Memupuk Diri di Atas Kesabaran

Sabar adalah anugerah besar dari Allah Subhanahu wata’ala. Siapa yang meraihnya berarti telah mendapatkan sesuatu yang besar dalam hidupnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ مِنْ عَطَاءٍ خَيْرٌ وَأَوْسَعُ مِنَ الصَّبْرِ

“Tidak ada sebuah anugerah yang lebih baik dan lebih besar bagi seseorang daripada kesabaran.” (HR. Muslim no. 1053, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)

Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dengan kesabaran, kami dapat merasakan nikmatnya kehidupan.” (Shahih al-Bukhari, bab “Ash-Shabru ‘an Maharimillah”)

Betapa mulianya orang-orang yang bersabar manakala Allah Subhanahu wata’ala berseru untuk mereka,

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

“Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (al-Baqarah: 155)

أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan berkah yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka (Allah), dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (dari Allah, pen.).” (al-Baqarah: 157)

Tak mengherankan apabila Allah Subhanahu wata’ala memerintah Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang mulia dan segenap kaum mukminin untuk senantiasa bersabar. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ ۖ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan bersabarlah kamu bersama- Meraih Kebahagian dengan Kesabaran sama dengan orang-orang yang menyeru Rabb mereka di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (al-Kahfi: 28)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian, kuatkanlah kesabaran kalian, tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian), dan bertakwalah kepada Allah, supaya kalian beruntung.” (Ali Imran: 200)

Dengan demikian, memupuk diri di atas kesabaran merupakan kewajiban bagi kita semua. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahumallah, seorang imam besar yang hidupnya diliputi kesabaran, meninggalkan mutiara kata untuk kita tentang titian menuju kesabaran dalam kitab beliau yang indah, Qaidah fish Shabri (hlm. 94—103).

Mutiara kata yang sangat berharga sebagai bekal untuk memupuk diri di atas kesabaran. Berikut ini ringkasan dan intisari dari mutiara kata tersebut, semoga benarbenar menjadi titian indah bagi diri kita untuk menuju kesabaran.

1. Meyakini bahwa segala musibah yang menimpa adalah kehendak Allah Subhanahu wata’ala  Pencipta alam semesta, sedangkan diri ini hanyalah hamba-Nya yang berada dalam kehendak dan ketentuan-Nya.

2. Meyakini bahwa musibah yang menimpa adalah akibat dari perbuatan dosa yang dilakukan. Dengan demikian, dirinya akan terpalingkan dari kesedihan (terhibur) dengan bertobat dan  memperbanyak istighfar.

3. Meyakini bahwa pahala yang besar akan diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala kepada hamba-Nya yang bersabar dan berlapang dada.

4. Meyakini bahwa sikap memaafkan dan berbuat baik kepada orang lain akan mewariskan jiwa yang bersih, menghilangkan sifat curang, licik, dendam, dan keinginan untuk berbuat jelek.

5. Meyakini bahwa tidaklah seseorang melakukan balas dendam untuk dirinya melainkan Allah Subhanahu wata’ala akan menghinakannya, dan tidaklah seseorang memaafkan orang lain melainkan Allah Subhanahu wata’ala akan memuliakannya.

6. Meyakini bahwa kejelekan yang menimpanya adalah balasan atas kezaliman yang pernah dilakukan, dan meyakini pula bahwa siapa yang memaafkan orang lain niscaya Allah Subhanahu wata’ala  akan memaafkannya dan siapa yang memohon ampun kepada Allah Subhanahu wata’ala maka Dia Subhanahu wata’ala  akan mengampuninya.

7. Menyadari bahwa seseorang yang tersibukkan dengan membalas kejelekan yang ditujukan kepadanya akan habis waktu dan pikirannya untuk itu. Bahkan, banyak kemaslahatan yang terlewatkan darinya karenanya.

8. Meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  yang tidak pernah membalas dendam untuk diri beliau.

9. Meyakini bahwa siapa yang disakiti karena menjalankan ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala dan meninggalkan perbuatan maksiat, lantas bersabar dan tidak membalasnya, ia akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah Subhanahu wata’ala.

10. Meyakini bahwa kebersamaan AllahS ubhanahu wata’ala yang bersifat khusus (pertolongan dan pembelaan-Nya), kecintaan-Nya, dan keridhaan-Nya, akan selalu menyertai hamba-Nya yang bersabar.

11. Meyakini bahwa sabar adalah setengah dari keimanan, sehingga ia tidak rela apabila setengah dari keimanannya menjadi korban untuk membela dirinya. Justru dengan bersabar, keutuhan imannya akan senantiasa terpelihara.

12. Meyakini bahwa kesabaran yang dilakukan merupakan pendidikan dan pelatihan terhadap jiwa.

13. Meyakini bahwa siapa yang bersabar pasti akan ditolong oleh Allah Subhanahu wata’ala.

14. Meyakini bahwa sikap sabar yang dilakukan terhadap orang yang berbuat zalim justru akan menghentikan kezaliman tersebut. Berikutnya, akan muncul celaan dari orang-orang terhadap si pelaku kezaliman tadi, sehingga membuatnya malu dan menyesali perbuatannya. Bahkan, bisa jadi dia akan menjadi kawan dekat di kemudian hari.

15. Membalas kezaliman yang ada terkadang dapat membuat lawan semakin semena-mena. Dalam kondisi semacam ini, yang diutamakan adalah bersabar dan tidak membalasnya. Betapa banyak pembalasan yang dilakukan justru mengakibatkan kerugian besar pada jiwa, harta, dan kedudukan.

16. Orang yang selalu berambisi untuk membalas kejelekan yang ditujukan kepadanya dan tak bisa bersabar darinya pasti akan terjatuh pula ke dalam perbuatan zalim. Sebab, jiwa manusia seringkali berlebihan sehingga melampaui batas-batas keadilan dan tidak dapat menimbang dengan baik haknya yang harus didapatkan.

17. Meyakini bahwa bersabar terhadap kezaliman menjadi sebab diampuninya kesalahan dan diangkatnya derajat.

18. Sikap memaafkan dan sabar merupakan bala tentara seseorang yang paling tangguh untuk menundukkan lawannya. Seorang yang memaafkan dan bersabar akan disegani dan ditakuti oleh musuhnya. Lebih dari itu, orang lain akan membelanya walaupun dia berdiam diri.

19. Ketika seseorang memaafkan lawannya, akan tertanam keyakinan pada diri lawan tersebut bahwa dia (orang yang memaafkannya itu) berada pada sebuah tingkatan yang lebih tinggi darinya.

20. Sikap memaafkan adalah amal kebaikan yang akan mewariskan kebaikan-kebaikan lainnya. Demikianlah beberapa titian menuju kesabaran, semoga menjadi bekal utama bagi kita untuk memupuk diri di atas kesabaran.

رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ

“Wahai Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu).” (al-A’raf: 126)

Ditulis oleh Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi