Menghiasi Kalbu dengan Iman Kepada Para Nabi dan Rasul

Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasad dan rupa kalian, tetapi kepada kalbu dan amalan kalian. Demikian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan al-Imam Muslim rahimahullah dalam Shahih-nya. Kalbu dan amalan, inilah dua hal yang Allah Subhanahu wata’ala lihat pada diri hamba- Nya. Oleh karena itu, keduanya selalu menjadi perhatian wali-wali Allah Subhanahu wata’ala. Mereka selalu berupaya membersihkan kalbu dari penyakit dan kotoran berupa syirik, takabur, ujub, hasad, dan penyakit kalbu lainnya. Di samping itu, wali-wali Allah Subhanahu wata’ala berupaya memperbaiki amalan, demi meraih kemuliaan di dunia dan akhirat. Mereka yakin bahwa kalbu yang bersih sajalah yang akan bermanfaat kelak, sebagaimana keyakinan mereka bahwa amalan saleh saja yang bisa menjadi bekal perjalanan panjang menuju negeri akhirat. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ () إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

Pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak keturunan, kecuali orang yang datang dengan membawa qalbun salim. (asy-Syuara: 8889)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memberitakan bahwa di alam barzakh, setiap orang, baik mukmin maupun kafir, akan ditemani oleh amalannya di dunia. Apabila seorang mukmin telah menjawab pertanyaan Munkar dan Nakir, terdengarlah seruan dari langit, Hamba-Ku benar. Hamparkanlah untuknya dari hamparan dari jannah. Berilah pakaian dari jannah, dan bukakan untuknya pintu menuju jannah. (Di tengah kesendirian) datanglah seorang yang sangat indah wajah dan bajunya, sangat harum aromanya. Ia berkata, Bergembiralah dengan apa yang membahagiakanmu, inilah hari yang dahulu dijanjikan. Berkatalah si mukmin, Siapa kamu, wajahmu tampak datang dengan kebaikan? Dia menjawab, Aku adalah amalan salehmu. Berkatalah si mukmin, Wahai Rabb, tegakkanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku.

Demikian penggalan hadits al-Bara’ bin Azib radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad rahimahullah dalam al-Musnad (4/287—288) dan al-Hakim dalam al-Mustadrak (1/93—94).

 

Iman, Hal Asasi dalam Kehidupan

Iman adalah urusan terpenting yang dengannya kalbu menjadi hidup, lapang dan dipenuhi kebahagiaan. Dengan iman pula manusia terbebas dari kerugian. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَالْعَصْرِ () إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ () إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran. (al-Ashr: 13)

Iman adalah sebab kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, serta syarat diterimanya amalan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (an-Nahl: 97)

Ayat-ayat al-Qur’an tegas menunjukkan bahwa bani Adam harus selalu menghiasi kalbunya dengan iman dan dibuktikan dengan amalan saleh saat mengarungi samudra hidup menuju negeri keabadian. Iman sendiri memiliki rukunrukun dan cabang-cabang yang harus ditunaikan, di antaranya adalah enam pokok iman: Iman kepada Allah Subhanahu wata’ala, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir. Pembaca rahimakumullah, dengan memohon bimbingan Allah Subhanahu wata’ala, mari kita mentadabburi beberapa ayat al-Qur’an dan sabda-sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, tentang iman kepada rasul. Semoga Allah Subhanahu wata’ala menghiasi kalbu kita dengan kecintaan yang tulus kepada nabi dan rasul- Nya, lebih-lebih Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab, hanya melalui merekalah manusia mengerti jalan yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan, yaitu shiratal mustaqim, yang Allah Subhanahu wata’ala pancangkan di hadapan para hamba-Nya. Adapun jalan-jalan yang menyelisihi para nabi dan rasul adalah jalan-jalan setan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalanjalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Hal itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa. (al- Anam: 153)

 

Nash-Nash tentang Iman kepada Rasul-Rasul Allah Subhanahu wata’ala

Setiap mukallaf, baik jin maupun manusia, wajib beriman bahwa Allah Subhanahu wata’ala telah memilih para nabi dan rasul di antara hamba-Nya. Allah Subhanahu wata’ala memilih mereka sebagai wasithah (perantara) antara Allah Subhanahu wata’ala dan manusia dalam penyampaian risalah. Mereka adalah hamba pilihan dan manusia terbaik di muka bumi. Ayat-ayat al-Qur’an dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintah kita untuk beriman kepada nabi dan rasul Allah Subhanahu wata’ala. Di antara nash-nash tersebut adalah firman Allah Subhanahu wata’ala,

فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنزَلْنَا ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya serta kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. (at-Taghabun: 8)

Ketika Jibril bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Kabarkan kepadaku tentang iman!” Beliau menjawab,

أَنْ تُؤْمِنَ بِا وَمَ ئَالِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

Hendaklah engkau beriman kepada Allah Subhanahu wata’ala, beriman kepada para malaikat- Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan- Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada takdir yang baik dan yang buruk.

Karena pentingnya iman kepada nabi dan rasul, kita dapatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan banyak zikir dan doa harian untuk selalu dibaca dan direnungkan, yang mengandung pokok iman tersebut. Di antara zikir tersebut adalah bacaan di waktu pagi dan petang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَالَ حِينَ يُمْسِي: رَضِيتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْ مَالِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا؛ كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنْ يُرْضِيَهُ

Barang siapa ketika sore hari membaca, Aku ridha Allah Subhanahu wata’ala sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad n sebagai nabi, Allah Subhanahu wata’ala pasti meridhainya. (HR. at-Tirmidzi dari Tsauban z. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib.”)

Demikian pula dalam doa istiftah. Diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ketika berdiri shalat di tengah malam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam membaca doa istiftah yang cukup panjang. Di tengahtengah doa tersebut beliau berkata,

وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ حَقٌّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّونَ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ حَقٌّ

“… Dan segala puji adalah milik- Mu, Engkau adalah al-Haq, janji-Mu adalah benar, firman-Mu adalah benar, perjumpaan dengan-Mu adalah benar, al-Jannah adalah perkara yang haq, neraka adalah perkara yang haq, seluruh nabi adalah haq, dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah haq.” (al-Hadits)

Sebelum tidur, ketika seorang berada di atas tempat tidurnya, disyariatkan membaca doa,

اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، اللَّهُمَّ آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَبِنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ

Ya Allah, aku tundukkan wajahku kepada-Mu, aku serahkan segala urusanku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu, dengan penuh harap dan rasa takut kepada-Mu. Tidak ada tempat kembali dan tempat keselamatan dari kemurkaanMu kecuali dengan mendekat kepada- Mu. Aku beriman dengan kitab-Mu yang engkau turunkan dan aku beriman dengan nabi-Mu yang engkau utus. (HR. al-Bukhari)1

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan agar di waktu malam kita membaca dua ayat akhir surat al-Baqarah. Beliau menjanjikan, barang siapa membaca kedua ayat ini, Allah Subhanahu wata’ala akan memberikan kecukupan kepadanya.2 Dua ayat di akhir surat al-Baqarah mengandung pokok-pokok iman yang harus kita yakini, termasuk di dalamnya keimanan kepada seluruh nabi dan rasul. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

Rasul telah beriman kepada al- Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orangorang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan), Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasul- Nya, dan mereka mengatakan, Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa), Ampunilah kami, ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali. (al-Baqarah: 285)

Subhanallah, betapa indah kehidupan seorang muslim. Di awal dan akhir hari, kita diajari untuk selalu mengingat pokokpokok iman, termasuk iman kepada nabi dan rasul-rasul Allah Subhanahu wata’ala. Betapa sejuknya kehidupan seorang muslim. Kalbunya dihiasi oleh iman, lisannya dihiasi oleh iman, dan anggota tubuhnya pun dihiasi oleh iman. Ya Allah, kokohkanlah hati ini di atas iman. Janganlah Engkau palingkan hati kami sesudah Engkau anugerahkan keimanan kepada kami. Sesungguhnya, Engkaulah Dzat yang membolak-balikkan kalbu.

وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ

Akan tetapi, Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hati kalian serta menjadikan kalian benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. (al- Hujurat: 7)

اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ

Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman, jadikanlah kami teladan yang membimbing dan mendapatkan bimbingan. Amin.

Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc.