• Majalah Islam AsySyariah
Jumat, Maret 5, 2021
Majalah Asy Syariah
  • Beranda
  • Majalah
    • Tebar Asy-Syariah
    • Daftar Agen
    • Majalah Asy Syariah – Digital
  • Tanya Jawab
  • Artikel
    • All
    • Akhlak
    • Akidah
    • Doa
    • Hadits
    • Kajian Utama
    • Khutbah Jumat
    • Manhaji
    • Pengantar Redaksi
    • Permata Salaf
    • Surat Pembaca
    • Tafsir
    Akidah Ahmadiyah

    Akidah Ahmadiyah

    Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

    Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

    Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

    Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

    Kenabian dan Kerasulan Berakhir dengan Kenabian dan Kerasulan Muhammad

    Kenabian dan Kerasulan Berakhir dengan Kenabian dan Kerasulan Muhammad

    Biografi Syaikh Abdul Aziz bin Baz

    Biografi Syaikh Abdul Aziz bin Baz

    Jenis-Jenis Harta yang Terkena Zakat

    Jenis-Jenis Harta yang Terkena Zakat

    Trending Tags

    • Audio
      • Audio Tanya Jawab
      • Audio Kajian
      • Audio Khutbah Jumat
      • Audio Kutipan
    • Ebook
    No Result
    View All Result
    Majalah Asy Syariah
    • Beranda
    • Majalah
      • Tebar Asy-Syariah
      • Daftar Agen
      • Majalah Asy Syariah – Digital
    • Tanya Jawab
    • Artikel
      • All
      • Akhlak
      • Akidah
      • Doa
      • Hadits
      • Kajian Utama
      • Khutbah Jumat
      • Manhaji
      • Pengantar Redaksi
      • Permata Salaf
      • Surat Pembaca
      • Tafsir
      Akidah Ahmadiyah

      Akidah Ahmadiyah

      Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

      Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

      Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

      Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

      Kenabian dan Kerasulan Berakhir dengan Kenabian dan Kerasulan Muhammad

      Kenabian dan Kerasulan Berakhir dengan Kenabian dan Kerasulan Muhammad

      Biografi Syaikh Abdul Aziz bin Baz

      Biografi Syaikh Abdul Aziz bin Baz

      Jenis-Jenis Harta yang Terkena Zakat

      Jenis-Jenis Harta yang Terkena Zakat

      Trending Tags

      • Audio
        • Audio Tanya Jawab
        • Audio Kajian
        • Audio Khutbah Jumat
        • Audio Kutipan
      • Ebook
      No Result
      View All Result
      Majalah Asy Syariah
      No Result
      View All Result
      Home Majalah Edisi 041 s.d. 050 Asy Syariah Edisi 050

      Berbuat Baik kepada Sesama

      Oleh Redaksi
      16/06/2020
      di Asy Syariah Edisi 050, Mutiara Kata
      0
      berbuat baik pada sesama

      Menyambung pembicaraan terdahulu tentang kunci-kunci rezeki, maka perlu kita ketahui ada amalan lain yang apabila dilakukan oleh seorang hamba akan memudahkan datangnya rezekinya. Amalan tersebut ialah berinfak fi sabilillah.

      Siapa yang menginfakkan atau membelanjakan hartanya dalam kebaikan, Allah subhanahu wa ta’ala akan menggantinya di dunia. Kelak di akhirat disediakan pahala yang berlipat ganda. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

      قُلۡ إِنَّ رَبِّي يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُ لَهُۥۚ وَمَآ أَنفَقۡتُم مِّن شَيۡءٍ فَهُوَ يُخۡلِفُهُۥۖ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلرَّٰزِقِينَ

      “Katakanlah (wahai Nabi), ‘Sesungguhnya Rabbku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi siapa yang dikehendaki-Nya.’ Dan apa saja yang kalian nafkahkan/infakkan maka Dia akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (Saba: 39)

      Orang yang berinfak akan beroleh ganti di dunia. Di akhirat kelak mendapatkan ganjaran dan pahala, kata al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya. (Tafsir Ibni Katsir, 6/331)

      Baca juga:

      Allah Musnahkan Riba dan Suburkan Sedekah

      Syaikh Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di rahimahullah mengatakan,

      “Apa saja yang kalian nafkahkan/infakkan, berupa nafkah yang wajib ataupun mustahab/sunnah, untuk kerabat, tetangga, orang miskin, anak yatim, atau selainnya, Allah subhanahu wa ta’ala akan menggantinya. Karena itu, janganlah kalian menyangka bahwa berinfak itu mengurangi rezeki.

      Allah subhanahu wa ta’ala—Dzat yang melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya—justru berjanji akan memberi ganti kepada orang yang berinfak. Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya, maka mintalah rezeki dari-Nya dan berupayalah menempuh sebab-sebab yang diperintahkan-Nya kepada kalian.” (Taisir al-Karimir Rahman)

      Ayat lain yang bisa kita bawakan sebagai bukti bahwa orang yang berinfak akan murah rezekinya adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,

      ٱلشَّيۡطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ وَيَأۡمُرُكُم بِٱلۡفَحۡشَآءِۖ وَٱللَّهُ يَعِدُكُم مَّغۡفِرَةً مِّنۡهُ وَفَضۡلًاۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

      “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kefakiran dan menyuruh kalian berbuat fahisyah (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dari-Nya untuk kalian dan karunia-Nya.” (al-Baqarah: 268)

      Baca juga:

      Bakhil terhadap Karunia Allah

      Ibnu Abbas radhiallahu anhuma berkata tentang ayat di atas,

      “Dua hal dari Allah dan dua hal dari setan. Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kefakiran. Dia berkata, ‘Jangan engkau infakkan hartamu dan tahanlah karena engkau membutuhkannya.’ Dia juga menyuruh kalian berbuat fahisyah (kikir).

      Sementara itu, Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan ampunan dari-Nya untuk kalian dari maksiat-maksiat yang dilakukan, dan berjanji memberikan karunia-Nya berupa keutamaan dalam hal rezeki.” (Tafsir ath-Thabari, 3/88, atsar no. 6167)

      Dalam Tafsir al-Khazin[1] (1/204) dinyatakan bahwa ampunan merupakan isyarat yang menunjukkan pada kemanfaatan akhirat. Adapun karunia/keutamaan menunjukkan kemanfaatan dunia dan rezeki berikut ganti yang diperoleh.

      Baca juga:

      Mengutamakan Akhirat di Atas Dunia

      Al-Qadhi Ibnu Athiyyah[2] rahimahullah berkata dalam tafsirnya, “Maghfirah atau ampunan adalah ditutup/dihapusnya kesalahan para hamba-Nya di dunia dan di akhirat. Adapun al-fadhl atau karunia/keutamaan adalah rezeki di dunia, mendapatkan keluasan di dalamnya, dan mendapatkan nikmat di akhirat.” (al-Muharrarul Wajiz fi Tafsir al-Kitabil ‘Aziz, 1/364)

      Syaikh Muhammad ibnu Shalih al-Utsaimin rahimahullah menyebutkan beberapa faedah dari ayat di atas. Di antaranya:

      1. Setan dapat memberikan tipu daya guna menyesatkan manusia.

      Hal ini ditunjukkan dalam firman-Nya,

      ٱلشَّيۡطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلۡفَقۡرَ

      “Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kefakiran.” (al-Baqarah: 268)

      1. Setan dapat memengaruhi manusia untuk berani berbuat sesuatu atau menghalangi untuk berbuat sesuatu.

      Misalnya, setan menyuruhnya berzina dan menghias-hiasi perbuatan zina tersebut hingga akhirnya ia berani berzina. Di arah lain, setan menyuruhnya kikir dan menakut-nakutinya dengan kemiskinan apabila ia menginfakkan hartanya hingga ia pun enggan berinfak.

      1. Tidak ada yang membuka pintu-pintu kesialan kecuali para setan.

      Setan ini membuka untukmu pintu kesialan. Dia berkata, “Apabila hari ini engkau berinfak, besok engkau akan jadi orang miskin. Karena itu, jangan berinfak.”

      1. Kikir termasuk perbuatan fahisyah (keji).

      2. Siapa yang menyuruh orang lain untuk menahan harta agar tidak diinfakkan di jalan kebaikan, berarti dia serupa dengan setan.

      3. Kabar gembira bagi orang yang berinfak bahwa dia akan beroleh ampunan dan tambahan harta.

      Apabila ada yang bertanya, “Bagaimana bentuk tambahan yang diperoleh orang yang berinfak, sementara kenyataannya saat dikeluarkan infak, harta akan berkurang? Seperti seseorang yang sebelumnya memiliki sepuluh dirham, lalu dia infakkan satu dirham. Tentu hartanya tinggal sembilan dirham. Dari sisi mana tambahannya?”

      Jawabannya, tambahan pahala di akhirat kelak tentunya jelas. Sebab, satu kebaikan akan dibalas dengan 10—700 kali lipat, bahkan berlipat ganda.

      Adapun tambahan di dunia, hal ini dilihat dari beberapa sisi:

      a. Terkadang Allah subhanahu wa ta’ala membukakan satu pintu rezeki bagi seseorang yang sebelumnya tidak terpikirkan di benaknya sehingga bertambahlah hartanya.

      b. Allah subhanahu wa ta’ala menjaga harta seseorang agar tidak rusak/hilang dan semisalnya.

      Seandainya si pemilik tidak bersedekah, niscaya harta itu akan binasa. Dengan berinfak, dia akan melindungi hartanya dari kebinasaan.

      c. Diperolehnya berkah dalam berinfak.

      Dengan berinfak, walau sedikit, akan didapatkan buah yang sangat besar. Sementara itu, apabila berkah pada harta dicabut, niscaya harta akan dihambur-hamburkan dalam perkara yang tidak bermanfaat atau justru memudaratkan si pemiliknya. (Tafsir al-Qur’anil Karim, 3/347—349)

      Abu Hurairah radhiallahu anhu menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

      قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ أُنْفِقْ عَلَيْكَ

      Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya Aku akan memberi infak kepadamu.” (HR. al-Bukhari no. 5352 dan Muslim no. 2305)

      Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

      مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيْهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا. وَيَقُوْلُ الْآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا

      Tidak ada satu hari ketika para hamba berpagi hari melainkan ada dua malaikat yang turun. Salah satunya berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak.” Yang lain mengatakan, “Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang kikir.” (HR. al-Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 2333)

      Sementara itu, kita tahu bahwa doa malaikat mustajab di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. Sebab, mereka tidaklah mendoakan seseorang kecuali dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

      يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡ وَلَا يَشۡفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ٱرۡتَضَىٰ وَهُم مِّنۡ خَشۡيَتِهِۦ مُشۡفِقُونَ

      “Dan mereka (para malaikat itu) tidaklah memberikan syafaat (untuk seorang pun) kecuali orang yang Allah ridhai dan mereka takut kepada-Nya.” (al-Anbiya: 28)

      Baca juga:

      Mengharap Syafaat pada Hari Kiamat

      Imam al-­Baihaqi rahimahullah meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Bilal radhiallahu anhu,

      أَنْفِقْ يَا بِلَالُ، وَلاَ تَخْشَ مِنْ ذِيْ العَرْشِ إِقْلاَلاً

      “Berinfaklah wahai Bilal! Jangan engkau khawatir menjadi fakir dan tidak memiliki apa-apa dari Dzat Pemilik Arsy.” (Syu’abul Iman, dinilai sahih oleh al-Albani rahimahullah karena banyak jalan/jalurnya. Lihat al-Misykat hadits no. 1885)

      Alangkah kuatnya jaminan yang diberikan untuk orang yang berinfak! Apakah mungkin Dzat yang memiliki Arsy, Allah subhanahu wa ta’ala, akan menghinakan orang yang berinfak di jalan-Nya sehingga akhirnya orang itu meninggal dalam keadaan fakir, tidak memiliki apa-apa? Tentu, jawabnya tidak.

      Syaikh al-Mulla Ali al-Qari rahimahullah menjelaskan hadits di atas,

      “Apakah engkau takut, Dzat yang mengatur perkara dari langit ke bumi akan menyia-nyiakan orang yang semisalmu? Maksudnya, apakah engkau takut Dzat yang rahmat-Nya meliputi seluruh penduduk langit dan bumi, yang mukmin dan yang kafir, burung-burung dan hewan melata, akan mengecewakan harapanmu dan menyedikitkan rezekimu?” (Mirqatul Mafatih, 4/389)

      Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah berkisah,

      بَيْنَا رَجُلٌ بِفَلاَةٍ مِنَ الْأَرْضِ، فَسَمِعَ صَوْتًا فِي سَحَابَةٍ: اسْقِ حَدِيْقَةَ فُلاَنٍ. فَتَنَحَّى ذَلِكَ السَّحَابُ، فَأَفْرَغَ مَاءَهُ فِي حَرَّةٍ، فَإِذَا شَرْجَةٌ مِنْ تِلْكَ الشِّرَاجِ قَدِ اسْتَوْعَبَتْ ذَلِكَ الْمَاءَ كُلَّهُ. فَتَتَبَّعَ الْمَاءَ، فَإِذَا رَجُلٌ قَائِمٌ فِي حَدِيْقَتِهِ يُحَوِّلُ الْمَاءَ بِمِسْحَاتِهِ.

      فَقَالَ لَهُ: يَا عَبْدَ اللهِ، مَا اسْمُكَ؟ قَالَ: فُلاَنٌ؛ لِلْاِسْمِ الَّذِي سَمِعَ فِي السَّحَابَةِ. فَقَالَ لَهُ: يَا عَبْدَ اللهِ، لِمَ تَسْأَلُنِي عَنِ اسْمِي؟ فَقَالَ: إِنِّي سَمِعْتُ صَوْتًا فِي السَّحاَبِ الَّذي هَذا مَاؤُهُ، يَقُوْلُ: اسْقِ حَدِيْقَةَ فُلاَنٍ؛ لِاسْمِكَ، فَمَا تَصْنَعُ فِيْهَا؟

      قَالَ: أَمَّا إِذَا قُلْتَ هَذَا، فَإِنِّي أَنْظُرُ إِلَى ماَ يَخْرُجُ مِنْهَا، فَأَتَصَدَّقَ بِثُلُثِهِ، وَآكُلُ أَنَا وَعِيَالِي ثُلُثًا، وَأَرُدُّ فِيْهَا ثُلُثَهُ -وَفِي رِوَايَةٍ: وَأَجْعَلُ ثُلُثَهُ فِي الْمَسَاكِيْنِ وَالسَّائِلِْينَ وَابْنِ السَّبِيْلِ

      Baca juga:

      Buah Kedermawanan

      Tatkala seorang lelaki berada di padang yang luas, ia mendengar sebuah suara di awan, “Airilah kebun si Fulan.”

      Awan tersebut mengarah ke suatu tempat, lalu mencurahkan airnya di tanah yang berbatu hitam. Ternyata satu selokan dari beberapa selokan yang ada telah menampung air hujan itu seluruhnya. Lelaki tersebut mengikuti aliran air. Akhirnya, ia bertemu dengan seorang lelaki yang berdiri di kebunnya, sedang memindahkan air dengan cangkulnya.

      Ia pun bertanya, “Wahai hamba Allah! Siapakah namamu?”

      “Fulan,” jawabnya, dengan menyebut nama yang didengarnya di awan.

      “Wahai hamba Allah! Mengapa engkau menanyakan namaku?” si pemilik kebun balik bertanya.

      “Aku mendengar sebuah suara di awan yang mencurahkan airnya ke kebunmu ini, ‘Airilah kebun si Fulan.’ dengan menyebut namamu. Aku ingin tahu, apa yang engkau lakukan pada kebunmu ini sehingga engkau mendapat pengkhususan demikian,” katanya meminta penjelasan.

      Si pemilik kebun menjelaskan, “Adapun apabila memang seperti yang engkau katakan, aku biasa melihat hasil panen kebunku ini untuk aku sedekahkan sepertiganya. Sepertiga lagi aku makan bersama keluargaku. Sepertiga yang tersisa aku kembalikan ke kebunku (untuk keperluan menanam kembali).”

      Dalam satu riwayat, “Aku berikan sepertiganya untuk orang-orang miskin, peminta-minta, dan ibnusabil.” (HR. Muslim no. 7398)

      Baca juga:

      Jangan Meremehkan Satu Kebaikan Pun

      An-Nawawi rahimahullah berkata,

      “Hadits ini menunjukkan keutamaan sedekah dan berbuat baik kepada orang miskin dan ibnusabil. Sebagaimana hadits ini menunjukkan keutamaan seseorang yang makan dari hasil usaha/ keringatnya sendiri dan keutamaan memberi infak kepada keluarga.” (al-Minhaj, 18/315)

      Infak untuk Penuntut Ilmu Syariat

      Anas bin Malik radhiallahu anhu berkata,

      كَانَ أَخَوَانِ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَانَ أَحَدُهُمَا يَأْتِي النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ—وَفِي رِوَايَةٍ: يَحْضُرُ حَدِيْثَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَجْلِسَهُ—وَالْآخَرُ يَحْتَرِفُ. فَشَكَا الْمُحْتَرِفُ أَخَاهُ إِلَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِنَّ هَذَا أَخِيْ لاَ يُعِيْنُنِيْ بِشَيْءٍ. فَقَالَ: لَعَلَّكَ تُرْزَقُ بِهِ

      Ada dua orang bersaudara pada masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Yang satu biasa mendatangi Nabi shallallahu alaihi wa sallam (dalam satu riwayat: ia menghadiri hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan majelis beliau) sedangkan yang satunya lagi sibuk bekerja.

      Suatu ketika yang bekerja mengadukan saudaranya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, saudaraku ini tidak membantuku sedikitpun untuk mencari penghidupan.”

      Nabi shallallahu alaihi wa sallam malah mengatakan, “Mungkin kamu diberi rezeki karena dia.” (HR. at-Tirmidzi no. 2345, dinilai sahih dalam al-Misykat no. 5308 dan ash-Shahihah no. 2769)

      Baca juga:

      Bantuan Kepedulian dengan Keikhlasan

      Al-Mubarakfuri menjelaskan hadits ini bahwa makna sabda beliau “Mungkin kamu diberi rezeki karena dia,” maksudnya aku berharap dan aku khawatir kamu diberi rezeki justru dengan sebab berkah saudaramu, karena dia diberi rezeki dari hasil pekerjaanmu. Oleh sebab itu, kamu jangan merasa telah memberi anugerah kepadanya dengan perbuatanmu.” (Tuhfatul Ahwadzi, “Kitabuz Zuhd”, “Bab at-Tawakkul ‘alallah”)

      Hadits di atas menunjukkan bahwa memberi infak kepada penuntut ilmu syariat yang mempelajari agama Allah subhanahu wa ta’ala, belajar Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, juga termasuk kunci rezeki.

      Berbuat Baik kepada Orang-Orang Lemah

      Mush’ab ibnu Sa’d ibnu Abi Waqqash menceritakan bahwa ayahnya, Sa’d radhiallahu anhu merasa punya kelebihan/keutamaan dibandingkan dengan para sahabat yang lain. Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu mengingatkan,

      هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ

      “Tidakkah kalian ditolong terhadap musuh-musuh kalian, dan tidakkah kalian diberi rezeki melainkan karena orang-orang lemah kalian?” (HR. al-Bukhari no. 2896)

      Al-Muhallab berkata sebagaimana dinukil dalam Fathul Bari (6/109),

      “Nabi shallallahu alaihi wa sallam menginginkan dengan ucapan tersebut untuk mendorong Sa’d agar tawadhu, tidak menyombongkan diri di hadapan orang lain dan tidak meremehkan seorang muslim dalam seluruh keadaan.”

      Baca juga:

      Menjaga Hak Orang-orang yang Lemah

      Dengan demikian, siapa yang ingin mendapatkan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala dan beroleh rezeki dari-Nya, hendaklah ia berbuat baik kepada orang-orang lemah dari kalangan orang fakir, miskin, anak yatim, janda, dan semisalnya.

      Mengapa pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala diberikan lewat mereka?

      Al-Mundziri menerangkan bahwa ibadah orang-orang lemah dan doa mereka lebih ikhlas. Sebab, hati mereka bersih dari ketergantungan pada perhiasan dunia. Selain itu, keinginan mereka hanya satu sehingga doa mereka dikabulkan dan amalan mereka bersih. (‘Aunul Ma’bud, “Kitabul Jihad”, “Bab fil Intishar bi Radzlil Khail wadh Dha’fah”)

      Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam pernah menyatakan bahwa ridha beliau didapatkan dengan berbuat ihsan/kebaikan kepada orang-orang lemah. Imam Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan al-Hakim meriwayatkan dari Abud Darda radhiallahu anhu, ia berkata,

      “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

      أَبْغُوْنِي الضُّعَفَاءَ،  فَإِنَّمَا  تُرْزَقُوْنَ  وَتُنْصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ

      “Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah kalian. Sebab, kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah kalian.” (Dinilai sahih oleh al-Albani rahimahullah dalam ash-Shahihah no. 779)

      Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.


      [1] Nama lainnya Lubabut Ta’wil fi Ma’anit Tanzil, karya ‘Alauddin ibnu Ali ibni Muhammmad ibni Ibrahim al-Baghdadi, semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmati beliau. Beliau masyhur dengan sebutan al-Khazin, wafat pada 725 H.

      [2] Beliau adalah al-Qadhi Abu Muhammad Abdul Haq ibnu Ghalib ibnu Athiyyah al-Andalusi rahimahullah, wafat pada 546 H.

      Ditulis oleh Ustadzah Ummu Ishaq al-Atsariyah

       

       

      Tags: berbuat baikihsaninfakkeutamaan sedekah
      Previous Post

      Talak Raj'i dan Talak Ba'in

      Next Post

      Hukum Takziah (Melayat) Kerabat yang Kafir

      Related Posts

      Jangan Percaya Ramalan Bintang

      Jangan Percaya Ramalan Bintang

      Oleh Redaksi
      31/01/2021
      0

      Horoskop atau mudahnya kita sebut ramalan nasib seseorang dengan melihat bintang kelahirannya, termasuk satu kolom atau rubrik yang laris manis...

      Saat Pengabulan Doa

      Saat Pengabulan Doa

      Oleh Redaksi
      03/12/2020
      0

      Allah Yang Maha Penyayang pasti mengabulkan doa-doa hamba-Nya, karena Dia Yang Mahatinggi telah berfirman, وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ...

      Next Post
      Hukum Takziah (Melayat) Kerabat yang Kafir

      Hukum Takziah (Melayat) Kerabat yang Kafir

      Sebab-Sebab Penghapus Dosa

      Sebab-Sebab Penghapus Dosa

      Aktual

      Menyebut Kata Tuhan di Kamar Mandi

      Oleh Redaksi
      05/03/2021
      0
      Menyebut Kata Tuhan di Kamar Mandi
      Aktual

      Pertanyaan: Bolehkah menyebut kata ‘Tuhan’ (bukan ‘Allah’) di kamar mandi? Jawaban: Kata Tuhan adalah terjemahan dari ilah atau Rabb. Maknanya...

      Selengkapnya

      Apakah Sifat Dayyuts Hanya Bagi Laki-Laki?

      Oleh Redaksi
      05/03/2021
      0
      Apakah Sifat Dayyuts Hanya Bagi Laki-Laki?
      Aktual

      Pertanyaan: Apakah dayyuts (tidak adanya rasa cemburu terhadap keluarga yang melakukan kemaksiatan) hanya berlaku bagi laki-laki saja? Bagaimana dengan perempuan...

      Selengkapnya

      Artikel Terbaru

      Akidah Ahmadiyah
      Asy Syariah Edisi 041

      Akidah Ahmadiyah

      Oleh Redaksi
      15/02/2021
      0

      Kelompok Ahmadiyah memiliki akidah yang sangat bertolak belakang dengan akidah kaum muslimin pada umumnya. Oleh karena itu, seharusnya mereka tidak...

      Selengkapnya
      Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

      Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

      14/02/2021
      Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

      Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

      13/02/2021

      Audio Terbaru

      Cadar & Celana Cingkrang, Simbol Radikalisme?

      Cadar & Celana Cingkrang, Simbol Radikalisme?

      Oleh Redaksi
      31/10/2020
      0

      Pertanyaan: Apakah cadar dan celana panjang di atas mata kaki (cingkrang) adalah simbol radikalisme, atau simbol anti-merah putih NKRI? Pertanyaan...

      takaran 1 sho' zakat fitrah

      Ukuran Zakat Fitrah Sesuai Ukuran Sha’ di Zaman Nabi

      Oleh Redaksi
      22/05/2020
      0

      Tanya: Bismillah Telah beredar luas sebuah potongan video yang berisi penjelasan ukuran zakat fitrah sesuai ukuran sha’ di zaman Nabi,...

      Tolak Bencana musibah dengan Takwa

      Tolak Musibah dengan Takwa

      Oleh Redaksi
      13/05/2020
      0

      Link Download Audio Untuk menolak bala tersebut... Untuk menolak musibah tersebut, solusi yang Allah dan Rasul sebutkan...

      nasihat untuk tenaga medis terkait wabah covid19

      Nasihat dan Dukungan untuk Tenaga Medis Terkait Covid-19

      Oleh Redaksi
      27/03/2020
      0

      Link Download Audio Kepada para tenaga medis yang berkecimpung dalam penanganan pasien virus Corona (Covid-19), saya menasihatkan...

      Majalah Asy Syariah (versi digital)

      Selain versi cetak, tersedia pula Majalah Asy Syariah dalam versi digital, Untuk membaca versi digital, Anda bisa mengunduhnya di Smartphone Android anda dengan menggunakan Aplikasi Google Play Book

      KUNJUNGI MAJALAH ASY SYARIAH DI GOOGLE PLAY BOOK

      AsySyariah edisi khusus 02 Mengapa Teroris Tidak Pernah Habis?

      Kontak

      Redaksi: 0813-2807-8414
      Sirkulasi: 0858-7852-5401
      Layanan: 0823-2741-2095
      Email: asysyariah@gmail.com

      Tentang Majalah AsySyariah

      Majalah AsySyariah adalah Majalah ahlussunnah wal jamaah di Indonesia. Membahas dan menampilkan pembahasan artikel berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah dengan apa yang di pahami oleh generasi awal umat ini.

      Alamat

      Jl. Titi Bumi - Potrojoyo 2 No. 082 (gg. Kenanga 26B) RT 01 Patran, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55599

      • Majalah Islam AsySyariah
      • Pengiriman
      • Daftar Agen

      © 1442 H Majalah Asy Syariah
      Web Desain oleh DakwahStudio.

      No Result
      View All Result
      • Beranda
      • Majalah
        • Tebar Asy-Syariah
        • Daftar Agen
        • Majalah Asy Syariah – Digital
      • Tanya Jawab
      • Artikel
      • Audio
        • Audio Tanya Jawab
        • Audio Kajian
        • Audio Khutbah Jumat
        • Audio Kutipan
      • Ebook

      © 1442 H Majalah Asy Syariah
      Web Desain oleh DakwahStudio.