“Hijrah”, Apa yang Harus Dipelajari Dulu?

Pertanyaan:

Saya belum lama hijrah. Saya bingung, mau mulai belajar ilmu syariat dari mana. Mohon nasihat ustadz, dari mana saya mulai belajar ilmu syariat yang paling baik bagi seorang yang baru hijrah.

Jawab:

Tentunya, siapa pun orangnya, hendaknya dia mempelajari ilmu tauhid karena hal itu merupakan asas seseorang dalam beragama. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah berpesan kepada sahabat Muadz bin Jabal radhiallahu anhu ketika hendak berdakwah,

فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى

“Hendaknya pertama yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah agar mereka menauhidkan Allah ta’ala.” (HR. al-Bukhari dan Muslim, dari sahabat Ibnu Abbas radhiallahu anhuma)

Selanjutnya, dia mempelajari urusan yang berkaitan dengan peribadatan sehari-hari, seperti tata cara bersuci dan shalat. Dengan demikian, ibadahnya sesuai dengan tuntunan syariat. Sebab, syarat diterimanya ibadah adalah ikhlas dan mutaba’ah (sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam)

Baca juga: Syarat Diterimanya Amal

Dalam kesempatan ini, ada hal yang ingin kita ingatkan terkait dengan kata-kata hijrah.

Pada asalnya, makna kata hijrah ialah perpindahan dari negeri kafir ke negeri islam. Terkadang juga diungkapkan dengan perpindahan dari daerah yang penuh maksiat ke daerah yang lebih baik.

Baca juga: Pembunuh 100 Jiwa

Adapun hadits yang berbunyi,

وَالمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Muhajir (seorang yang hijrah) adalah orang yang meninggalkan larangan Allah. (HR. al-Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40, dari sahabat Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhuma)

itu merupakan kewajiban setiap muslim.

Baca juga: Pengaruh Dosa dan Maksiat

Adapun orang yang—alhamdulillah—mendapatkan hidayah dan diberi kesadaran untuk memperbaiki dirinya, wallahu a’lam, sebaiknya tidak menggunakan istilah hijrah. Mungkin bisa dengan mengatakan, “Alhamdulillah, mendapat hidayah,” atau semisalnya.

Wallahu a’lam bish-shawab. Semoga bermanfaat.

(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)