Cara Puasa Ayyamul Bidh pada Bulan Dzulhijjah

Pertanyaan:

Pak Ustadz, saya mau tanya. Apakah di bulan Dzulhijjah tidak ada puasa Ayyamul Bidh? Karena, katanya ayyamul bidh itu tiga hari berturut-turut. Mohon penjelasannya. Terima kasih.

Jawaban:

Puasa Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, 15 setiap bulan hijriah) adalah salah satu cara puasa tiga hari setiap bulan. Ini cara yang paling utama.

Sejatinya, puasa tiga hari pada setiap bulan boleh dilakukan pada awal bulan, pertengahannya, atau di akhirnya. Puasa tersebut boleh dilakukan secara berturut-turut ataupun secara terpisah. Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha berkata,

لَمْ يَكُنْ يُبَالِي مِنْ أَيِّ أَيَّامِ الشَّهْرِ يَصُومُ

“(Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpuasa tiga hari setiap bulan), tanpa memedulikan kapan hari-hari beliau berpuasa pada bulan itu.” (HR. Muslim no. 1160)

Artinya, tanpa menentukan hari tertentu setiap bulannya.

Puasa tiga hari setiap bulan juga berdasarkan keumuman makna hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu,

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ: بِصِيَامِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَيِ الضُّحَى، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ

“Kekasihku (Rasulullah) shallallahu alaihi wa sallam berwasiat kepadaku kami dengan tiga wasiat: berpuasa tiga hari setiap bulan, shalat dua rakaat waktu dhuha, dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. al-Bukhari no. 1178 dan Muslim no. 721, 722)

Namun, apabila memungkinkan untuk melakukan puasa ini secara berturut-turut pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan hijriah, ini lebih utama. Dalilnya ialah hadits dari sahabat Abu Dzar radhiallahu anhu,

أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نَصُومَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ الْبِيضَ: ثَلَاثَ عَشْرَةَ، وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ، وَخَمْسَ عَشْرَةَ

“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintah kami agar berpuasa tiga hari bidh setiap bulan, yaitu tanggal 13, 14, dan 15.” (HR. an-Nasai 3/222 dan at-Tirmidzi no. 761)

Baca juga: Menggabungkan Niat Puasa Qadha dan Puasa Sunnah

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ صَائِمًا مِنَ الشَّهْرِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ، فَلْيَصُمِ الثَّلَاثَ الْبِيضَ

“Barang siapa di antara kalian yang ingin berpuasa setiap bulan, hendaknya dia berpuasa pada tiga hari bidh.” (HR. Ahmad 5/102. Syaikh al-Albani rahimahullah menilai hadits ini hasan dalam kitab Shahih Sunan an-Nasai no. 2277)

Pada bulan Dzulhijjah, tidak mungkin seseorang berpuasa pada tanggal 13 karena masih hari tasyriq. Hari tasyriq dilarang berpuasa. Namun, pada bulan tersebut ada hari yang utama untuk berpuasa, yaitu puasa hari Arafah. Apabila seseorang ingin menyempurnakannya menjadi tiga hari, cukup menambah dua hari lagi. Dia bisa mengerjakannya pada tanggal 14 dan 15, atau pada hari-hari yang lain.

Baca juga: Hukum Puasa 7 Hari di Awal Dzulhijjah

Perlu diketahui bahwa amalan yang rutin atau selalu dikerjakan, kemudian terhalang oleh faktor-faktor tertentu, seseorang tetap mendapatkan pahala amalan tersebut. Dalilnya ialah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“Apabila seseorang sakit atau safar, akan ditulis baginya (pahala amalan) yang biasa dia kerjakan ketika dia beramal sewaktu mukim (tidak safar) dan dalam keadaan sehat.” (HR. al-Bukhari no. 2996 dari sahabat Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu anhu)

Yang semisal dengan sakit dan safar adalah hari atau waktu yang dilarang melakukan amalan tertentu padanya.

Wallahu a’lam bish-shawab.

(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)