Bahaya Berloyalitas Dengan Orang Kafir

(ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak)

 

Islam adalah agama yang haq. Hanya Islam yang akan diterima oleh Allah l. Allah l berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” (Ali ‘Imran: 19)

Allah l berfirman:

“Barangsiapa mencari agama selain Islam, tidaklah akan diterima darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali ‘Imran: 85)

Rasulullah n berkata:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Demi Dzat yang jiwaku di tangan Nya, tidaklah ada seorang dari umat ini mendengarku, baik Yahudi atau Nasrani, kemudian dia mati dalam keadaan tidak beriman kepada apa yang aku diutus dengannya, maka dia adalah penghuni neraka.” (HR. Muslim)

Ketahuilah, di antara perkara yang telah diajarkan dalam Islam adalah menjauhi dan tidak berwala’ (loyalitas) kepada orang kafir. Allah l berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang-orang kafir sebagai wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (An-Nisa’: 144)

Allah l berfirman:

“Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu).” (Ali ‘Imran: 28)

Allah l berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu). Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Ma’idah: 51)

Ketahuilah, ada beberapa hal yang harus dilakukan, diperhatikan, dan dipenuhi dalam rangka menyempurnakan sikap bara’ (berlepas diri) terhadap orang kafir, di antaranya:

1. Meninggalkan (tidak mengikuti) hawa nafsu mereka. Allah l telah melarang mengikuti hawa nafsu mereka dalam Al-Qur’an, di antaranya:

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: ‘Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).’ Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang ilmu kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (Al-Baqarah: 120)

Allah l mengancam orang yang mengikuti hawa nafsu orang kafir dengan ancaman yang keras. Allah l berfirman:

“Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai hukum dalam bahasa Arab. Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu dari Allah.” (Ar-Ra’d: 37)

 

2. Tidak menaati perintah-perintah mereka, karena Allah l melarang kita taat kepada orang kafir dan menegaskan jika kaum mukminin menaati mereka niscaya mereka akan dikembalikan kepada kekufuran.

Allah l berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 149)

Allah l berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebagian dari orang-orang yang diberi Al-Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.” (Ali Imran: 100)

 

3. Tidak menyandarkan diri kepada orang kafir dan orang-orang zalim.

Allah l berfirman:

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim, yang menyebabkan kamu disentuh api neraka. Dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (Hud: 113)

Allah l berfirman:

“Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong kepada mereka. Jika terjadi demikian, benar-benarlah akan Kami timpakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapati seorang penolong pun terhadap Kami.” (Al-Isra: 74-75)

 

4. Tidak mencintai dan menyayangi musuh-musuh Allah l.

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (Al-Mujadilah: 22)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t menerangkan, “Allah l mengabarkan bahwasanya tidak ada orang mukmin yang mencintai orang kafir. Barangsiapa mencintai orang kafir (yakni mencintai karena agama) maka dia bukanlah mukmin.”

 

5. Tidak bertasyabbuh (menyerupai) orang kafir dalam perbuatan mereka yang dhahir/lahir. Karena hal tersebut akan menumbuhkan rasa cinta, kasih sayang, dan loyalitas dalam hati. Sebagaimana rasa cinta dalam batin akan menyebabkan ingin meniru secara lahir. Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah sabda Rasulullah n:

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka termasuk golongan mereka.”

(Lihat Sabilun Najah Wal Fikak min Muwalatil Murtaddin wa Ahli Asy-Syirk hal. 50-85)

 

Seruan Persatuan Agama bukan Ajaran Islam

Dari penjelasan di atas kita mengetahui bahwa Islam adalah satu-satunya agama di sisi Allah l dan Islam memerintahkan kaum muslimin untuk tidak berloyalitas apalagi mencintai serta berkasih sayang dengan orang kafir.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengingatkan para pembaca tentang satu bahaya yang harus kita waspadai dan kita peringatkan umat darinya. Yaitu munculnya orang-orang yang dianggap “tokoh” belakangan ini yang menyerukan seruan sesat: persatuan agama samawi (penyatuan agama Ibrahimiyah, persaudaraan lintas iman, atau istilah yang sejenis).

Ini adalah seruan yang kufur dan menyeret kepada kekufuran. Karena, seruan kufur ini sama dengan menyeru untuk tidak mengafirkan orang kafir. Lebih parah dari itu, sama dengan menolerir serta membenarkan keyakinan orang-orang kafir.

Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab t berkata, “Barangsiapa tidak mengkafirkan musyrikin atau ragu tentang kekafiran mereka atau membenarkan keyakinan mereka, maka dia telah terjatuh dalam kekafiran.” (Lihat risalah Nawaqidhul Islam)

Telah ada fatwa ulama dalam masalah ini, di antaranya fatwa Al-Lajnah Ad-Da’imah no. 19402, 25 Muharam 1418 H, tersebut dalam poin ke-8 dalam fatwa tersebut:

“Seruan kepada persatuan agama jika muncul dari seorang muslim jelas merupakan kemurtadan dari agama Islam karena berlawanan dengan pokok-pokok aqidah. Karena (dia) menyeru untuk meridhai kekufuran kepada Allah l, mengingkari kebenaran Al-Qur’an dan keadaannya yang menghapus kitab-kitab sebelumnya, mengingkari bahwa Islam menghapus seluruh agama, syariat, dan lainnya. Berdasarkan hal ini maka seruan tersebut adalah pemikiran yang tertolak secara syar’i dan dipastikan keharamannya, berdasarkan semua dalil syar’i dalam Islam dari Al-Qur’an, As-Sunnah, dan ijma’.” (Dinukil dari Risalah Tsalats Fatawa Muhimmah)

 

Seruan Persatuan Agama Adalah Pemikiran Yahudi-Nasrani

Seruan ini sebetulnya seruan yang berasal dari kaum Yahudi dan Nasrani untuk menyesatkan dan memurtadkan kaum muslimin. Berdasarkan perjalanannya dalam sejarah, seruan mereka ini mengalami empat marhalah (fase):

1. Di zaman Rasulullah n

Allah l telah memberitakan bagaimana usaha Yahudi dan Nasrani untuk memurtadkan kaum muslimin dari agamanya, mengembalikan mereka kepada kekufuran dan menyeru untuk mengikuti Yahudi atau Nasrani.

Allah l berfirman:

“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah: 109)

Dan mereka berkata: “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah: “Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik.” (Al-Baqarah: 135)

2. Marhalah kedua adalah menyeru kepada pemikiran ini setelah habisnya masa tiga generasi utama.

Muncul kembali di masa ini seruan kufur ini dengan slogan bahwa Yahudi, Nasrani, dan Islam adalah seperti mazhab yang empat yang ada pada kaum muslimin. Pemikiran ini diterima oleh sebagian penyeru “wihdatul wujud”, ahlul hulul wal ittihad, orang-orang sesat dari kalangan Shufiyah (sufi) di Mesir, Syam, dan Persia serta sebagian negeri non-Arab. Demikian juga orang-orang sesat dari kalangan Rafidhah. Kesesatan mereka sampai taraf membolehkan seseorang masuk Yahudi atau Nasrani, bahkan menyatakan Yahudi dan Nasrani lebih afdhal (utama). Syaikhul Islam t telah membahas dan menyingkap kebobrokan mereka dalam kitab-kitabnya (lihat Majmu’ Fatawa). Di antara orang-orang ekstrem yang telah dibantah Ibnu Taimiyah adalah: Al-Hallaj, Ibnu ‘Arabi, At-Tilmisani, dan Ibnu Hud.

3. Marhalah ketiga adalah menyeru kepada pemikiran ini di pertengahan abad ke-14 H.

Seruan kepada kekufuran ini kemudian kembali didengungkan pada masa tersebut yang dipelopori kelompok Freemasonry yaitu gerakan Yahudi untuk menguasai dunia dan menyebarkan kesesatan dengan: Menyeru persatuan agama, menolak ta’ashub karena semua beriman kepada Allah l. Di antara yang terjerat jaring dakwah mereka adalah Jamaludin Al-Afghani dan Muhammad Abduh. Di antara ulah Muhammad Abduh adalah bersama seorang Iran, Muhammad Baqir Al-Irani, yang telah masuk Nasrani kemudian kembali kepada Islam, dan beberapa orang lainnya membuat satu organisasi Jum’iyah Ta’lif wa Taqrib (Penyatuan dan Pendekatan). Inti kerja perkumpulan ini adalah mendekatkan (menyatukan) tiga agama.

4. Marhalah keempat adalah menyeru kepada pemikiran ini di masa sekarang

Di akhir abad ke-14 sampai zaman kita ini, Yahudi dan Nasrani kembali menyuarakan persatuan agama ini dengan berbagai macam slogan:

– Persatuan pengikut Musa q, Isa q, dan Muhammad n

– Seruan persatuan agama Ibrahimiyah, dan slogan-slogan lainnya.

(Lihat tentang perkembangan pemikiran ini dalam kitab Al-Ibthal li Nazhariyatil Khalth baina Dinil Islam wa Ghairiha minal Adyan hal. 16-24)

Kami paparkan perkembangan pemikiran kufur ini agar jelas bagi kita bahwa pemikiran ini berasal dari Yahudi dan Nasrani, yang dibungkus dengan slogan-slogan yang menipu kaum muslimin.

Oleh karenanya seorang muslim tidak boleh menerima seruan tersebut, apalagi mengikuti pertemuan-pertemuan/muktamar-muktamar mereka. Bahkan seorang muslim haruslah menolak dan memperingatkan umat dari pemikiran sesat ini serta mengusirnya dari negeri kaum muslimin. Pemerintahan muslim wajib menghukum para penyeru pemikiran ini dengan hukuman atas seorang murtad. Ini semua dalam rangka menjaga agama, dan sebagai sebuah bentuk ketaatan kepada Allah l dan Rasul-Nya n serta menjaga aqidah kaum muslimin.

Ketahuilah, barakallahu fikum (semoga Allah l memberkahi Anda sekalian), makar Yahudi dan Nasrani yang didukung para “tokoh” kesesatan untuk memurtadkan kaum muslimin akan terus bergulir. Allah l berfirman:

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran) seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 217)

Mudah-mudahan sedikit yang kami sampaikan ini bisa menjadi peringatan dan menjadi bekal bagi kita semua untuk senantiasa menjaga diri kita dan keluarga dari makar orang-orang kafir.

Wallahu a’lam.