Apakah Membaca Shalawat Saat Tasyahud Awal?

Pertanyaan:

Sampai mana bacaan tasyahud awal?

Jawaban:

Bacaan tasyahud awal dan tasyahud akhir adalah sama, yaitu dari “At-tahiyyaatu lillaahi…” sampai “Asyhadu allaa ilaaha ilallaah wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu.”

Namun, mungkin maksud dari pertanyaan, apakah ada bacaan selain tasyahud? Apakah juga membaca shalawat pada tasyahud awal seperti halnya pada tasyahud akhir?

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum membaca shalawat pada tasyahud awal.

  1. Kebanyakan ulama berpendapat bahwa saat duduk tasyahud awal hanya membaca tasyahud, tidak ditambah dengan shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah ucapan sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu,

كَانَ إِذَا قَعَدَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ كَأَنَّهُ عَلَى الرَّضْفِ

“Apabila Nabi shallallahu alaihi wa sallam (duduk) pada dua rakaat pertama, seakan-akan beliau duduk di atas batu panas (yakni singkat).” (HR. Ahmad 1/410)

Namun, hadits ini dha’if (lemah) karena Abu Ubaidah, yaitu perawi yang meriwayatkan hadits ini dari Ibnu Mas’ud belum pernah mendengar dari Ibnu Mas’ud.

  1. Pendapat Imam asy-Syafi’i bahwa disyariatkan membaca shalawat pada tasyahud awal.

Beliau berdalil dengan hadits Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha,

ثُمَّ يُصَلِّي تِسْعَ رَكَعَاتٍ لَا يَجْلِسُ فِيهِنَّ إِلَّا عِنْدَ الثَّامِنَةِ، فَيَدْعُو رَبَّهُ وَيُصَلِّي عَلَى نَبِيِّهِ، ثُمَّ يَنْهَضُ وَلَا يُسَلِّمُ، ثُمَّ يُصَلِّي التَّاسِعَةَ فَيَقْعُدُ، ثُمَّ يَحْمَدُ رَبَّهُ وَيُصَلِّي عَلَى نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَدْعُو، ثُمَّ يُسَلِّمُ تَسْلِيمًا يُسْمِعُنَا

“Kemudian, Nabi shallallahu alaihi wa sallam shalat malam sebanyak sembilan rakaat (dengan sekali salam). Beliau tidak duduk tasyahud kecuali pada rakaat kedelapan. (Pada rakaat tersebut) beliau berdoa kepada Rabbnya dan membaca shalawat atas Nabi. Kemudian, beliau berdiri dan tidak salam. Kemudian beliau mengerjakan rakaat hingga duduk (tasyahud), lalu memuji Rabbnya dan membaca shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Setelah itu, beliau berdoa kemudian mengucapkan salam yang terdengar oleh kami.” (HR. Abu ‘Awanah no. 2295 dengan sanad yang sahih)

Artinya, yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lakukan pada rakaat kedelapan adalah tasyahud awal, dan beliau membaca shalawat.

Namun, sebatas yang kami ketahui, tidak ada ulama yang mewajibkan bacaan shalawat pada tasyahud awal seperti wajibnya bacaan tasyahud.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah pernah ditanya,

“Apakah disyariatkan membaca shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika tasyahud awal?”

Beliau menjawab,

“Disyariatkan membaca shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam saat tasyahud awal adalah pendapat yang dipilih oleh banyak ulama. Adapun jumhur ulama berpendapat tidak disunnahkan, dan menurutku ini yang lebih dekat (pada kebenaran). Namun, tidak mengapa seseorang membacanya.

Adapun berdoa ketika tasyahud awal, aku belum mengetahui ada yang berpendapat demikian. Bahkan, sebagian ulama mengatakan bahwa hukumnya makruh memanjangkan tasyahud awal lebih dari bacaan yang ada.

Imam an-Nawawi berkata dalam (kitab) Syarah al-Muhadzdzab,

“Rekan-rekan kami (ulama mazhab Syafi’i) berkata bahwa makruh hukumnya membaca lebih dari tasyahud dan shalawat atas Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan keluarganya pada tasyahud awal. Makruh pula berdoa dan memperpanjang zikir lain pada posisi ini.”

(Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibni Utsaimin 13/227 melalui Maktabah Syamilah)

Wallahu a’lam bish-shawab.

(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)