semua agar musuh Allah subhanahu wa ta’ala tidak menguasai Anda.

Kita mohon keselamatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari semuanya.

(Fatawa Nurun ‘ala ad-Darb, hlm. 77—78)