Turunnya Nabi Isa di Akhir Zaman

Kebenaran dari kisah Nabi Isa alaihis salam adalah hal yang masih samar bagi sebagian kaum muslimin, terlebih keyakinan kaum Nasrani yang meyakini bahwa Nabi Isa telah wafat karena disalib, membuat kisah ini menjadi semakin rancu. Lantas, bagaimana kisah beliau alaihis salam yang sebenarnya?

Siapakah Isa al-Masih?

Dia adalah Isa[1] bin (putra) Maryam, seorang hamba Allah, utusan-Nya, dan nabi-Nya. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan sendiri oleh Nabi Isa alaihis salam, dalam firman-Nya,

قَالَ إِنِّي عَبۡدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِيَ ٱلۡكِتَٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا ٣٠

“Dia (Isa) berkata, ‘Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.

وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيۡنَ مَا كُنتُ وَأَوۡصَٰنِي بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمۡتُ حَيًّا ٣١

Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;

وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَتِي وَلَمۡ يَجۡعَلۡنِي جَبَّارًا شَقِيًّا ٣٢

dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.

Baca juga: Ayah Bunda, Terimalah Baktiku

وَٱلسَّلَٰمُ عَلَيَّ يَوۡمَ وُلِدتُّ وَيَوۡمَ أَمُوتُ وَيَوۡمَ أُبۡعَثُ حَيًّا ٣٣

Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’

ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ قَوۡلَ ٱلۡحَقِّ ٱلَّذِي فِيهِ يَمۡتَرُونَ ٣٤

Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.

مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٖۖ سُبۡحَٰنَهُۥٓۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٣٥

Tidak patut bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ maka jadilah ia.

وَإِنَّ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۚ هَٰذَا صِرَٰطٞ مُّسۡتَقِيمٌ ٣٦

(Isa berkata), ‘Dan sesungguhnya Allah itu Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia. Ini adalah jalan yang lurus.

فَٱخۡتَلَفَ ٱلۡأَحۡزَابُ مِنۢ بَيۡنِهِمۡۖ فَوَيۡلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن مَّشۡهَدِ يَوۡمٍ عَظِيمٍ ٣٧

Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka (Yahudi dan Nasrani). Maka celakalah orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang agung.” (Maryam: 30—37)

Baca juga: Yahudi dan Nasrani adalah Orang-Orang Kafir

إِنۡ هُوَ إِلَّا عَبۡدٌ أَنۡعَمۡنَا عَلَيۡهِ وَجَعَلۡنَٰهُ مَثَلًا لِّبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ

“Dia (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat (kenabian) kepadanya dan Kami jadikan dia sebagai bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.” (az-Zukhruf: 59)

مَّا ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُ وَأُمُّهُۥ صِدِّيقَةٌۖ كَانَا يَأۡكُلَانِ ٱلطَّعَامَۗ ٱنظُرۡ كَيۡفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ ٱلۡأٓيَٰتِ ثُمَّ ٱنظُرۡ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ

“Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah diutus beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahli Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh keinginan mereka).” (al-Maidah: 75)

Sebenarnya masih banyak ayat lain yang menegaskan hal ini. Namun, apa yang telah disebutkan sudah cukup menjelaskan siapakah Nabi Isa alaihis salam sebenarnya.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ubadah bin ash-Shamit radhiallahu anhu juga disebutkan, bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَأَنَّ عِيسَى عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ أَدْخَلَهُ اللهُ الْجَنَّةَ عَلىَ مَا كَانَ مِنَ الْعَمَلِ

“Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah, tiada sekutu bagi-Nya; Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, Isa adalah hamba-Nya, rasul-Nya, serta kalimat-Nya yang Allah tiupkan kepada Maryam; dan bahwa surga dan neraka itu benar adanya; maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga sesuai dengan amalannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Makna Syahadat Muhammad Rasulullah

Dengan demikian, Nabi Isa alaihis salam adalah seorang hamba yang sama sekali tidak memiliki sifat ketuhanan, tidak pula berhak diibadahi ataupun dijadikan tuhan. Beliau adalah seorang rasul yang wajib diimani, dicintai, dan dihormati. Namun, semua itu tidak akan mengangkat kodrat beliau melebihi manusia biasa. Beliau tetap tidak boleh dihinakan, dilecehkan, lebih-lebih dikatakan sebagai anak zina.

Sifat Fisik Nabi Isa

Beliau adalah seorang lelaki berpostur sedang, tidak tinggi dan tidak pula pendek; kulitnya kemerahan; dadanya bidang[2]; rambutnya lurus mencapai ujung telinganya, disisir rapi hingga menutupi kedua pundaknya[3]. Rambutnya meneteskan air seolah-olah baru keluar dari kamar mandi[4].

Sikap yang Benar Terhadap Nabi Isa

Beliau adalah seorang nabi yang memiliki kedudukan tinggi dalam Islam. Namun, hal ini justru tidak diketahui oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani—atau mungkin mereka berpura-pura bodoh dalam keyakinan dan tulisan-tulisan mereka. Sungguh, Islam telah menyatakan kedudukan mulia tersebut, menetapkannya dengan sebaik-baiknya, dan menyempurnakannya. Dalam banyak ayat pun Islam juga bersikap pertengahan; dan hanya inilah yang dapat diterima oleh akal sehat, bukan selainnya. (Mauqiful Islam min Isa alaihis salam, hlm. 3)

Sikap yang benar terhadap Nabi Isa alaihis salam adalah meyakini bahwa beliau adalah hamba dan utusan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala mengutus beliau kepada Bani Israil, menciptakannya dengan sebuah kalimat yang Ia tiupkan kepada Maryam. Beliau juga merupakan salah seorang rasul yang bergelar “Ulul Azmi”.

Berbagai keistimewaan juga telah Allah subhanahu wa ta’ala berikan kepada beliau. Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan beliau dengan sebuah kalimat yang ditiupkan-Nya kepada Maryam, yaitu kata “Kun” (jadilah). Kemudian terciptalah sebuah janin pada perut Maryam, wanita mulia lagi salihah yang tidak pernah dijamah oleh seorang pun.

Atas izin Allah, beliau dapat berbicara pada waktu bayi, mampu menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang dari penyakit sopak dan bisu, serta memberi tahu apa yang dimakan oleh orang-orang dan apa yang disimpan di rumah mereka (sebagaimana tercantum dalam surah Ali Imran ayat 45—50).

Baca juga: Mengenal Beberapa Faedah Mukjizat

Karena segala keistimewaan yang dimiliki beliau ini, kita dituntut untuk mengimani, mencintai, dan menghormati beliau. Namun, walaupun beliau memiliki sekian banyak keistimewaan, beliau tetaplah manusia biasa yang tidak memiliki sifat ketuhanan. Beliau tidak boleh dipertuhankan. Beliau bukan Tuhan ataupun anak Tuhan, bukan pula salah satu dari tiga unsur Tuhan.

Sikap Ekstrem Kaum Nasrani

Orang-orang Nasrani, yang mengaku sebagai pengikut Nabi Isa, meyakini bahwa beliau adalah Tuhan, anak Tuhan, atau “Tuhan Anak” yang merupakan salah satu dari tiga unsur trinitas, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Anak, dan Ruhul Qudus. Setiap unsur sejatinya berbeda dari yang lain (menurut anggapan mereka), tetapi ketiganya merupakan Tuhan yang satu.

Keyakinan semacam ini tentu merupakan keyakinan yang ekstrem dan menyelisihi agama yang dibawa oleh para rasul, bahkan menyelisihi agama Nabi Isa alaihis salam itu sendiri. Keyakinan seperti ini berarti sama saja menempatkan Nabi Isa alaihis salam melebihi kodrat beliau sebagai seorang manusia.

Nabi Isa sendiri sangat mengingkari keyakinan ini. Allah subhanahu wa ta’ala menyatakan dalam firman-Nya,

وَإِذۡ قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ءَأَنتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيۡنِ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ قَالَ سُبۡحَٰنَكَ مَا يَكُونُ لِيٓ أَنۡ أَقُولَ مَا لَيۡسَ لِي بِحَقٍّۚ إِن كُنتُ قُلۡتُهُۥ فَقَدۡ عَلِمۡتَهُۥۚ تَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِي وَلَآ أَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِكَۚ إِنَّكَ أَنتَ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ ١١٦ مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَآ أَمَرۡتَنِي بِهِۦٓ أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۚ وَكُنتُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدًا مَّا دُمۡتُ فِيهِمۡۖ فَلَمَّا تَوَفَّيۡتَنِي كُنتَ أَنتَ ٱلرَّقِيبَ عَلَيۡهِمۡۚ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٍ شَهِيدٌ ١١٧

Baca juga: Kristenisasi di Indonesia; Strategi Memangkas Islam

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, ‘Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?’

(Isa) menjawab, ‘Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya, tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui perkara gaib.’

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), ‘Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu,’ dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Setelah Engkau mewafatkan (mengangkat) aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan segala sesuatu. (al-Maidah: 116117)

Keyakinan seperti ini merupakan salah satu bentuk kekafiran dan kesesatan terbesar. Sebab, keyakinan ini adalah puncak celaan terhadap kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala, keagungan, dan rububiyah-Nya. Tidak ada seorang pun dari makhluk-Nya kecuali harus tunduk kepada keagungan dan kebesaran-Nya. Beliau juga sejatinya dibebani perintah untuk beribadah kepada-Nya. (Mauqiful Islam min Isa)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ عُزَيۡرٌ ٱبۡنُ ٱللَّهِ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَى ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ ٱللَّهِۖ ذَٰلِكَ قَوۡلُهُم بِأَفۡوَٰهِهِمۡۖ يُضَٰهِ‍ُٔونَ قَوۡلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبۡلُۚ قَٰتَلَهُمُ ٱللَّهُۖ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ

Dan orang-orang Yahudi berkata, ‘Uzair putra Allah,’ dan orang-orang Nasrani berkata, ‘Al-Masih putra Allah.’ Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (at-Taubah: 30)

Baca juga: Pokok-Pokok Keimanan Kepada Nabi dan Rasul

لَقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ وَقَالَ ٱلۡمَسِيحُ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٍ ٧٢ لَّقَدۡ كَفَرَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ ثَالِثُ ثَلَٰثَةٍۘ وَمَا مِنۡ إِلَٰهٍ إِلَّآ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌۚ وَإِن لَّمۡ يَنتَهُواْ عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۡهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٌ ٧٣

“Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah itu dialah al-Masih putra Maryam.’ Padahal al-Masih (sendiri) berkata,Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu.’ Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu.

Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan, bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada sembahan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa azab yang pedih.” (al-Maidah: 72—73)

وَقَالُواْ ٱتَّخَذَ ٱلرَّحۡمَٰنُ وَلَدًا ٨٨ لَّقَدۡ جِئۡتُمۡ شَيۡ‍ًٔا إِدًّا ٨٩ تَكَادُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ يَتَفَطَّرۡنَ مِنۡهُ وَتَنشَقُّ ٱلۡأَرۡضُ وَتَخِرُّ ٱلۡجِبَالُ هَدًّا ٩٠ أَن دَعَوۡاْ لِلرَّحۡمَٰنِ وَلَدًا ٩١ وَمَا يَنۢبَغِي لِلرَّحۡمَٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا ٩٢ إِن كُلُّ مَن فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ إِلَّآ ءَاتِي ٱلرَّحۡمَٰنِ عَبۡدًا ٩٣

“Dan mereka berkata,(Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak.’ Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar, hampir saja langit pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh (karena ucapan itu), karena mereka menganggap (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak mungkin bagi (Allah) Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih sebagai seorang hamba.” (Maryam: 8893)

Baca juga: Mengenal Allah

Dalam Injil pun sebenarnya terdapat bantahan terhadap akidah ini. Injil menyebutkan, bahkan dalam seluruh kitab Injil, bahwa Isa adalah putra Maryam. Ia mengalami apa yang dialami manusia pada umumnya, seperti keberadaannya yang sebelumnya tidak ada, butuh makan dan minum, merasa letih dan tidur—bahkan mati[5], serta tabiat manusiawi lainnya. (Dirasat fil Adyan, karya Su’ud al-Khalaf hlm. 136)

Bahkan, dalam Injil sendiri terdapat ucapan-ucapan Nabi Isa alaihis salam yang dengan tegas menyatakan bahwa beliau adalah seorang rasul (utusan). Dalam Injil Matius (10/40), Nabi Isa mengatakan, “Siapa yang menerima kalian, berarti ia menerimaku; dan siapa yang menerimaku, berarti ia menerima (Dzat) yang mengutusku.” (Dirasat fil Adyan, karya Su’ud al-Khalaf, hlm 136)

Hal ini sangat cocok dengan apa yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam al-Qur’an,

مَّا ٱلۡمَسِيحُ ٱبۡنُ مَرۡيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدۡ خَلَتۡ مِن قَبۡلِهِ ٱلرُّسُلُ وَأُمُّهُۥ صِدِّيقَةٌۖ كَانَا يَأۡكُلَانِ ٱلطَّعَامَۗ ٱنظُرۡ كَيۡفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ ٱلۡأٓيَٰتِ ثُمَّ ٱنظُرۡ أَنَّىٰ يُؤۡفَكُونَ

“Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang Rasul. Sebelumnya pun sudah diutus beberapa rasul. Dan ibunya seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya biasa memakan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahli Kitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (oleh keinginan mereka).” (al-Maidah: 75)

Baca juga: Kristenisasi dan Makar Ahli Kitab

Beliau juga mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Disebutkan dalam Injil, Matius (4/10), bahwa Nabi Isa berkata, “Untuk Rabb, sembahanmu kamu bersujud; dan hanya kepada-Nya kamu beribadah.” (Dirasat fil Adyan, karya Su’ud al-Khalaf, hlm. 138)

Dalam Injil Yohanes, al-Masih mengatakan, “Inilah kehidupan yang abadi, yaitu agar mereka mengetahui bahwa Engkaulah satu-satunya sembahan yang benar, sedangkan Yesus al-Masih, dialah yang Engkau utus.” (Dirasat fil Adyan, karya Su’ud al-Khalaf, hlm. 138)

Ini pun sesuai dengan apa yang Allah subhanahu wa ta’ala kisahkan tentang al-Masih, bahwa beliau berkata,

إِنَّ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۚ هَٰذَا صِرَٰطٌ مُّسۡتَقِيمٌ

“Sesungguhnya Allah itu Rabbku dan Rabb kalian, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” (Ali Imran: 51)

Sikap Tafrith (Meremehkan) Kaum Yahudi terhadap Nabi Isa

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَٱخۡتَلَفَ ٱلۡأَحۡزَابُ مِنۢ بَيۡنِهِمۡۖ فَوَيۡلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن مَّشۡهَدِ يَوۡمٍ عَظِيمٍ

Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka (Yahudi dan Nasrani). Maka celakalah orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang agung.” (Maryam: 37)

Dalam ayat tersebut, Allah subhanahu wa ta’ala menerangkan perselisihan yang terjadi di antara manusia mengenai Nabi Isa alaihis salam. Padahal, Allah subhanahu wa ta’ala telah menerangkan jati diri beliau dengan sangat jelas.

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, ketika menafsirkan ayat tersebut,

“Ucapan para Ahli kitab tentang Nabi Isa saling bertentangan, padahal telah jelas siapakah sebenarnya beliau dan perihal beliau. Beliau adalah hamba Allah subhanahu wa ta’ala, rasul-Nya, kalimat-Nya yang Allah subhanahu wa ta’ala tiupkan kepada Maryam, serta roh dari-Nya.

Kemudian sekelompok dari mereka, yaitu mayoritas Yahudi—semoga Allah melaknat mereka—mengatakan bahwa Isa adalah anak zina. Mereka juga mengatakan bahwa ucapan Isa (ketika bayi) adalah sihir.

Sekelompok yang lain lagi (sebagian orang Nasrani—pent.) mengatakan, ‘Yang berbicara itu sesungguhnya adalah Allah.’ Yang lain mengatakan, ‘Bahkan, dia adalah anak Allah.’ Yang lain mengatakan, ‘Dia adalah salah satu dari tiga unsur tuhan (yakni trinitas).’ Yang lain mengatakan, ‘Dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya,’ dan inilah kebenaran yang Allah subhanahu wa ta’ala bimbing kaum mukminin dengannya.” (Tafsir al-Quranul Azhim, 3/127)

Baca juga: Makar dan Tipu Daya Ahlul Kitab

Dalam surah an-Nisa ayat 156 disebutkan,

وَبِكُفۡرِهِمۡ وَقَوۡلِهِمۡ عَلَىٰ مَرۡيَمَ بُهۡتَٰنًا عَظِيمًا

“Dan (kami hukum juga) karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka yang sangat keji terhadap Maryam.”

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dan selain beliau menafsirkan, maksudnya adalah orang Yahudi menuduh Maryam berzina.

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, “Hal ini (tuduhan) terlihat jelas dalam ayat; mereka (Yahudi) menuduh putra Maryam dan Maryam dengan berbagai tuduhan yang amat keji hingga menganggap Maryam adalah seorang pelacur yang mengandung anak hasil zina. Sebagian dari mereka bahkan menambahkan tuduhan bahwa ia (Maryam) melakukan zina saat haid. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menimpakan laknat-Nya kepada mereka sampai Hari Kiamat.” (Tafsir al-Quranul Azhim, 1/574)

Ucapan orang-orang Yahudi tersebut tentu sudah sangat keterlaluan. Sebuah penghinaan yang seandainya ditujukan kepada manusia pada umumnya saja sudah tidak pantas, apalagi jika dilemparkan kepada seorang nabi dan rasul pilihan yang telah dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Padahal, Nabi Isa telah membenarkan kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa alaihis salam untuk kaum Yahudi.Dalam masalah ini, Yahudi berada pada kutub yang sangat berlawanan dengan ucapan orang Nasrani.

Baca juga: Kebencian Yahudi Terhadap Malaikat Jibril

Allah subhanahu wa ta’ala telah membantah bualan orang Yahudi itu dalam ayat-Nya yang mulia,

وَٱذۡكُرۡ فِي ٱلۡكِتَٰبِ مَرۡيَمَ إِذِ ٱنتَبَذَتۡ مِنۡ أَهۡلِهَا مَكَانًا شَرۡقِيًّا ١٦ فَٱتَّخَذَتۡ مِن دُونِهِمۡ حِجَابًا فَأَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡهَا رُوحَنَا فَتَمَثَّلَ لَهَا بَشَرًا سَوِيًّا ١٧

“Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Maryam di dalam Kitab (al-Qur’an), (yaitu) ketika dia mengasingkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur (Baitul Maqdis), lalu dia memasang tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh kami (Jibril) kepadanya, maka dia menampakkan diri di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.

قَالَتۡ إِنِّيٓ أَعُوذُ بِٱلرَّحۡمَٰنِ مِنكَ إِن كُنتَ تَقِيًّا ١٨ قَالَ إِنَّمَآ أَنَا۠ رَسُولُ رَبِّكِ لِأَهَبَ لَكِ غُلَٰمًا زَكِيًّا ١٩ 

Dia (Maryam) berkata,Sesungguhnya aku berlindung kepada Rabb Yang Maha Pengasih darimu, jika engkau orang yang bertakwa.’ Dia (Jibril) berkata, ‘Sesungguhnya aku hanyalah utusan Rabbmu, untuk menyampaikan anugerah kepadamu (berupa) seorang anak laki-laki yang suci.’

قَالَتۡ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي غُلَٰمٌ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٌ وَلَمۡ أَكُ بَغِيًّا ٢٠ قَالَ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌۖ وَلِنَجۡعَلَهُۥٓ ءَايَةً لِّلنَّاسِ وَرَحۡمَةً مِّنَّاۚ وَكَانَ أَمۡرًا مَّقۡضِيًّا ٢١ فَحَمَلَتۡهُ فَٱنتَبَذَتۡ بِهِۦ مَكَانًا قَصِيًّا ٢٢

Dia (Maryam) berkata, ‘Bagaimana mungkin aku mempunyai anak laki-laki, sedangkan tidak pernah ada orang (laki-laki) yang menyentuhku dan aku bukan seorang pezina!’ Dia (Jibril) berkata, ‘Demikianlah.’ Rabbmu berfirman, ‘Hal itu mudah bagi-Ku; dan agar Kami menjadikannya suatu tanda (kebesaran Allah) bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu urusan yang (sudah) diputuskan.’ Maka dia (Maryam) mengandung, lalu dia mengasingkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Maryam: 16—22)

Baca juga: Berita-Berita Mukjizat Nabi dan Rasul

sampai pada firman-Nya subhanahu wa ta’ala,

فَأَتَتۡ بِهِۦ قَوۡمَهَا تَحۡمِلُهُۥۖ قَالُواْ يَٰمَرۡيَمُ لَقَدۡ جِئۡتِ شَيۡ‍ًٔا فَرِيًّا ٢٧ يَٰٓأُخۡتَ هَٰرُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ ٱمۡرَأَ سَوۡءٍ وَمَا كَانَتۡ أُمُّكِ بَغِيًّا ٢٨

Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata,Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Wahai saudara perempuan Harun! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.’

فَأَشَارَتۡ إِلَيۡهِۖ قَالُواْ كَيۡفَ نُكَلِّمُ مَن كَانَ فِي ٱلۡمَهۡدِ صَبِيًّا ٢٩

Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?’

قَالَ إِنِّي عَبۡدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِيَ ٱلۡكِتَٰبَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا ٣٠ وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيۡنَ مَا كُنتُ وَأَوۡصَٰنِي بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمۡتُ حَيًّا ٣١ وَبَرَّۢا بِوَٰلِدَتِي وَلَمۡ يَجۡعَلۡنِي جَبَّارًا شَقِيًّا ٣٢ وَٱلسَّلَٰمُ عَلَيَّ يَوۡمَ وُلِدتُّ وَيَوۡمَ أَمُوتُ وَيَوۡمَ أُبۡعَثُ حَيًّا ٣٣

Dia (Isa) berkata, ‘Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.’

ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَۖ قَوۡلَ ٱلۡحَقِّ ٱلَّذِي فِيهِ يَمۡتَرُونَ ٣٤

Itulah Isa putra Maryam, (yang mengatakan) perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya.” (Maryam: 27—34)

Masih banyak ayat-ayat lain yang menerangkan hakikat penciptaan Nabi Isa.

Diangkatnya Nabi Isa dan Bukti Bahwa Beliau Belum Wafat

Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa alaihis salam dan mereka berbangga dengan itu. Mereka berkeyakinan bahwa orang yang terbunuh dengan disalib adalah orang yang mendapatkan laknat Allah subhanahu wa ta’ala.

Akan tetapi, sungguh aneh dan disayangkan bahwa ternyata orang-orang Nasrani pun meyakini kematian Nabi Isa di tiang salib. Ini semua menunjukkan kebodohan mereka akan hakikat yang terjadi pada Nabi Isa. Lebih dari itu, mereka meyakini bahwa kematian beliau yang tersalib adalah sebagai penebus dosa-dosa anak manusia karena kesalahan Nabi Adam alaihis salam. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah mengampuni Nabi Adam jauh-jauh hari sebelum lahirnya Nabi Isa. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

ثُمَّ ٱجۡتَبَٰهُ رَبُّهُۥ فَتَابَ عَلَيۡهِ وَهَدَىٰ

“Kemudian Rabbnya memilih dia, maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.” (Thaha: 122)

Baca juga: Hikmah Penciptaan Adam

Allah subhanahu wa ta’ala telah membantah semua itu melalui sekian banyak ayat-Nya yang mulia,

وَبِكُفۡرِهِمۡ وَقَوۡلِهِمۡ عَلَىٰ مَرۡيَمَ بُهۡتَٰنًا عَظِيمًا ١٥٦ وَقَوۡلِهِمۡ إِنَّا قَتَلۡنَا ٱلۡمَسِيحَ عِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ رَسُولَ ٱللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَٰكِن شُبِّهَ لَهُمۡۚ وَإِنَّ ٱلَّذِينَ ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكّٖ مِّنۡهُۚ مَا لَهُم بِهِۦ مِنۡ عِلۡمٍ إِلَّا ٱتِّبَاعَ ٱلظَّنِّۚ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينَۢا ١٥٧ بَل رَّفَعَهُ ٱللَّهُ إِلَيۡهِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا ١٥٨ وَإِن مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ إِلَّا لَيُؤۡمِنَنَّ بِهِۦ قَبۡلَ مَوۡتِهِۦۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يَكُونُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدًا ١٥٩

“Dan (Kami hukum juga) karena kekafiran mereka (terhadap Isa), dan tuduhan mereka yang sangat keji terhadap Maryam. Dan Kami hukum juga mereka karena ucapan mereka, ‘Sesungguhnya Kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam,’ yang mereka ejek dengan menamainya Rasul Allah, padahal mereka tidak beriman kepadanya.

Mereka mengatakan telah membunuhnya, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi diserupakan bagi mereka orang yang dibunuh itu dengan Nabi Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentangnya, yakni tentang Nabi Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang hal, yakni pembunuhan, itu.

Mereka tidak mempunyai sedikit pun pengetahuan menyangkut hal itu, yakni tentang pembunuhan Nabi Isa, dan apa yang mereka katakan kecuali mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak membunuhnya dengan yakin. Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Dan pada Hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka.” (an-Nisa: 156—159)

Baca juga: Tanda-Tanda Kedatangan Hari Kiamat

Salah satu pengekor Yahudi dan Nasrani mengenai kematian Isa adalah sekte Ahmadiyah-Qadyaniyah, yang telah divonis kafir oleh para ulama dan lembaga-lembaga Islam. Mereka meyakini demikian (wafatnya Nabi Isa) demi mencapai tujuan mereka, yaitu agar bisa menyatakan bahwa yang dibangkitkan nanti bukanlah Nabi Isa yang sesungguhnya—karena ia telah wafat, melainkan orang yang diserupakan dengan Nabi Isa. Yang mereka maksudkan adalah pemimpin mereka sendiri, yaitu Mirza Ghulam Ahmad al-Qadyani. Mereka sempat berdalil dengan beberapa ayat yang mereka anggap mendukung keyakinan sesat mereka. Namun, akan kami sebutkan bantahannya, insyaAllah.

Baca juga: Penyatuan Agama, Dakwah kepada Kekafiran

Dari keterangan di atas, jelaslah bahwa Nabi Isa belum meninggal, bahkan Allah subhanahu wa ta’ala mengangkatnya menuju ke hadirat-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَكَرُواْ وَمَكَرَ ٱللَّهُۖ وَٱللَّهُ خَيۡرُ ٱلۡمَٰكِرِينَ ٥٤ إِذۡ قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَىٰٓ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَجَاعِلُ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوكَ فَوۡقَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ ثُمَّ إِلَيَّ مَرۡجِعُكُمۡ فَأَحۡكُمُ بَيۡنَكُمۡ فِيمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ ٥٥

Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ingatlah), ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga Hari Kiamat. Kemudian kepadaKu engkau kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan. (Ali Imran: 54—55)

Mereka menyusun makar untuk membunuh Nabi Isa alaihis salam dan memadamkan cahaya Allah subhanahu wa ta’ala. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala pun berfirman, untuk membuktikan bahwa beliau masih hidup,

وَإِن مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ إِلَّا لَيُؤۡمِنَنَّ بِهِۦ قَبۡلَ مَوۡتِهِۦۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يَكُونُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدًا ١٥٩

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Dan pada Hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka. (an-Nisa: 159)

Baca juga: Kiamat Sudah Dekat

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma mengatakan, bahwa maksudnya adalah beriman dengan Nabi Isa sebelum kematian beliau. (Riwayat Ibnu Jarir rahimahullah. Sanadnya dinyatakan sahih oleh Ibnu Hajar rahimahullah. Lihat Fathul Bari, 4/492)

Al-Hasan rahimahullah mengatakan, “Maksudnya, sebelum kematian Isa. Demi Allah, sungguh beliau sekarang hidup di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, namun ketika beliau turun nanti, semuanya akan beriman.” (Tafsir ath-Thabari, dinukil dari Asyrathus Sa’ah hlm. 346)

Turunnya Nabi Isa Adalah Tanda Hari Kiamat

Al-Qur’an menyebutkan perihal turunnya Nabi Isa di akhir zaman nanti, yang sekaligus menunjukkan bahwa ia adalah salah satu tanda Hari Kiamat. Beberapa di antaranya adalah:

فَجَعَلۡنَٰهُمۡ سَلَفًا وَمَثَلًا لِّلۡأٓخِرِينَ ٥٦ وَلَمَّا ضُرِبَ ٱبۡنُ مَرۡيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوۡمُكَ مِنۡهُ يَصِدُّونَ ٥٧ وَقَالُوٓاْ ءَأَٰلِهَتُنَا خَيۡرٌ أَمۡ هُوَۚ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلَۢاۚ بَلۡ هُمۡ قَوۡمٌ خَصِمُونَ ٥٨ إِنۡ هُوَ إِلَّا عَبۡدٌ أَنۡعَمۡنَا عَلَيۡهِ وَجَعَلۡنَٰهُ مَثَلًا لِّبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٥٩ وَلَوۡ نَشَآءُ لَجَعَلۡنَا مِنكُم مَّلَٰٓئِكَةً فِي ٱلۡأَرۡضِ يَخۡلُفُونَ ٦٠

“Dia (Isa) tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan nikmat (kenabian) kepadanya dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil. Dan sekiranya Kami menghendaki, niscaya ada di antara kamu yang Kami jadikan sebagai malaikat-malaikat (yang turun-temurun) sebagai pengganti kamu di bumi. Sungguh, dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya Hari Kiamat. Karena itu, janganlah kamu ragu-ragu tentang (Kiamat) itu dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus.” (az-Zukhruf: 59—61)

وَإِنَّهُ لَعِلۡمً لِّلسَّاعَةِ فَلَا تَمۡتَرُنَّ بِهَا وَٱتَّبِعُونِۚ هَٰذَا صِرَٰطٞ مُّسۡتَقِيمٌ٦١

“Dan sungguh, dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya Hari Kiamat.” Maksudnya, turunnya Nabi Isa itu termasuk salah satu tanda Hari Kiamat; dan dengan peristiwa ini diketahui bahwa Hari Kiamat sudah dekat. Demikian menurut penafsiran Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah, adh-Dhahhak, dan as-Suddi. (Zadul Masir, 7/325; al-Qurthubi, 16/105)

Ibnu Abbas radhiallahu anhuma membacanya dengan لَعَلَمٌ yang berarti “tanda”.

Baca juga: Kiamat Adalah Urusan Gaib

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, tentang tafsir “Dan sungguh, dia (Isa) itu benar-benar menjadi pertanda akan datangnya Hari Kiamat.” Beliau shallallahu alaihi wa sallam menyatakan,

نُزُولُ عِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مِنْ قَبْلِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Itu adalah turunnya Isa bin Maryam sebelum Hari Kiamat.” (HR. Ibnu Hibban dalam Sahih-nya, “Bab al-Bayan bi anna Nuzul Isa ibni Maryam min A’lamis Sa’ah”, 15/228, no. 6817)

Firman Allah subhanahu wa ta’ala,

وَإِن مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ إِلَّا لَيُؤۡمِنَنَّ بِهِۦ قَبۡلَ مَوۡتِهِۦۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يَكُونُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدًا ١٥٩

Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Dan pada Hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka. (an-Nisa: 159) Telah disebutkan tafsir dari al-Hasan rahimahullah mengenai ayat ini.

Adapun hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, cukup banyak yang membuktikan akan turunnya Nabi Isa. Bahkan, hadits-hadits tersebut telah mencapai derajat mutawatir, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama hadits dan selain mereka, seperti Ibnu Jarir, ath-Thabari, Ibnu Katsir, Shiddiq Hasan Khan, Anwar Syah al-Kasymiri, al-Azhim Abadi, dan Syaikh al-Albani[6]. Sebagian ucapan mereka akan kami sebutkan nanti.

Baca juga: Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, Pertanda Dekatnya Hari Kiamat

Dalam kesempatan ini, akan kami bawakan sebagian hadits tersebut.

  1. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu ia mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيُوشِكَنَّ أَنْ يَنْزِلَ فِيكُمُ بْنُ مَرْيَمَ حَكَمًا عَدْلًا فَيَكْسِرَ الصَّلِيبَ وَيَقْتُلَ الْخِنْزِيرَ وَيَضَعَ الْجِزْيَةَ وَيَفِيضَ الْمَالُ حَتَّى لَا يَقْبَلَهُ أَحَدٌ حَتَّى تَكُونَ السَّجْدَةُ الْوَاحِدَةُ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا. ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ: وَاقْرَؤُوا إِنْ شِئْتُمْ {وَإِن مِّنۡ أَهۡلِ ٱلۡكِتَٰبِ إِلَّا لَيُؤۡمِنَنَّ بِهِۦ قَبۡلَ مَوۡتِهِۦۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ يَكُونُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدًا}

“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, putra Maryam akan turun di tengah-tengah kalian sebagai seorang hakim yang adil. Ia akan mematahkan salib, membunuh babi, dan menghapus jizyah. Ketika itu harta sangat melimpah hingga tak ada seorang pun yang mau menerimanya. Satu sujud (di masa itu) lebih baik daripada dunia dan seisinya.”

Abu Hurairah mengatakan, “Bacalah, jika kalian mau, ayat (yang artinya), ‘Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab yang tidak beriman kepadanya (Isa) menjelang kematiannya. Dan pada Hari Kiamat dia (Isa) akan menjadi saksi mereka.’”

(Sahih. HR. al-Bukhari no. 3264, 3/1272. “Bab 50: Nuzul Isa bin Maryam”; Muslim no. 155, 1/135. “Bab 71: Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad.” Ini adalah lafaz al-Bukhari)

  1. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu ia mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ بْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ

“Bagaimana menurut kalian apabila putra Maryam turun di tengah-tengah kalian dan yang mengimami berasal dari kalian? (HR. al-Bukhari, “Kitab Ahaditsul Anbiya”, “Bab 49: Nuzul Isa bin Maryam” no. 3449; Muslim, “Kitabul Iman” 1/135 no. 390, “Bab 71: Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad”, cet. Darul Ma’rifah)

  1. Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma, ia mengatakan, “Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلىَ الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. قَالَ: فَيَنْزِلُ عِيسَى بْنُ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ: تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُولُ: لَا إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلىَ بَعْضٍ أُمَرَاءُ تَكْرِمَةَ اللهِ هَذِهِ الْأُمَّةَ

‘Akan ada sekelompok dari umatku yang tetap teguh di atas kebenaran, mereka akan unggul hingga Hari Kiamat tiba.

Baca juga: Siapakah ath-Thaifah al-Manshurah?

Beliau melanjutkan, Lalu turunlah Isa bin Maryam. Pemimpin kaum muslimin saat itu berkata, ‘Kemari dan jadilah imam untuk kami.’ Nabi Isa menjawab, ‘Sesungguhnya sebagian kalian adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai bentuk kemuliaan Allah atas umat ini.’”

(Sahih. HR. Muslim, 2/368, “Bab 71: Nuzul Isa bin Maryam Hakiman bi Syari’ati Nabiyyina Muhammad”; Ibnu Hibban no. 6819, 15/231, “Bab al-Bayan bi Anna Imama Hadzihil Ummah inda Nuzul Isa bin Maryam Yakunu minhum Duna an Yakuna Isa Imamahum fi Dzalika az-Zaman”)

  1. Dari Hudzaifah bin Usaid al-Ghifari radhiallahu anhu, ia berkata,

اطَّلَعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَذَاكَرُ فَقَالَ: مَا تَذَاكَرُونَ؟ قَالُوا: نَذْكُرُ السَّاعَةَ. قَالَ: إِنَّهَا لَنْ تَقُومَ حَتَّى تَرَوْنَ قَبْلَهَا عَشْرَ آيَاتٍ؛ فَذَكَرَ الدُّخَانَ وَالدَّجَّالَ وَالدَّابَّةَ وَطُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا وَنُزُولَ عِيسَى بْنِ مَرْيَمَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأَجُوجَ وَمَأْجُوجَ وَثَلَاثَةَ خُسُوفٍ خَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ وَآخِرُ ذَلِكَ نَارٌ تَخْرُجُ مِنَ الْيَمَنِ تَطْرُدُ النَّاسَ إِلَى مَحْشَرِهِمْ

“Rasulullah melihat kami yang sedang saling membicarakan sesuatu, maka beliau bertanya, ‘Kalian sedang saling membicarakan apa?’

Mereka menjawab, ‘Kami sedang saling mengingat Hari Kiamat.’

Beliau pun bersabda, ‘Hari Kiamat tidak akan tegak sampai kalian melihat sepuluh tanda (lalu beliau menyebutkan): asap; Dajjal; binatang (dabbah); terbitnya matahari dari arah barat; turunnya Isa bin Maryam; munculnya Ya’juj dan Ma’juj; terjadinya tiga penenggelaman (suatu daerah—pent.) ke dalam bumi: di barat, di timur, dan di Jazirah Arab; dan yang terakhir adalah api yang muncul dari Yaman yang menggiring manusia ke tempat berkumpulnya mereka.’”

(Sahih, HR. Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathus Sa’ah, Bab Fil Ayat allati Takunu Qabla as-Sa’ah, 18/234 no. 7214. Cet. Darul Ma’rifah. Hadits ini diriwayatkan pula oleh selain Muslim)

Baca juga: Apakah Ya’juj dan Ma’juj Sudah Muncul?

Berdasarkan dalil-dalil tersebut, kaum muslimin bersepakat mengenai turunnya Nabi Isa alaihis salam di akhir zaman. Berikut ini pernyataan para ulama tentang masalah tersebut.

  • Ibnu Athiyah rahimahullah mengatakan,

“Umat (Islam) telah bersepakat tentang kandungan hadits mutawatir, yang mnenyebutkan bahwa Nabi Isa hidup di langit dan bahwa beliau akan turun di akhir zaman. Beliau akan membunuh babi, mematahkan salib, membunuh Dajjal, menebarkan keadilan, dan ketika itu agama akan menang—yakni agama Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Beliau akan berhaji dan tinggal di bumi selama 24 tahun (dan dikatakan pula selama 40 tahun).” (Tafsir al-Muharrar al-Wajiz, 3/143)

  • As-Safarini rahimahullah berkata,

“Umat (Islam) telah bersepakat mengenai turunnya Nabi Isa dan tidak ada seorang pun, dari para pengikut syariah, yang menyelisihinya. Adapun para filsuf dan ateis yang menyelisihinya, maka ucapan mereka tidak perlu dianggap. Telah disebutkan pula sebuah ijmak bahwa beliau (Nabi Isa) akan turun dan berhukum dengan syariat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, bukan dengan syariat tersendiri (saat turunnya).” (Lawami’ al-Anwar, 2/94—95)

Termasuk yang menukilkan ijmak juga ialah al-Munawi rahimahullah dalam kitabnya, Faidhul Qadir. (Lihat Iqamatul Burhan)

Inilah akidah kaum muslimin, akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Al-Azhim Abadi mengatakan, “Sudah banyak (mutawatir) berita dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam perihal turunnya Isa bin Maryam alaihis salam dari langit, dengan jasadnya, ke bumi saat mendekati terjadinya Hari Kiamat. Ini adalah mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.” (Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Dawud, 11/457)

Baca juga: Siapakah Ahlus Sunnah?

Demikian pula para ulama yang menuliskan akidah Ahlus Sunnah; mereka menyebutkan bahwa keyakinan ini sebagai salah satu akidah Ahlus Sunnah. Sebagai contoh, Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dalam kitabnya, Ushulus Sunnah; al-Barbahari rahimahullah dalam kitabnya, Syarhus Sunnah; Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah dalam kitabnya, Maqalat Islamiyin; ath-Thahawi rahimahullah dalam kitabnya, al-‘Aqidah ath-Thahawiyah; Ibnu Abi Zaid al-Qairawani rahimahullah dalam Risalah-nya; Abu Ahmad bin Husain asy-Syafi’i rahimahullah, yang dikenal dengan Ibnul Haddad, dalam kitab ‘Aqidah-nya; serta Ibnu Qudamah rahimahullah dalam ‘Aqidah-nya.


Catatan Kaki:

[1] Mengapa disebut “al-Masih”? sebab, ia berasal dari kata masaha yang artinya ‘menghapus’ atau ‘mengusap’.

Ibnul Atsir rahimahullah menjelaskan, “Penyebutan al-Masih alaihis salam dan penyebutan al-Masih ad-Dajjal telah disebutkan berulang kali. Adapun Nabi Isa, beliau dinamakan demikian karena ketika beliau mengusap seseorang yang cacat, ia pasti sembuh—dengan izin Allah.

Pendapat lain menyebutkan karena ‘telapak kaki beliau tidak cekung’, atau ‘karena beliau lahir dari ibunya dalam keadaan diusap dengan minyak’, atau ‘karena beliau mengusap bumi’ (menempuh jarak yang jauh), atau ‘yang sangat jujur’, atau ‘karena beliau dalam bahasa Ibrani disebut ‘Masyih’ lalu diarabkan menjadi ‘Masih’.

Adapun Dajjal, ia dijuluki al-Masih karena matanya buta sebelah. Pendapat lain menyatakan ‘karena ia menempuh jarak yang jauh’ atau karena ‘fisiknya yang jelek’.” (An-Nihayah, 4/326—327)

[2] Sahih. HR. al-Bukhari dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma.

[3] Sahih. HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma

[4] Sahih. HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu

[5] Demikian tersebut dalam Injil. Adapun kaum muslimin meyakini bahwa beliau belum meninggal, tetapi diangkat menuju kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana akan kami jelaskan dalam pembahasan mendatang, insya Allah.

[6] Bisa dilihat nukilan ucapan-ucapan mereka dalam kitab Asyrathus Sa’ah hlm. 350—352.

Ditulis oleh Ustadz Qomar ZA, Lc.